vierentwintig

2.3K 342 11
                                    

Idiot. Airin itu bodoh, pikir Jaemin kehabisan akal. Hampir saja emosinya tersulut karena ucapan sampah gadis itu.

Tapi untuk beberapa alasan, niatnya untuk benar-benar marah dengan cara kejam—seperti menghancurkan Airin di kasurnya—agaknya mulai sedikit berkurang. Atau bisa dibilang, Jaemin mulai merasakan perubahan.

Penyebabnya? Jaemin tidak tahu. Tepatnya, Jaemin tidak mengerti dengan dirinya sendiri.

Setelah Mark jelas-jelas meninggalkannya, kini Airin bersikap bodoh. Benar-benar sesuatu, batinnya sedikit geram. Tapi mengingat Jaemin sudah pernah mengancam Mark dengan ancaman konyolnya, sepertinya nama Mark juga tidak akan berpengaruh lagi untuk Jaemin sekalipun gadis itu mengancamnya dengan ucapan, "I'm Mark Lee's."

Ingin sekali Jaemin tertawa jahat ketika Airin dengan otak kosongnya membanggakan dirinya saat menyebut nama Mark seperti itu.

Namun tetap saja, Jaemin tetap khawatir.

Hari demi hari berlalu, Airin tidak lagi banyak membantah ucapan Jaemin. Gadis itu bahkan tidak mengelak ataupun berlagak sinis lagi. Dan hal itu mengundang pertanyaan di benak Jaemin.

❝Hari ini kamu ga usah masak,❞ ucap Jaemin ketika Airin hampir mengenakan apronnya.

❝Kenapa?❞

❝Hari ini kita makan diluar,❞ Ketika Jaemin melihat perubahan raut muka Airin, ia buru-buru menyambung ucapannya, ❝jangan tanya kenapa. Cukup lakuin dan siap-siap. Waktu kamu cuma 5 menit.❞

Airin akhirnya mengangguk meskipun sebenarnya gadis itu tengah dilanda bingung. Terakhir kali Jaemin mengajaknya keluar, dia kabur. Dan aksinya hampir berhasil kalau saja Airin tidak pergi ke apartement Mark.

Jadi sekarang, haruskah Airin berbuat sesuatu lagi?

OBSESSION.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang