Arlan POV
Sudah 1 minggu semenjak Hani, pujaan hatiku menerima dengan sukarela ikrar pertemanan yang aku ajukan kepadanya. Rasa-rasanya bukannya semakin mendekat malah kami semakin menjauh biasanya dulu saat 'kami masih bermusuhan' saat aku cuma ber say hay saja dia sudah mengamuk bagai singa PMS tak jarang dia akan memberi pukulan-pukulan anarkis kepadaku.
Tapi sekarang jangankan mendapatkan amukan, bertatap muka dengannya saja aku belum pernah. Malahan beberapa hari ini sejauh mata memandang Calon makmumku itu lebih sering bersama dengan tunangannya. Pergi bersama, ke tempat kerja bersama, Ke Mall bersama, ke Restaurant bersama mungkin jika diibaratkan dunia mereka akan layu jika sehari tidak bersama.
Lagian apasih kelebihan si Erlang itu dibandingkan denganku? Lebih tua juga mungkin ada, ganteng juga masih juga gantengan aku, kalau soleh udah jadi jaminan Shalat 5 waktu nggak pernah ketinggalan bahkan tadarus Al-Qur'an setiap subuh. Masalah uang, dijamin bakal mengalir terus sampai 7 turunan. Hanya bermodalkan kertas, pena, kreativitas dan corat-coret dikit di kertas mampulah kalau mau membelikan rumah 3 tingkat dengan halaman seluas lapangan golf, jalan-jalan keluar negeri selama 1 tahun. Kerjaan juga santai cukup di rumah menunggu pesanan datang, kerjakan paling lama 3 hari lalu setelah itu dapat uang. Kurang apalagi aku sebagai kandidat terkuat untuk menjadi Imammu Hani?
Usia tak usahlah dipermasalahkan, selagi aku mampu memberi nafkah lahir dan batin. Lagiankan sekarang ada slogan 'Yang Muda Semakin di Depan' jadi apalagi yang harus di permasalahkan?
Hufttt
Aku menghembuskan napas kasar memikirkan Hani yang tak kunjung ku dapatkan, apa harus ku pelet saja?
AUTHOR POV
'Apa harus ku pelet saja Hani biar mau sama aku'. Pikir Arlan dalam hatinya.
Sibuk dengan pikirannya yang telah bercabang, Arlan tak menyadari ada seseorang di belakangnya.
"KECOA". Teriak laki-laki itu tiba-tiba.
"AAAAAAA MANA? MANA?". Refleks Arlan kaget.
"Ahahahahaha yaelah bang katanya laki sama kecoa aja takut". Ejek Gavin yang rupanya biang dari ketakutannya.
"Sialan lo". Maki Arlan.
"Ya Maaf bang, lagian gue perhatiin semenjak 10 menit yang lalu lo sibuk ngomong sendiri, ketawa sendiri kan wajar gue nyoba nyadarin lo kembali ke jalan yang benar, dan terbuktikan cara gue berhasil", Alibi Gavin padahal memang ia hanya ingin mengerjain kakaknya saja.
"Berhasil gigi lo".
"Gigi gue udah putih, bersih bahkan bersinar kayak yang di model video klip itu bang". Ucap Gavin songong sambil mempraktekkan senyum pepsodentnya.
"Ya serah lo dah mau bilang apa. Sekarang to the point aja deh maksud lo ganggu kedamaian hidup gue ini apa?"
"Bubu nyuruh lo nganter bakso ke rumah tante Rahmi".
"Kenapa nggak lo aja".
"Males gerak bang, lagiankan biasanya lo paling semangat kalau di suruh ke rumah tante Rahmi, kenapa sekarang lo kayak orang cacingan?". Sindir Gavin yang mulai jengah melihat kelakuan kakaknya yang seperti kekurangan semangat hidup semenjak keluar dari rumah sakit. Kakaknya itu bisa dikategorikan seperti orang gila kadang senyam-senyum sendiri, suka marah-marah sendiri. Pokoknya sudah tidak tertolong lagi. Papa dan Bubunya juga terkadang miris melihat nasib percintaan Abangnya yang menyedihkan itu.
"Aviiin, Aviinn". Panggil seseorang dari kejauhan.
"Itu anak kemana sih? Disuruh nyari Arlan aja nggak balik-balik sampe sekarang. Emangnya si Arlan itu pergi kemana sih". Gerutu Raskal dari dapur.
