Jihye terlihat sibuk membereskan beberapa barang pribadinya yang ada di dalam kamar dan memasukkannya ke dalam sebuah kotak. Wajah gadis itu terlihat lelah dan murung.
"Jihye, kau dan Minseok bisa makan dulu sebelum ke rumah baru kalian," kata Nyonya Ryu duduk di tepi ranjang Jihye. Gadis itu menghentikan gerakannya dan terduduk di lantai kamarnya.
Ah... benar.
Jihye sudah menikah sekarang.
Pernikahannya baru saja berlangsung tadi sore dan baru selesai malam ini. Masih Jihye ingat pernikahan itu cukup meriah. Banyak orang yang datang, namun tidak ada sama sekali teman-teman Jihye yang datang karena Minseok tidak mengurus undangan itu. Tamu-tamu itu kebanyakan adalah keluarga besar Minseok, dan rekan kerja ayahnya saja, serta teman-teman Minseok yang hanya tahu Minseok mengelola perusahaan makanan di Korea. Ya. Minseok ingin merahasiakan pernikahannya dari teman-teman di tempat kerjanya.
Minseok kini sedang menunggu Jihye di lantai bawah. Nyonya Kim, maksudnya ibu mertua Jihye, menyuruh mereka langsung menempati rumah apartemen baru mereka yang dibeli seminggu sebelum pernikahan oleh Minseok.
"Hei... jangan melamun. Suamimu sedang menunggu di bawah," ujar Nyonya Ryu.
Suami?
Jihye sendiri bahkan tidak mengenal suaminya. Yang ia tahu pria itu adalah PD yang sangat menyeramkan dan tidak ramah sama sekali.
"Aku takut, Bu," lirih Jihye menunduk. Tanpa sadar air mata gadis itu menggenang. Nyonya Ryu menghela nafas. Ia sangat mengetahui bagaimana perasaan anak gadisnya yang harus menikah muda karena perjodohan.
"Apa yang kau takutkan, Sayang? Suamimu dan keluarganya adalah orang yang baik. Kau harusnya senang ayah dan ibu mertuamu sangat menyukaimu," kata Nyonya Ryu tersenyum sembari membelai rambut Jihye.
"Aku takut... aku masih belum siap menjadi seorang istri," jawab Jihye, "Apalagi dengan Minseok PD."
"Mungkin memang tidak mudah pada awalnya, Jihye," jawab ibunya, "Tapi percayalah, seiring waktu semua akan baik-baik saja. Kalian harus berkenalan perlahan dan saling memahami. Ibu yakin kalian bisa menjadi pasangan yang baik nantinya."
Jihye masih diam, di kepalanya berkecamuk kekhawatiran yang ia takutkan padahal belum tentu terjadi. Nyonya Ryu tersenyum lagi.
"Dulu Ibu dan Ayahmu juga menikah karena dijodohkan," kata Nyonya Ryu, membuat Jihye mendongakan kepalanya.
"Benarkah, Bu?" tanya Jihye.
Nyonya Ryu mengangguk dan wanita itu mulai menerawang masa lalunya, "Ayahmu orang yang pendiam sekali. Sampai-sampai Ibu kesusahan untuk mengajaknya berbicara lebih dekat. Yah, Ibu memang menyukai ayahmu duluan. Jadi Ibu berusaha keras untuk bisa mengenal ayahmu. Sampai akhirnya pria itu luluh pada ibu, dan lahirlah kau."
Pipi Jihye memerah mendengar perkataan ibunya, sementara ibunya tertawa kecil usai bercerita panjang lebar dan melihat perubahan di wajah Jihye.
"Intinya, kau harus bisa menjadi istri yang baik semampu yang kau bisa, Jihye. Aku yakin Minseok pasti bisa bersikap baik padamu," kata ibunya lagi.
Jihye menghela nafasnya dan mengangguk pelan. Gadis itu memasukkan benda terakhir ke dalam kotak kardusnya.
***
Perjalanan malam ini terasa membosankan dan canggung. Jihye hanya menatap jalan-jalan malam hari tanpa berbicara sepatah katapun pada Minseok. Begitu juga dengan Minseok, pria itu juga fokus menyetir mobilnya sedikit cepat. Pria itu hanya butuh mandi dan tidur setelah ini. Pesta pernikahan mereka cukup melelahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married The Producer ✔️
Romance["MARRIED" SERIES #1] Apa yang akan kalian nilai dari sosok Kim Minseok ketika pertama kali bertemu? Dia tampan? Pasti. Dia mapan? Tentu saja. Berpendidikan, mandiri, calon menantu dan suami idaman? Semua predikat itu ada padanya. Dia baik hati dan...