"Gue mau minta tolong sama lo".
"Tolong apa?".
"Hehehe bukan ke bantuan tenaga sih tapi ke arah naluri hati, gue cuma butuh jawaban dari lo". Jantung Arlan berdetak begitu kencang. Ia penasaran dengan hal apa yang ingin ditanyakan Hani, berbagai dugaan menghinggap di otak pintarnya.
"Menurut lo cowok itu lebih suka di beri jam tangan atau kemeja ya?".
"Kenapa kamu nanya begitu". Tanya Arlan balilk. Ia jadi bingung bagian yang mananya dari pertanyaan Hani ini yang menyangkut 'Naluri Hati'.
Bibir Hani mengerucut sebal mendengar pertanyaan dari Arlan.
"Tinggal dijawab aja apa susahnya sih Lan, gue kan mau minta saran lo dari pihak laki-laki".
"I Know I know kamu mau ngasih aku hadiahkan, makanya kamu pura-pura bilang Kalau hadiah itu buat orang lain. Tapi ulang tahun aku udah lewat 2 bulan yang lalu Han". Arlan tersenyum percaya diri.
"Ge-er banget sih lo, gue ini mau ngasih hadiah buat Mas Erlang karena 2 hari lagi kami mau ngerayain anniversary ke 1 tahun",
Seketika bahu Arlan merosot ke bawah. Calon makmumnya ini sangat jujur sekali dalam hal mematahkan hatinya.
Arlan menengadah kepalanya ke atas, matanya terpejam sambil membayangkan seandainya itu terjadi kepadanya, seandainya yang diberi hadiah oleh Hani itu dirinya sendiri.
"Kalau aku dari pihak cowok sih lebih milih nikah dari pada di kasih hadiah, karena menikah dengan wanita yang dicintai itu merupakan hadiah terindah dan paling berharga di dunia ini". Ucap Arlan puitis, dirinya berangan-angan andai wanita didepannya ini mau menikah dengannya, sudah tentu akan bahagia sekali hidupnya.
Tapi sayang seribu sayang, angan-angan indahnya itu belum terkabulkan sampai sekarang juga.
Hani membelakangi tubuh Arlan, ia melihat monyet peliharaan Om Aditya sedang memeluk teman sesama monyetnya. Hani terkadang iri dengan monyet milik Aditya itu, monyet saja bisa seromantis dengan pasangannya, sementara dirinya jangankan dipeluk bergandengan tangan saja tak pernah.
"Gue juga mau Lan, segera dinikahin sama Mas Erlang tapi sampai saat ini dia masih sibuk dengan gadis mudanya". Tutur Hani lesu.
Arlan tersenyum dibelakang tubuh Hani. Hah bahagia sekali dirinya karena masih memiliki peluang untuk memiliki Hani walaupun sedikit.
Arlan menepuk pundak Hani pelan.
"Sudah jangan risau, jodoh itu nggak bakal kemana. Kalau Erlang jodoh kamu, mau nunggu 1 atau 2 tahun pun kamu pasti akan tetap bersamanya. Tapi kalau bukan jodoh, ya coba cari lagi siapa tahu yang ada disamping kamu ini adalah jodoh kamu".
Hani meninju lengan Arlan, tapi tak bisa dipungkiri dia juga tertawa dengan ucapan Arlan itu.
"Nah begini dong kalau tertawa terus kan kelihatan cantik". Puji Arlan.
Blush
Pipi Hani merona malu, ucapan Arlan itu begitu sederhana tapi sangat bermakna baginya. Baru kali ini ada lelaki yang bisa bikin dirinya terbang ke awan bahkan tunangannya sendiri pun belum pernah melakukan hal sesederhana yang di lakukan Arlan tadi, seperti memujinya.
"Cieee pipinya merah". Goda Arlan.
"Nggak ah nggak merah, halu kali lo".
"Ini merah". Arlan menoel-noel bagian yang merah di pipi Hani, bahkan warna merah itu semakin menjalar ketika tangan hangat Arlan menyentuh pipi Hani.
"Apaan sih lo Lan". Tepis Hani. Tangannya mengusap-usap pipinya salah tingkah karena di sentuh Arlan.
'Kenapa sih gue'. Batin Hani.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Young Boy (TAMAT)
Random"Akan terus ku kejar cintamu sampai kau mengatakan iya meskipun itu harus ke akhirat" - Arlan Sadeva "Dasar berondong gila!" - Hani Aulia SEQUEL MY LOVELY OLD