"Kalian tidur di kamar yang berbeda?!"
Jihye meringis, sementara Minseok menghela nafas pelan. Jihye melirik Minseok yang tampak tenang melihat Jisoo sekarang marah karena baru mengetahui keduanya masih pisah ranjang. Salahkan Jihye yang baru sadar dan memperingati Minseok saat mereka di dalam lift. Dan ketika pintu terbuka, Jisoo sudah menunggu mereka dengan wajah menyeramkan dan tangan yang terlipat di depan dada.
"Kami butuh waktu, Bu," ucap Minseok.
"Tapi kalau kalian pisah ranjang, bagaimana kalian saling mengenal, eoh?!" seru Jisoo lagi, "Kapan kalian bisa beri aku cucu?!"
Mendengar ucapan mertuanya, wajah Jihye memerah kemudian. Ia menundukkan kepalanya, sementara Minseok menatap ibunya tajam.
"Bisa tidak bahas itu, Bu?" tanya Minseok.
"Kalian harus membahasnya! Jangan bilang juga pada Ibu kalau kalian memiliki kontrak pernikahan!"
"Ibu kebanyakan nonton drama," celetuk Minseok santai, yang dihadiahi ibunya dengan sebuah lemparan bantal sofa.
"Kau ini! Cepat katakan!"
"K-kami tidak melakukan kontrak pernikahan, Bu," jawab Jihye kali ini.
"Baguslah kalau begitu, Sayang," jawab Jisoo melembut, "Jika kalian benar melakukannya, aku yakin bocah ini biang keladinya!" lanjut Jisoo sembari melotot pada putranya. Minseok sekarang yakin, sepertinya ia adalah menantu yang teraniaya di keluarganya dan Jihye adalah putri kandung mereka.
"Cincin kalian mana?" tanya Jisoo menggebu kembali sembari melihat jari mereka.
"Kami melepasnya, Bu. Sedikit risih jika bekerja dengan cincin," ucap Jihye lagi.
"Malam ini, Ibu mau kalian mengenakannya. Dan malam ini, kalian tidur berdua!" seru Jisoo lagi. Wanita itu kemudian pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam. Sementara Jihye dan Minseok saling lirik di sofa ruang televisi.
"Ambilkan," ujar Minseok pada Jihye sembari memijit pangkal hidungnya.
"Eoh," jawab Jihye kemudian. Gadis itu dengan cepat masuk ke kamarnya dan mengambil dua pasang cincin yang disimpan di kotak beludru warna biru tua. Jihye menyerahkan cincin itu pada Minseok. Keduanya lalu mengenakan cincin pernikahan mereka untuk pertama kalinya setelah menikah.
Keheningan menyelimuti mereka bertiga kemudian di meja makan. Namun Jihye berusaha membuat keadaannya mencair.
"Ayah di rumah, Bu?" tanya Jihye memecah keheningan.
"Ah... ayah mertuamu sedang pergi ke rumah temannya. Katanya mereka ingin memancing dan menginap di tengah daerah pemancingan. Daripada Ibu sendirian, jadi Ibu datang ke sini," jawab Jisoo sembari tersenyum.
"Kapan Ibu kembali?" tanya Minseok.
"Kau ini," desis Jisoo, "Ibumu baru sampai di sini dan kau bertanya kapan aku pulang, eoh?"
"Aku hanya bertanya, Ibuku Sayang. Aku akan mengantar," ucap Minseok. Pria pendiam ini memiliki ibu yang sangat ekspresif sekali. Terkadang Minseok harus mengumpulkan kesabaran lebih untuk menghadapi ibunya yang terlampau sensitif ini.
"Tenang saja. Besok Ibu pulang. Ibu tidak mau merepotkan kalian lama-lama," jawab Jisoo.
Jihye tersenyum mengangguk, "Minseok Oppa bisa menemani Ibu besok."
"Yah... baguslah kalau begitu," ucap Jisoo, "Jadi, kapan kalian bisa memberikan cucu?"
"UHUK!"
Baik Jihye dan Minseok sama-sama tersedak. Satu tersedak air minum, satu lagi tersedak kuah sup ayam jahe.
"Bu," kata Minseok sembari berusaha meredakan batuknya, "Bisakah kau tidak membicarakan itu saat makan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Married The Producer ✔️
Romansa["MARRIED" SERIES #1] Apa yang akan kalian nilai dari sosok Kim Minseok ketika pertama kali bertemu? Dia tampan? Pasti. Dia mapan? Tentu saja. Berpendidikan, mandiri, calon menantu dan suami idaman? Semua predikat itu ada padanya. Dia baik hati dan...