CHAPTER 8 : [CAN I?]

685 97 14
                                    

"Jihye!" panggil Kyungsoo sembari berjalan menghampiri Jihye ketika gadis itu masuk bekerja. Seharian di rumah membuat gadis itu bosan bukan kepalang, dan ia harus berusaha selalu di dalam kamar ketika Minseok pulang ke rumah. Ah, pernikahan macam apa itu. Keduanya seharian tidak saling tegur kemarin usai keadaan canggung di pagi hari.

"Oh, Kyungsoo, ada apa?" tanya Jihye sembari duduk di bilik kerjanya.

"Kudengar kau sakit, apa benar?" tanya Kyungsoo.

Jihye terdiam dan ia terlihat hati-hati menjawab. Lalu sedetik kemudian, gadis itu tersenyum tipis.

"Ah... iya. Aku sakit dua hari yang lalu. Kau tahu dari mana?" tanya Jihye.

"Minseok PD. Aku bertanya kemana kau, dan ia menjawab kau sakit."

Jihye menganggukkan kepalanya, "Oh ya. Aku lupa kalau aku sudah meminta izin padanya."

Kyungsoo tersenyum lalu menyerahkan beberapa daftar lagu, "Besok acara pertama kita selama bekerja di sini sudah akan dimulai. Semoga kita bisa bekerja dengan baik."

Jihye balas tersenyum, "Benar juga. Semangat untukmu juga, Kyungsoo!"

"Oh ya, nanti sore sampai malam Sehun dan Chanyeol akan berada di sini untuk briefing terakhir. Kalau bisa kau datang ya."

Jihye mengangguk semangat dan sepeninggal Kyungsoo, Jihye tersenyum senang bukan kepalang.

"Tidak sabar rasanya untuk bertemu dengan Sehun!" serunya kecil dan senang. Namun senyum gadis itu perlahan memudar.

"Istri macam apa aku ini..." bisiknya pada dirinya sendiri.

Selama satu malam, Jihye tidak tertidur karena berpikir bagaimana caranya menjadi istri yang baik, jika suaminya adalah orang yang dingin dan menyebalkan macam Minseok. Di sisi lain, Jihye masihlah gadis yang ingin bebas menikmati hidup, termasuk masih suka mengagumi pria lain seperti Sehun, lebih tepatnya, mengidolakan Sehun. Namun Jihye sangat ingin, sekali saja, dirinya bisa bercakap-cakap dengan Minseok dengan baik. Namun tiap kali melihat wajah dingin Minseok, gadis itu hanya bisa menatap dalam diam dan mengubur keinginannya dalam-dalam, seperti sekarang contohnya. Jihye melihat Minseok yang datang ke kantor dan langsung duduk di bilik kerjanya tanpa melihat sekitarnya lagi. Jihye ingin, hari ini tidak membuat Minseok marah.

"Jihye!" panggil Erina sembari berjalan menuju meja Jihye, "Bisa kau temani aku membeli kopi?"

"Nde, Sunbae," jawab Jihye yang kembali langsung beranjak meninggalkan meja kerja, dan sekali lagi menatap Minseok yang tampak tidak acuh.

Apakah aku bisa menjadi istri pria itu seumur hidup? katanya dalam hati.

***

Jihye dan Erina sedang mengantri di sebuah kafe untuk membeli kopi sebagai teman sarapan pagi di kantor. Sembari menunggu, keduanya melihat drama yang ada di televisi gantung yang ada di sana.

"Omo, akhirnya Pangeran Wang mencium Putri Kang di pernikahan mereka!" seru Erina terpesona pada adegan ciuman yang ada di televisi tersebut. Jihye sendiri langsung mengalihkan pandangannya dari layar itu.

"Terlihat romantis, ya!" seru Erina sembari menyenggol lengan Jihye kali ini. Jihye hanya mengangguk dan tersenyum. Ah, bicara soal ciuman, Jihye tidak melakukannya saat pernikahannya. Pria itu hanya mencium keningnya selama dua detik lalu melepaskannya dan berdiri pada titik terjauh, sejauh yang pria itu bisa tanpa menarik perhatian tamu undangan.

Entahlah, apakah Jihye harus merasa senang atau kesal ketika mengingatnya.

"Jihye, kau pernah berciuman dengan seseorang?" tanya Erina tiba-tiba membuat Jihye tersedak salivanya sendiri.

Married The Producer ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang