Sudah 3 hari Arlan di rawat di rumah sakit, kondisinya pun berangsur membaik karena mendapatkan perawatan terbaik dan support dari orang-orang kesayangannya. Papa, Bubu, dan ke-4 adiknya selalu setia menjaganya, terkadang ulah konyol yang diperbuat ke-4 adiknya itu bisa membuat Arlan merasakan kebahagiaan yang tak terkira, untuk sejenak ia melupakan segala kegalauan dan rasa sakit di tubuhnya. Biarkan ia menghilang sebentar saja lalu setelah itu baru ia kembali mengejar cintanya dengan cara yang berbeda.
"Abang, buburnya di makan dong!". Itu suara Nola, adik perempuan satu-satunya yang begitu cerewet mirip dengan bubunya tapi begitu menggemaskan.
"Nggak mau, abang udah kenyang".
"Abang ini baru suapan yang ke-3 lho, kalau abang nggak makan gimana mau cepet keluar dari rumah sakit ini". Lagi-lagi si kecil Nola mulai memberi ceramah pada abang tertuanya. Sementara Jamal, Gavan, dan Gavin menjadi bodyguard di belakang Nola.
Jamal yang terlihat sekali tersenyum meledek abangnya yang sudah tak berdaya ketika menerima suapan ke-4 dari Nola. Bibirnya mengerucut dengan muka di tekuk ke bawah tak lupa dengan matanya yang melotot karena Jamal terus mengejeknya.
"Ya ampun bang, muka lo langka banget ini patut di abadikan!".
Dengan segera Gavin mengambil smartphone yang ada di kantong celananya dan 'Gotcha' ia begitu puas melihat hasil bidikannya. Gavin terlihat antusias seolah mendapatkan emas sebanyak 1 kampung.
"Vin, Hapus nggak". Nada suara Arlan terdengar mengancam.
"Nggak mau". Ucap Gavin meledek Abangnya.
Baru saja Arlan ingin bersuara, tiba-tiba pintu ruangannya terbuka. Terlihat Papa, bubunya dan Sepasang suami-istri membawa anak yang berada di gendongan sang suami berjalan menuju tempat tidurnya.
"Abang Arlaaann". Teriak Sony kegirangan, maklum anak ini paling lengket dengan Arlan jika Sony dititipkan di rumah Aditya pasti selalu bermain dengan Arlan, apalagi selama 3 hari ini ia belum pernah melihat abang kesayangannya itu.
"Abang sakit". Tanya si kecil setelah berada di pelukan Arlan.
Seluruh orang yang berada di ruangan itu tersenyum melihat interaksi Sony dan Arlan.
"Abang nggak sakit kok, cuma butuh istirahat aja". Jawab Arlan, tangannya sibuk mengelus kepala Sony penuh kasih sayang.
"Lan gimana keadaan kamu udah mendingan?". Tanya Mama Rahmi.
"Alhamdulillah udah mendingan tante, palingan besok udah bisa pulang ke rumah".
"Om minta maaf ya sama kamu, akibat ulah anak om kamu jadi masuk rumah sakit begini". Ucap Andrew menyesal.
"Nggak perlu minta maaf Ndrew, anak ini emang fisiknya agak lemah kalau udah kena banyu hujan apalagi akhir-akhir ini ia sering lembur untuk menyelesaikan project pesanan klien di luar negeri jadi typusnya kambuh". Jelas Raskal.
Ceklek
Pintu tempat Arlan kembali terbuka, entah siapa lagi yang akan menjenguknya. Sebuah kepala muncul mengintip dari celah pintu untuk melihat kondisi yang ada di kamar perawatan.
"Wow ramai sekali". Jamal, Gavan dan Gavin mendengus kesal saat tahu siapa yang datang. Sedangkan si centil Nola yang begitu excited melihat kedatangan dokter Aryo. Bahkan dengan kecepatan super kilatnya Nola berlari memeluk dokter Aryo.
Semua orang tercengang, terkejut dan penuh tanda tanya di benak mereka, apalagi Wajah Aditya yang tidak bisa dikategorikan ke golongan baik, wajahnya merah penuh amarah, urat-urat dilehernya bermunculan bahkan bisa putus karena sangking tegangnya, giginya bergemelatuk. Raskal yang di samping Aditya berusaha menenangkan, ia mengelus dada suaminya agar bisa lebih rileks.
