Angin berhembus menggerakkan helai rambutku. Rasanya suasana dan pemandangan sore hari di sungai Han begitu terlihat elok dimataku. Banyak warga kota Seoul yang memilih menghabiskan sisa hari ini dengan bersepeda atau menggelar tikar untuk duduk bersama keluarga mereka di area sungai cantik ini. Banyak juga orang yang hanya sekedar berjalan-jalan sore disini seperti yang kini aku dan Changmin lakukan.
"Aku ingin menikmati senja ditempat ini, tapi ku rasa matahari masih belum mendekati laut hingga suasana jingga dilangit masih belum terlihat,"kata Changmin.
Aku tersenyum tipis lalu menoleh pada Changmin yang lebih tinggi dariku, tubuhku hanya sebatas lehernya ngomong-ngomong. "Kalau begitu kita bisa menunggu disini sampai senja itu datang"
Aku dan Changmin berjalan menuju pagar yang menjadi tembok pembatas antara jalanan dengan sungai. Aku menumpukan tanganku disana sambil mataku mengedar ke sekeliling sungai Han. Bisa ku lihat diseberang sungai ini ada banyak gedung-gedung pencakar langit dan jalan raya dengan banyak kendaraan yang berlalu-lalang.
Aku melihat ke bawahku, mataku terus menatap betapa jernihnya air sungai ini. Warga kota Seoul dan pemerintah benar-benar menjaga kebersihan seluruh kota termasuk sungai yang menjadi salah satu icon kota ini hingga mampu membuatnya begitu elok dipandang mata. Aku bersyukur terlahir di kota yang bersih dan tertata seperti ini.
Aku menutup mataku. Hidungku menarik rakus oksigen lalu perlahan menghembuskannya. Aku tersenyum tipis, mataku membuka kembali setelahnya memokuskan pandanganku pada area sungai dengan senyuman yang semakin mengembang dibibirku.
Aku sangat menyukai suasana alam seperti ini...
"Jungkook..."
Aku menoleh pada Changmin lalu kedua alisku terangkat,"ada apa?"
Changmin memegang dada kirinya, dahiku mengerut melihat itu. "Kau kenapa?"
"Jantungku...,"Changmin menatap mataku dengan serius,"jantungku kenapa berdetak sangat kencang sekali?"
Aku mengerjapkan mataku.
"Melihat kau tersenyum dengan background suasana senja seperti ini, kenapa tiba-tiba dadaku berdesir? Perasaan apa ini?"
Aku terus menatap Changmin dengan bingung, setelah itu mengalihkan pandanganku pada aliran sungai yang sekarang terlihat berkilauan karena tertimpa sinar senja. "Aku... tidak tahu"
Aku menoleh pada Changmin, air muka dan sorot matanya terlihat jika ia sedang kebingungan. Keheningan mulai menyelimuti kami dalam waktu yang cukup lama, entah kenapa wajah Changmin terlihat murung sekarang.
Aku menepuk bahu Changmin lalu tersenyum,"senja yang kau tunggu-tunggu sejak tadi sudah datang, kenapa kau tidak mencoba untuk menikmatinya?"
Changmin terkekeh,"maafkan aku, aku.. aku hanya, maksudku perasaanku terasa tidak enak. Tapi lupakan, mungkin.. mungkin aku sedang... lapar?"
Changmin tertawa yang entah kenapa terdengar hambar ditelingaku, mataku menoleh pada tangannya yang terlihat memegang kuat tembok pagar.
Dia lapar atau sedang tegang?
"Kau tegang?,"tanyaku.
"Apa?!"
Entah aku salah bicara atau apa, tapi reaksi Changmin sungguh berlebihan. Matanya melihat kaget padaku dengan tangan yang langsung menghalangi... maafkan aku, daerah vitalnya. Aku mengernyit bingung melihat itu.
"Apa yang kau katakan Jungkook? Lagipula apa alasan yang membuatku 'tegang'? Aku tak melihat seseorang memakai baju transparan atau pakaian seksi lainnya yang bisa membuatku 'tegang', jadi untuk apa kau menanyakan aku 'tegang' atau tidak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband and His Girlfriend 1 [BXB] COMPLETED ✔
عاطفيةKurang apalagi perjuanganku selama ini? Kurang apalagi pengorbanan yang telah aku berikan untuknya? Masih kurang sabar apa aku menghadapi perlakuannya selama ini padaku? Apa cinta yang sudah ku sembahkan untuknya selama ini masih kurang? Atau pembuk...