Part 24 Catatan Keputus Asaan

43 2 0
                                    


Hati Seputih Salju

Part 24 Catatan Keputus Asaan

Masih di pagi yang sama, ketika Sheilla meninggalkan rumah makan. Jalanan sudah mulai ramai. Sheilla melajukan kendaraannya menuju ke rumah. Air matanya masih saja mengalir, begitu berat dia harus berkata kasar lagi kepada Rizki. Namun hatinya tidak bisa membiarkannya mengetahui pengorbanan yang dia lakukan demi kebahagiaan masa depan Rizki.

Reyhan akhir-akhir ini telah berani melakukan hal-hal yang menyimpang dari perjanjiannya. Sheilla berusaha selalu menghindar. Dia sunggu belum sanggup dan tidak rela tubuhnya menjadi tumbal bagi nafsu bejad Reyhan. Sudah banyak wanita yang dia tiduri. Demi mencapai ambisi bejadnya, berbagai hal dia lakukan, seperti mengancam Sheilla yang sedang jatuh cinta kepada Rizki.

Sheilla sudah tak bisa memikirkan bulan apa ini dan tangis yang dapat membatalkannya atau tidak sebab tangis itu bukanlah karena Allah. Melainkan tentang beban hati yang begitu mencekam dirinya. Di jalanan yang telah penuh dengan kendaraan dan polusi. Polisi bergerak mengatur lalu lintas agar tetap berjalan dengan stabil.

Dalam jalan yang sedang berhenti pada lampu merah. Pedagang-pedagang asongan ramai mengitari setiap kendaraan yang sedang berhenti menunggu lampu merah berganti menjadi hijau. Rejeki yang mereka cari lebih berat dan memprihatinkan dari kedua orang tua Sheilla. Namun, mereka masih bisa bersama dengan anak-anaknya, meskipun pendidikan yang harus mereka korbankan demi melangsungkan kehidupan.

Air mata Sheilla masih tetaplah mengalir. Ia teringat dengan sikapnya selama ini dengan kedua orang tuanya yang selalu menanyakan kabarnya melalui Om Rahmat. Karena dirinya tidak pernah menanggapi pesan maupun telepon dari kedua orang tuanya. Dirinya merasa bersalah. Sebab karena kesibukan kedua orang tuanyalah, dia bisa mengenyam pendidikan dengan begitu mudah. Namun, dirinya masih saja terbutakan dengan kasih sayang yang kurang dari kedua orang tuanya.

Bocah kecil dengan kulit yang begitu kusam dan dekil mengitari setiap mobil untuk menjajakan korang-korang yang mereka bawa. Siangnya mereka membawa jajanan kecil bagi para pengendara. Di mata Sheilla, mereka seperti ikhlas menjalani kehidupan mereka yang sangat bergantung makan setiap harinya melalui hasil jualan. Sheilla menangis tersedu, memikirkan dirinya yang durhaka kepada kedua orang tuanya. Karena itulah Allah menurunkan ujian yang begitu ia sesali.

Kebahagiaan saat masih mengenyam duni pendidikan dasar terasa menghilang begitu saja ketika dirinya mulai masuk jenjang sekolah menengah pertama. Kedua orang tuanya mulai disibukkan dengan pekerjaan mereka. Ayahnya yang sejak awal memang telah sibuk mengembangkan perusahaannya. Sedangkan Mamahnya, sejak wafatnya kakek Sheilla menyusul neneknya, Mamah dan tantenya yang meneruskan bisnis keluarga yang telah berjalan bertahun-tahun.

Mamahnya yang menjadi tombak penerus bisnis keluarga sampai tak bisa menemaninya setiap hari. Hanya tante Ais kala itu yang selalu menyempatkan diri untuk menemuinya sampai bermain bersamanya. Kasih sayang pasti tetaplah berbeda, meskipun sayangnya seperti apa Tante Aisyah kepadanya, namun rasa seorang Ibu lebih diinginkan daripada orang lain meski saudara sekalipun.

"Masyaallah, astaghfirulah. Aku telah mengabaikan kedua orang tuaku hanya karena sifat egoisku. Aku yang telah dewasa masih belum bisa berpikir secara dewasa. Aku selalu membenci mereka yang sibuk dengan dunia kerja. Sedangkan di sini aku melihat penderitaan yang lebih berat daripada yang aku alami. Berjalan di aspal yang panas dengan kaki telanjang, hanya berharap para pengendara membeli jajanan yang mereka bawa untuk sesuap nasi yang akan melanjutkan kehidupan mereka. inikah siksa dunia yang aku terima sebab menyakiti hati kedua orang tuaku Tuhan? Beri kesempatan aku untuk meminta maaf kepada mereka jika Engkau telah menyiapkan malaikat untuk menjemputku, aku ingin meminta maaf."

Hati Seputih Salju (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang