negen

3.9K 714 66
                                    


Jam menunjukkan pukul 3 pagi dan Jaemin masih tidak bisa memejamkan matanya selepas mimpi buruk yang mendatanginya.


❝Kamu kenapa nangis?❞ tanya seorang anak perempuan dengan tubuh mungil dan bibir merah menggemaskan pada anak laki-laki dengan lebam di sekujur tubuhnya, seperti habis mengalami tindakan kekerasan.

Bocah itu mendongakkan kepalanya dan menatap manik gadis itu. Dengan sesenggukkan ia menjawab, ❝D-daddy mommy selalu be-bertengkar. Na-nana sedih karena m-mereka sering berteriak cerai dan memukuli Nana sebagai o-objek pelampiasan mereka.❞

Hati gadis itu terenyuh dan tangannya bergerak menyentuh pipi Nanaㅡmenghapus air matanyaㅡsambil berjongkok di hadapannya.

❝Nana itu cowok, harus kuat. Daddy mommy nya Nana ga mungkin cerai.❞

Nana menunduk dan menangis dalam diam. Bocah seumuran dirinya juga tak ada yang mau keluarganya di landa masalah perceraian dan tindak kekerasan.

Nana menatap gadis di depannya dengan tajam lalu berkata, ❝Bohong. Kamu bukan siapa-siapa mana mungkin ngerti masalah Nana.❞

Gadis kecil itu mengangguk sambil tersenyum, manis sekali sampai tangis Nana berhenti. Seperti matahari yang menyinari padang rumput yang basah.

Ia memegang tangan Nana dan membalas, ❝Aku memang gak tau. Tapiㅡ❞ dia menatap lebamnya sejenak lalu melanjutkan perkataannya. ❝kakak aku pernah kayak kamu.❞ lirih gadis itu dan meneteskan air matanya.

Tubuh Nana menegang, tak mengerti apa maksudnya. Jadi dia tidak sendirian, begitu?

❝Aku punya kakak, dia meninggal 3 bulan yang lalu. Penyebabnya persis banget kayak kamu. Tapi kakakku umur sebelas tahun. Dia udah tahu apa yang harus dia perbuatㅡ❞ ia memberi jeda sejenak.

Ia berusaha menahan tangisnya dengan susah payah setiap mengingat kakaknya, Jeon Jungkook.

❝dia meninggal, tepatnya bunuh diri...❞ lanjut gadis itu membuat Nana terdiam dan dilingkupi rasa bersalah.

Nana menggigit bibir bawahnya dan memegang tangan gadis itu. ❝Maaf... Nana gak tahu.❞

Gadis itu menggeleng dan tersenyum. Nana tertegun melihat senyumnya yang masih bisa secerah itu.

❝Gapapa, manusia selalu berbuat kesalahan. Sebab itu manusia juga diberi kuasa untuk memaafkan. Aku juga minta maaf, kita bukan teman, tapi aku malah cerita semuanya ke kamu dan bikin kamu terbebani. Maaf, ya?❞

Nana mengangguk.

❝Nana, kamu harus percaya. Kebahagiaan itu bukan fiksi. Mungkin sekarang orangtua kamu bertengkar, tapi siapa yang tahu kalau besok mereka rukun?❞

❝Bahagia itu sederhana.❞ lanjutnya sambil bangkit berdiri.

Nana menatap gadis itu dan ikut berdiri. Bahagia itu sederhana? Apa mungkin dia bisa mendapatkan kebahagiaannya sendiri? Bagaimana?

❝Tapi Nana gak punya siapa-siapa...❞

Gadis itu tersenyum, ❝Ada aku disini.❞

Mulai saat itu juga, Nana berteman dengannya. Hari-harinya memang lebih cerah dari biasanya selama dia bersama dengan gadis kecil itu.

Tak bisa dipungkiri, Nana juga mulai ketergantungan dengan kehadirannya.

Sampai suatu saat, gadis itu meninggalkannya.

Tanpa Nana sadari, gadis itu selama ini memang sengaja meninggalkannya. Dia pergi tanpa memberi kata perpisahan. Bahkan gadis itu juga tidak pernah memberitahu namanya.

Gadis itu berbohong. Katanya kebahagiaan itu nyata. Tapi apa? Omong kosong yang ia peroleh.

Mommy dan daddy nya meninggal karena kecelakaan. Dan tak lama kemudian, Hae pergi tanpa kabar.

Setiap hari, minggu, bulan, dan tahun, Nana selalu melewati rumah kosong yang dulu sempat Hae tinggali. Namun tetap saja, tak ada satupun panggilannya yang terbalaskan.

Nana memanggil gadis itu Hae, karena dalam bahasa neneknya, Hae berarti matahari.

Ya, Hae adalah mataharinya Nana.


Dan Jeon Airin adalah Hae nya. Dan dia juga lah yang membentuk sikap dan kepribadian Jaemin yang saat ini.



OBSESSION.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang