Jihye menutup matanya dengan telapak tangan. Sungguh hari ini bukanlah hari yang ia inginkan. Ia duduk di depan ruang tunggu kamar Emma, menunggu Minseok. Sarang dan Jongdae masih dengan setia menunggu mereka. Gadis itu memilih duduk sendirian untuk menenangkan pikirannya.
"Jongdae," ujar Sarang menyenggol lengan pria itu, "Coba kau temani Jihye."
Jongdae menolehkan kepalanya kepada Jihye, lalu ia menghela nafas, "Aku tidak tahu bagaimana cara membuatnya tenang."
"Sepertinya kau bisa, Jongdae. Aku sudah berulang kali menyemangatinya, tapi ia seperti itu lagi," ujar Sarang.
"Dia butuh waktu sendiri, Sarang. Tidak bisa kau memaksanya jika ia ingin sendirian," jawab Jongdae.
"Coba sekali lagi, kumohon. Jika ia masih ingin sendiri, ya sudah, aku tidak akan minta tolong lagi," ujar gadis Im itu dengan wajah memelas. Jongdae menghela nafasnya lagi lalu berjalan menuju kursi Jihye.
"Jihye-ssi," panggil Jongdae. Jihye menolehkan kepalanya kemudian.
"Ada apa, Jongdae PD?" tanya Jihye dengan suara lirih.
"Ah... aku tidak tega melihatmu seperti ini. Kau benar-benar sungguh tertekan," ujar Jongdae.
"Kau benar, aku sungguh-sungguh merasa bersalah akan hal ini," ujar Jihye.
"Kau tahu? Kurasa Minseok itu menyukaimu," ujar Jongdae tiba-tiba sembari tersenyum tipis kepada Jihye, "Yang aku tahu, ia bukanlah orang yang mau bertanggung jawab atas kesalahan orang lain."
Jihye tertegun mendengar ucapan Jongdae. Pria itu kembali melanjutkan, "Tidak ada satu orang pun yang ia perlakukan seperti itu. Baginya, jika seseorang bersalah, ia harus menanggungnya sendiri. Ia sebagai atasan, tidak pernah membantu banyak atas kesalahan yang dilakukan rekannya. Aku masih ingat bagaimana caranya membiarkanmu mendapat denda karena merusak tanaman dulu."
Jihye mengernyitkan dahinya, "Bagaimana Jongdae PD tahu?"
"Aku berada di sana juga, memperhatikan kalian dari jauh. Ah, dia benar-benar menyeramkan," jawab Jongdae, "Tapi aku tidak menyangka sekarang, ia benar-benar berubah. Baru pertama kalinya aku melihat Minseok rela mengorbankan apa yang ia punya untukmu."
"Kau beruntung bisa disukai olehnya," ujar Jongdae mengakhiri ucapannya.
Jihye tersenyum kecil. Paling tidak ia sedikit terhibur, "Ia adalah atasan yang baik, Jongdae PD."
"Kau benar. Ia sangat baik walau kadang sikapnya menyebalkan," balas Jongdae dengan wajah kesal yang dibuat-buat. Pria itu sedikit lebih tenang ketika melihat Jihye terkekeh kecil.
"Seperti kata Minseok, masalah itu pasti selalu datang. Kau harus siap menghadapinya. Ini bukan hanya masalahmu, Jihye, tapi ini masalah semua orang. Ini masalahku, masalah Sarang, masalah Minseok, dan masalah kru lainnya. Kau rekan kerja kami, dan kami tidak akan membiarkan kau menanggungnya sendirian."
Jihye menganggukkan kepalanya pelan, "Terima kasih, Jongdae PD."
"Jihye!"
Baik Jihye dan Jongdae menolehkan kepalanya ke sumber suara. Bukan hanya mereka berdua, Sarang pun ikut terkejut karena kedatangan sosok itu di sini. Dengan pakaian serba hitam dan didampingi manajernya, Sehun lari dengan wajah panik.
"S-Sehun?!" seru Jihye sontak berdiri karena terkejut tahu-tahu pria itu sudah berada di hadapannya.
"Kau tidak apa-apa, Jihye?!" seru Sehun memegang pundak Jihye. Gadis itu sontak meringis dan Sehun dengan cepat memeriksa lengan Jihye. Pria itu terdiam dan wajahnya menjadi sangat khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married The Producer ✔️
Romance["MARRIED" SERIES #1] Apa yang akan kalian nilai dari sosok Kim Minseok ketika pertama kali bertemu? Dia tampan? Pasti. Dia mapan? Tentu saja. Berpendidikan, mandiri, calon menantu dan suami idaman? Semua predikat itu ada padanya. Dia baik hati dan...