Part 16 Ikatan Kehidupan

59 2 0
                                    


Hati Seputih Salju

Part 16 Ikatan Kehidupan

Suasana pagi itu masih terasa cukup dingin dan tidak terlalu ramai di jalanan sebelah rumah makan. Masih terlihat embun-embun pagi yang menempel di setiap dedaunan dan pepohonan hias rumah makan tersebut. Mobil avanza hitam milik Sheilla nampak bermandikan embun pagi yang segar itu.

Para pelayan dan petugas rumah makan sudah mulai berdatangan. Kang Shobirin menyapu halaman dan sekitarnya, Kang Mulyo menyapu bagian dalam yaitu ruangan rumah makan seisinya, Bibi Inem dan Mbak Romlah sibuk di ruangan masak mendata bahan-bahan yang mulai habis dan mempersiapkan menu makanan yang stoknya masih banyak.

Sedangkan di ruangan pelanggan umum, di mana terasa asri dengan meja dan bangku yang terbuat dari kayu dan anyaman rotan semua. Balutan warna coklat tua menjadikan ruangan itu terasa seperti warung makan di pedesaan yang sejuk.

Sheilla dan Rizki masih duduk diam di salah satu meja yang jauh dari pintu keluar. Kedua anak muda itu seperti dalam belenggu yang tertekan. Sungkan, grogi dan malu menyelimuti diri keduanya. Sheilla yang tidak punyai keberanian lagi untuk menatap wajah lelaki di depannya karena ada rasa yang mulai tumbuh seiring berjalannya waktu. Rizki yang merasa berhadapan dengan wanita level atas dan merupakan keponakan dari majikannya merasa tak ada kuasa untuk memulai pembicaraan.

"Empp ... gimana?" ucap Sheilla dengan suara yang sangat ragu untuk didengar.

"Gimana, apanya Sheil?"

"Anu ... itu masakanku, apa enak?"

"Ohh ... em ...."

"Ehm, enggak usah dijawab, pasti masih jauh dari kata enak dan sempurna," ucap Sheilla yang kemudian merundukkan kepala karena malu dan sudah yakin masakannya kurang baik karena dia juga sudah merasakannya sendiri. maksud tujuannya bertanya karena ingin mendapat sanjungan dari Rizki, namun hal itu hilang saat dirinya sadar kalau tak layak menanyakan hal yang di mana dia saja sudah bisa menilai kalau masakannya sendiri masih belum baik.

"Enak ... enak kok, masakan kamu enak banget," ucap Rizki kemudian sembari menatap Sheilla yang masih menunduk.

Sheilla mengangkat kepalanya menghadap Rizki. Sheilla kaget saat Rizki menyanjung masakannya. Padahal sudah jelas masakannya itu tidak enak seperti yang Rizki masakkan untuknya.

"Jangan menghina, Riz. Aku tau masakanku enggak enak!" ucap Sheilla dengan membuang muka karena merasa dilecehkan oleh ucapan Rizki.

"Bagiku ini enak Sheill, masakan yang hadir dari tangan lembut dan terawat. Kamu sudah berusaha kok, tidak ada masakan yang sempurna, apalagi ini masakan pertama kamu, bagiku ini sudah lumayan, cuman kamu masih butuh pengetahuan lebih tentang memasak."

Sheilla terdiam, dia mulai mencerna ucapan Rizki. Memang benar, saat memasak dirinya tidak menggunakan perkiraan sehingga rasa yang dihasilkanpun kurang tepat. Masakannya masih begitu dini untuk dinyatakan enak oleh Rizki dan Om-nya.

"Memasak juga butuh insting Sheill, dan insting itu tidak di dapat satu kali memasak melainkan usaha terus menerus. Semangat yah, kamu sudah membuat Om kamu bangga dan terutama orang tua kamu," ucap Rizki sembari mulai beranjak dari tempat duduknya, "yaudah, Sheill, mohon maaf banget aku harus pergi ke dapur sekarang, ada banyak tugas yang harus aku kerjakan sebagai pelayan di rumah makan ini, Assalamu'alaikum."

Rizki pergi ke belakang meninggalkan Sheilla yang masih duduk dengan wajah yang nampak melamun namun sebenarnya sedang banyak merenung. Wajah Rizki yang sempat tersenyum manis melihatkan ketampanannya yang sederhana dan itu membuat Sheilla merasa nyaman.

Hati Seputih Salju (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang