1. Dua sisi

5.1K 132 2
                                    

Wanita paruh baya memasuki kamar seorang gadis dengan tergesa-gesa seraya membuka celah tirai yang tertutup gorden warna merah yang cukup pekat

"Zura...bangun! Ini sudah siang nak kamu kan harus kuliah! " Dia Almira sang bunda dari gadis yang terus tidur dengan tak berdosa nya

"Astaga zura bila kau tak kunjung bangun akan ku panggil dad mu" mira mulai mengancam

Mendengar nama Dad nya disebut kelopak mata yang tadi masih terpejam sepenuhnya kini mulai melebar seraya membelalak.

"Mom please ok... ini zura sudah  bangun" zura mulai merengek terus menari ujung baju bunda yang sedang melipat selimut yang sudah tak berbentuk dan tercecer kemana mana.

"Mom baru sebut namanya kau sudah terbangun tadi kemana saja" Mira  menatap remeh zura seraya tersenyum meledek

"Mom sudah tua zura..kamu kan tahu bagaimana lelahnya naik kekamarmu  dan tiap paginya harus menggedor pintu kamarmu dan selalu berakhir meminta kunci cadangan pada marrie" Bunda Mira mulai mengelus perlahan puncak kepala putri kesayangannya.

Marie adalah asisten rumah tangga yang sudah bekerja dikediaman Mira selama  kurang lebih 20 tahun terhitung sejak zura masih dalam kandungan

"Mom lelah sini biar zura pijat" ujar zura mulai menggoda bundanya seraya mengamit lengan Mom untuk dipijat

"ish kau ini" kesal dengan zura Mom memukul dahi zura dengan cukup keras

"Aww Mom sakit.." zura mengaduh mengusap dahi yang ditonyor sang ibu

"Sudah cepat mandi lalu turun untuk sarapan dengan  Daddy mu, dia pasti tengah menggerutu menunggu putrinya  yang terlalu lamban ini"

Zura  memanyunkan bibirnya "lambanku kan menurun dari Mom dasar tak bercermin diri"
Usai mengatakan itu zura berlari meninggalkan Mira  yang tengah kesal dengan tingkah nakal anak gadisnya itu

"Memang anak nakal"

***

"Kau tahu, aku lebih suka bermain dengan benda tumpul daripada mengotori tanganku dengan permainan mengunakan benda tajam" ucap pria memegangi kikir pisau yang mulai berkarat seraya menempelkannya pada leher wanita tak berdaya didepanya terikat dengan kursi kayu rapuh dan jejak air mata di wajah rapuhnya.

"Tolong jangan tuan..kumohon lepaskan aku.. kumohon jangan bunuh aku tuan" wanita itu terus menangis dan memohon dengan pasrahnya

Pria itu malah tersenyum "melihatmu menangis dan memohon seperti itu malah membuat ku semakin bergairah"

Bergairah bukan untuk menyetubuhinya namun dalam hal lain. Kata yang tepat mungkin membunuhnya..

Wanita tak berdaya itu malah semakin menangis ketakutan

"Apa salahku tuan...aku bahkan tak mengenalmu..mengapa kau ingin membunuhku..dosa apa yang kuperbuat" wanita itu mulai berteriak dengan deraian air mata 

"Ssssst...namaku bukan tuan lagipula aku bukan tuanmu panggil saja aku Gabriel" smirk manis menyerupai iblis terbit dibibir pria bernama Gabriel ini.

Gabriel diam sejenak menatap korban kesekian yang disanderanya

"Kau memang tak memiliki salah padaku, aku pun tak mengenalmu. Tapi nona, asal kau tahu  saja membunuh bagiku tak membutuhkan suatu alasan. Karna menurutku membunuh adalah menyelamatkan sebuah nyawa dan bukankah kewajiban setiap manusia untuk menolong sesamanya..iyakan?" Gabriel kembali mendekatkan kikir yang dipegangnya keleher wanita yang disebutnya nona.

psicopath love me !!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang