Alasan Na Jaemin
Aku menaruh hatiku ke dalam tanganmu, inilah jiwaku yang harus kau jaga. Tolong, jangan menaruh hati pada yang lain. Tapi kau mengingkarinya.
Mata itu tidak bisa berbohong. Mereka memancarkan beragam perasaan. Dari mata juga, kau menemukan kejujuran selain dari air muka.
Bukan tanpa alasan Jaemin menjebak Airin dan membawanya ke apartementnya. Kini apa yang ia mau sudah berhasil ia dapatkan.
Jaemin benci akan fakta bahwa Airin melupakan sosok Nana dalam dirinya.
Gadis itu bahkan kini tampak lebih bahagia. Dia benci melihatnya. Gadis itu tak boleh berbahagia atas kesusahannya selama ini dalam mencari Airin.
Jaemin benci dilupakan.
Dia benci di tinggal. Dia benci hidup sendirian. Dia benci segalanya.
Namun rasanya semua itu masih terasa kurang. Hatinya masih hampa dan merasa takut kehilangan.
Pernahkah kau sadari akulah yang kau sakiti?
Memang bukan salahnya, sebab Airin sebenarnya lupa siapa Jaemin dalam hidup masa kecilnya.
Tapi tak bisakah Airin melihat sekitarnya dan sadar kalau ada dirinya yang selama ini menanti? Tak bisa, kah?
Dia tidak meminta banyak hal. Cukup satu hal, yaitu pengakuan Airin jikalau Jaemin pernah singgah di dalam pikirannya meski hanya sekedar perasaan bingung mengapa Jaemin selalu mengikutinya.
Tapi sayangnya tidak.
Gadis itu bahkan tidak mengetahui namanya. Padahal satu angkatan.
10 tahun yang lalu,
Airin merupakan teman kecil Jaemin satu-satunya. Ia hadir dalam kehidupannya dan membuat Jaemin percaya kalau kebahagiaan memang nyata.
Meskipun setelahnya gadis itu malah meninggalkan dia dan pindah rumah. Naasnya, tak lama kemudian kedua orangtuanya tertimpa nasib malang, keduanya meninggal saat dalam perjalanan pulang ke rumah.
Semua orang meninggalkannya bahkan diumur yang tergolong muda, yaitu 8 tahun. Bahkan Jaemin sempat berpikir kalau dulu Airin datang menghampirinya dengan mengaku kalau kakaknya bunuh diri hanyalah akal-akalannya saja.
❝Jaemin, a-akuㅡ❞
❝No. Stay in your room.❞ potongnya cepat.
Jaemin tidak mau kehilangan Airin lagi.
Cukup sekali saja. Tak perlu sampai kedua kalinya.
Airin mendesah kecewa dan menatap Jaemin dengan melas. ❝Gak bisakah kamu melepasku? Aku bersumpah ga akan melaporkan semua yang sudah kamu perbuat.❞
Jaemin menggeram tertahan. ❝Masuk, sebelum aku hajar kamu lagi.❞ titah Jaemin membuat Airin menciut dan menaati ucapannya.
Selalu begitu.
Airin lemah. Jaemin pun sebenarnya juga, bahkan dia jauh lebih lemah, terutama batinnya. Hanya saja, Jaemin lebih pandai menggunakan akal dan fisiknya.
Yah, bukankah begitu caranya manusia bertahan hidup? Barangsiapa yang lebih kuat dan cerdas, dia akan hidup lebih lama dibandingkan yang lemah dan ketergantungan.
--
setelah chapter ini, bakalan lebih banyak dialog (mungkin).
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESSION.
Short Story[ON HOLD] this is how obsession destroys love. 𝓳𝓲𝓶𝓭𝓸𝓸𝓷𝓰𝓲𝓮, 𝓮𝓼𝓽. '¹⁸