"Kenapa sih sayang marah mulu-mulu nanti tambah tua lho". Goda Aditya sambil mencolek dagu istrinya.
"Nggak usah colek-colek". Raskal memelototi suaminya yang selalu jahil tak kenal waktu dan suasana itu.
"Ya Maaf sayang". Aditya menunduk takut.
"Daripada kamu disini mendingan cari Arlan sama Gavin".
"Cium dulu". Aditya menunjuk bibirnya yang langsung dituruti saja oleh Raskal. Terbawa dengan suasana mereka tidak menyadari bahwa kedua anak bandel yang dicari itu telah berada di depan mereka sedang menonton adegan 'iya-iya' yang dilakukan pasangan suami istri mesum itu secara live.
"Aduh bang mata gue udah nggak suci lagi". Kata Gavin sambil pura-pura menutup mata dengan kedua tangannya.
Arlan hanya memutarbolamatanya mendengar keluguan palsu adiknya.
Raskal dan Aditya salah tingkah ketika ketahuan berciuman tak tahu tempat.
"Kamu ini kemana sih dari tadi Bubu panggil nggak nongol-nongol". Ucap Raskal kesal saat menyadari tujuannya memanggil anaknya sebelum di ganggu oleh setan tua yang sekarang tidak tahu menghilang kemana bersamaan dengan anak ketiganya.
"Tadi di halaman bu nyari Angin".
"Yaudah sekarang kamu anterin bakso ke tempat tante Rahmi". Perintah Raskal yang langsung dituruti Arlan tanpa semangat.
"Arlan jalannya buruan! Nanti baksonya keburu dingin!".
***
Ting Tong Ting Tong Ting Tong
Berkali-kali Arlan memencet bel rumah keluarga Andrew, tapi tak ada yang kunjung keluar menyambutnya.
"Assalamu'alaikum, Om Andrew! Tante Rahmi!".
5 detik menunggu jawaban dan salamya tak di respon, Arlan pun melangkahkan kakinya keluar dari halaman rumah Andrew.
Ceklek
Pintu terbuka, terlihat Hani yang sedang celingak-celinguk ke sana kemari mencari tamu yang mengganggu kesenangannya. Tatapan matanya lurus tertuju ke arah sosok jangkung pemilik bahu lebar yang ia kenali.
"Ada apa Lan?".
Arlan tersenyum antusias dan langsung membalikkan tubuhnya. Seketika senyumnya menghilang mengetahui sosok laki-laki yang berdiri di belakang Hani. Penampilan mereka benar-benar acak-acakan. Erlang yang memakai kemeja terbalik dan tidak terkancing dengan benar dan resleting celananya yang masih terbuka sementara Hana hanya memakai tanktop dan hotspant sementara rambutnya terlihat acak-acakan.
Arlan tersenyum kecut saat sebuah kemungkinan muncul di kepalanya.
"Oh ini aku cuma nganter bakso titipan Bubu".
"Aduh makasih banget ya Lan sampein ke tante Raskal. Tahu banget kalau aku lagi laper". Hani begitu antusias membuka bungkusan plastik hitam yang di dalamnya terdapat bulatan-bulatan yang menggoda iman untuk dimakan.
"Pas banget ini yang, mana kita tadi habis beraktivitas cukup melelahkan". Sahut Erlang menanggapi ucapan Hana.
Bahu Arlan semakin terkulai lemas, tak kuat lagi menghadapi kenyataan pahit, Arlan segera berpamitan tak lupa memasang senyum palsu pada tunangan Hani.
NH06112018
Yes hari ini aku balik lagi melanjutkan part berikutnya di cerita Arlan dan Hani. Mumpung aku sedang berbahagia karena 4 November 2018 alias 2 hari yang lalu AKU RESMI JOMBLO😄😄😄 makanya aku update cepet-cepet. Rencananya sih mau update minggu depan tapi inilah bentuk luapan kebahagiaan yang melimpah bisa terbebas dari hubungan palsu ini 😆😆😆😆😆😂😂😂😂😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
My Young Boy (TAMAT)
Random"Akan terus ku kejar cintamu sampai kau mengatakan iya meskipun itu harus ke akhirat" - Arlan Sadeva "Dasar berondong gila!" - Hani Aulia SEQUEL MY LOVELY OLD