"Sehun, maaf. Aku harus pulang sekarang," ujar Jihye bersiap-siap dengan tasnya usai menerima panggilan.
"Kenapa? Ada urusan penting?" tanya Sehun kemudian.
"Iya. Maafkan aku, Sehun," ujar Jihye beranjak dan ingin keluar dari ruang tersebut, namun lengan Sehun menahannya.
"Akan aku antar, Jihye," ujar Sehun. Jihye tertegun, ini pertama kalinya ia bersentuhan dengan Sehun. Namun perlahan Jihye melepaskan tangan pria itu darinya.
"Tidak apa, Sehun. Aku bisa pulang sendiri," ujar Jihye tersenyum lalu berlari keluar dari kafe itu. Sehun hanya bisa menatap punggung Jihye yang menghilang dibalik pintu keluar kemudian menghela nafas.
Jujur, Sehun selalu merasa kecewa jika Jihye tiba-tiba pergi dan tidak membiarkannya mengantar Jihye. Ingin sekali Sehun berlaku seperti seorang pria untuk gadis itu, dan Sehun ingin Jihye membiarkan dirinya memperlakukan gadis itu layaknya seorang wanita. Namun entah mengapa, Jihye seolah memberikan sebuah batasan yang tidak Sehun ketahui apa alasannya.
***
Jihye sampai di rumah. Keadaan rumah sudah cukup remang-remang karena sebagian lampu dimatikan. Hanya lampu dapur yang belum dimatikan, dan ia bisa melihat Minseok sedang duduk di sana dengan menegak sekaleng bir.
"Minseok PD," gumam Jihye terkejut melihat pria itu sedang terlihat stres. Minseok biasanya akan menghabiskan waktunya minum kopi jika pria itu belum tidur. Tapi sekarang untuk pertama kalinya ia melihat Minseok minum bir di malam hari.
"Oh, kau sudah pulang," ujar Minseok. Pria itu sudah menegak habis sekaleng bir miliknya.
"Kau sudah minum sekaleng bir, nanti kau mabuk jika minum soju," ujar Jihye.
Minseok tersenyum, "Aku kuat minum, Jihye. Kau saja yang tidak tahu." Pria itu kemudian meraih kantong plastik berisikan minuman beralkohol itu. Jihye pun mengambil dua gelas loki dari rak piring, dan ikut duduk bersama Minseok. Ia ingin tahu apa yang sedang Minseok alami hari ini.
"Maaf tadi aku pulang duluan," ujar Minseok ketika Jihye akan membuka mulutnya.
"Memangnya ada masalah apa?" tanya Jihye.
"Emma. Ia butuh bantuanku jadi aku pulang lebih dulu," ujar Minseok. Entah mengapa Jihye merasa tidak senang. Minseok rela pulang lebih cepat hanya karena Emma butuh bantuannya.
"Memangnya ada apa dengan Emma?"
Minseok hanya tersenyum, "Hanya masalah biasa. Kau tidak perlu memikirkannya. Dan tadi juga aku dipanggil oleh Ketua Jang."
Jihye membelalakan matanya, "Kenapa? Apakah karena masalah kemarin?"
Minseok menganggukkan kepalanya, "Beritanya sudah menyebar di media sosial. Jongin menuntut Ketua Jang selaku kepala DBS. Pria itu jadi memanggilku dan bertanya sebenarnya seperti apa. Dan ya, memang aku salah karena memukulnya. Tapi Jongin bisa kulaporkan karena pencemaran nama baik. Ia menjelekkan nama Emma di situ."
Jihye meringis. Minseok sepertinya benar-benar peduli pada Emma. Ia bahkan rela terkena masalah seperti ini demi melindungi Emma. Jihye ragu. Benar-benar ragu akan perasaan yang Minseok utarakan padanya kemarin.
"Jadi, bagaimana selanjutnya?" tanya Jihye.
"Perusahaan akan membantu mengklarifikasi permasalahan ini. Dan aku tidak takut akan permasalahan yang terjadi sekarang. Pria manja itu perlu diberikan pelajaran."
"Baguslah," ujar Jihye tersenyum pelan. Gadis itu kemudian menuangkan soju ke gelas Minseok. Ia memilih tidak banyak bicara lagi karena pikirannya sudah melayang kemana-mana.
![](https://img.wattpad.com/cover/142403030-288-k765161.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Married The Producer ✔️
Romance["MARRIED" SERIES #1] Apa yang akan kalian nilai dari sosok Kim Minseok ketika pertama kali bertemu? Dia tampan? Pasti. Dia mapan? Tentu saja. Berpendidikan, mandiri, calon menantu dan suami idaman? Semua predikat itu ada padanya. Dia baik hati dan...