"Siang semuanya". Sapa Dokter Aryo takut-takut, wibawanya sebagai dokter menguap entah kemana saat tangan Nola bergelayut manja di lengannya, jantungnya berdetag begitu cepat campuran antara bahagia dan was-was karena diberi tatapan tajam oleh seluruh saudara si kecil, kedua pria paruhbaya tapi masih terlihat tampan, ke-2 ibu-ibu yang terlihat menenangkan suaminya.
"Ehem". Dokter Aryo berdehem untuk menghilangkan gatal di tenggorokannya.
"Ada perlu apa bapak Dokter kemari?". Tanya Aditya dingin tangannya langsung menarik tubuh Nola yang masih bergelayut manja di lengan dokter.
"Nggak mau Pa, Nola masih mau sama dokter ganteng". Ucap Nola tidak rela terpisah dari dokter gantengnya.
Jadilah ada adegan tarik menarik di ruangan ini, Nola menarik tangan dokter Aryo, Aditya menarik tangan Nola sementara yang lain menjadi penonton, mata mereka sesekali berganti arah bolak balik Nola, Dokter Aryo, Aditya.
"Berhentiiiii". Teriak Raskal.
"Mas Adit, kembali ke sini!". Perintah Raskal yang langsung dituruti Aditya.
"Nola!".
Dengan tidak ikhlas Nola berjalan ke arah bubunya.
"Sekarang ada keperluan apa dokter kemari?".
"Saya ingin memeriksa kondisi pasien karena ini sudah waktunya untuk di periksa", Jelas Dokter Aryo.
"Kalau begitu silahkan".
"Ada apa lagi dok?". Tanya Raskal karena sang dokter tak kunjung memeriksa anak sulungnya.
"Suasana di kamar ini terlalu ramai, saya tidak bermaksud untuk mengu..
"Ok saya mengerti, Pa, anak-anak, Mas Andrew Mbak Rahmi ayo kita keluar sebentar". Potong Raskal yang mengerti maksud Dokter Aryo.
"Nola keluar". Aditya langsung menggendong paksa anaknya.
Setelah suasana kamar sepi barulah Dokter Aryo memeriksa Arlan dengan khidmat.
***
Suasana kampus mulai sepi karena waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam. Satu persatu baik dosen dan mahasiswa sudah pulang ke rumah mereka masing-masing.
Sementara Hani masih setia duduk di parkiran kampus karena menunggu tunangannya yang katanya akan menjemput jam 5 sore tapi sampai sekarang belum muncul juga.
2 jam Hani setia menunggu, ia rela menghilangkan rasa kantuk dan bosan. Sudah biasa bagi Hani jika harus menunggu berjam-jam seperti ini. Yang namanya tidak biasa adalah jika ia bisa pulang tepat waktu dan tidak pernah ngaret.
Tin Tin Tin
Terdengar 3 kali bunyi klakson mobil. Tanpa ditebak pun Hani sudah tahu itu siapa. Memasang senyum manis ia berjalan ke arah mobil Erlang.
Erlang menurunkan kaca pintu mobilnya.
"Baru keluar kan kamu dari kampus?". Tanya Erlang tanpa dosa.
"I-iya Mas", jawab Hani.
"Kamu duduk di belakang aja ya, soalnya ada Syibil disini". Ucap Erlang saat Hani ingin membuka pintu mobilnya.
Kondisi malam yang gelap dan matanya yang minus itu membuat Hani tidak bisa melihat Syibil apalagi ia lupa membawa kacamatanya.
"Oh o-oke mas". Tidak bisa ditutupi suaranya yang bergetar karena rasa kecewa.
Setelah Hani duduk barulah Erlang menjalankan mobilnya.
Seperti biasa suasana selalu kaku, tak pernah ada obrolan kalaupun ada pasti yang Erlang bicarakan tentang Syibil tanpa memikirkan perasaan Hani.
'Kapan kau mau menganggap aku mas'
NH21102018
KAMU SEDANG MEMBACA
My Young Boy (TAMAT)
Random"Akan terus ku kejar cintamu sampai kau mengatakan iya meskipun itu harus ke akhirat" - Arlan Sadeva "Dasar berondong gila!" - Hani Aulia SEQUEL MY LOVELY OLD