Chapter 31 : Bertahanlah

5.6K 667 22
                                    

Aku sungguh bahagia atas pernyataan dokter yang ku dengar beberapa waktu lalu.

Kalian tahu apa?

Taehyung... Taehyung suamiku sudah memiliki perkembangan kesehatan yang baik!

Aku menghapus air mata bahagia dipipiku. Aku mengusap lembut surai Taehyung.

"Bagus chagi... terus berjuanglah, aku yakin kau bisa, aku yakin suamiku ini pasti bisa melawan penyakitnya. Terus berontaklah dari komamu, aku percaya kau pasti mampu karena ku tahu kau adalah laki-laki yang kuat..."

Aku mendekatkan wajahku dengan wajah Taehyung lalu bersuara dengan lembut."Semangatlah sayang... semangatlah untuk kembali pulih seperti aku yang selalu semangat menantimu disini.. lekas sembuh ne? Aku menyayangimu.."

Aku mengecup dahi Taehyung.

Aku terus memandang wajah Taehyung dengan senyuman penuh harap dibibirku, tanganku masih terus mengusap lembut surainya.

beberapa lama kemudian aku mendengar suara pintu diketuk.

"Siapa?,"tanyaku.

"Saya Jaebum tuan.."

"Ah.. silahkan masuk"

Ckleak...

Aku melihat Jaebum dengan setelan jas seperti biasa, ia menutup pintu kembali lalu menghampiriku.

"Selamat siang tuan.."

Aku mengangguk,"ya.. selamat siang"

"Saya dengar kesehatan tuan Taehyung sudah berkembang dengan sangat baik. Apa itu benar?"

Senyumanku mengembang lebar sambil mengangguk antusias."Ya, kau benar Jaebum, kesehatan suamiku sudah membaik"

Jaebum tersenyum hangat."Saya turut senang mendengarnya"

Aku mengangguk samar lalu menoleh pada Taehyung dengan senyuman yang masih menghiasi bibirku.

"Kau tahu, ini semua berkat kebaikan Tuhan. Dan mungkin karena aku yang selalu menyemangatinya untuk kembali pulih bahkan tadi pagi aku juga menyanyikan lagu untuknya, ku rasa karena itu Taehyung jadi semangat untuk bangun dari koma nya"

Jaebum terkekeh,"ternyata anda adalah pasangan yang cukup romantis tuan.."

Aku menaikan kedua alisku sambil menoleh pada Jaebum."Romantis? Ku rasa tidak.."

"Anda iya tuan.. menurut saya anda adalah seorang pasangan yang sangat baik, tuan Taehyung sangat beruntung bisa memilikimu. Kalau saya boleh jujur, saya juga iri pada tuan Tae karena bisa memiliki pasangan yang manis juga memiliki good manner seperti anda"

Aku terkekeh, sejujurnya aku merasa malu mendengar ucapan Jaebum barusan."Apa kau sudah mempunyai istri? Jika iya, ku rasa istrimu akan marah mendengarnya karena menganggapmu tak bersyukur telah memilikinya"

Jaebum tersenyum canggung."Saya belum mempunyai pasangan tuan.."

"Ah? Benarkah? Berapa umurmu?"

"Tahun ini saya berumur dua puluh empat tahun.."

"Oh.. kalau begitu aku lebih muda tiga tahun darimu,"aku terkekeh,"usiamu sudah matang, tapi masih cukup muda juga untuk menikah. Tapi jika kau sudah mampu, cepat menikahlah.."

"Sebenarnya saya sudah sangat mampu tuan. Tapi jika calon istrinya saja tak ada, saya bisa apa selain dengan terus menyendiri seperti ini, lagipula saya masih ingin fokus pada carrierku"

Aku terkekeh,"ya, itu pilihanmu..."

Percakapan kamipun diakhiri dengan Jaebum yang menerima panggilan telepon dari seseorang,"tuan Jungkook, saya harus pamit, ada hal penting yang harus saya kerjakan. Permisi"

Dahiku sedikit mengernyit. Kenapa dia terlihat terburu-buru sekali?

Jaebum melangkah keluar, aku masih menatap bingung ke arah pintu sebelum akhirnya memutuskan untuk kembali menatap Taehyung. Aku mengusap lembut lengannya.

Aku mendengar suara pintu kembali dibuka, apa itu jaebum? Kepalaku langsung menoleh ke arah pintu."Ada apa Jaebum?"

Aku mengernyitkan dahiku saat pintu itu hanya dibuka sedikit dan tak kunjung ada orang yang masuk."Jaebum? Apa itu kau?"

Aku memilih berdiri lalu melangkah mendekati pintu namun aku malah dibuat mematung dengan mata membulat. Jantungku berdetak cepat dengan hawa takut yang menguasai tubuhku.

Aku melihat ada seorang laki-laki dengan pakaian serba hitam sedang berdiri diambang pintu, wajahnya ditutupi oleh masker dan topi hingga aku hanya bisa melihat mata hitamnya yang sedang menatapku tajam.

Mata itu... seperti tidak asing bagiku.

Aku hendak menghampirinya namun dengan secepat kilat ia malah melangkah pergi.

Aku segera membuka pintu lebar lalu melihat ke arah laki-laki itu pergi. Ia berlari dengan cepat di lorong rumah sakit, melihat itu aku langsung berlari mengejarnya.

"Hei! Jangan kabur!"

Aku terus berlari mengejar orang itu namun beberapa lama kemudian aku malah kehilangan jejaknya diantara orang-orang yang sedang berlalu lalang di dalam koridor rumah sakit ini.

Aku terengah-engah, napasku berderu cepat. Aku membungkuk dengan tanganku tertumpu pada lutut. Aku terus berusaha menormalkan napasku setelah bermenit-menit aku berlari mengejar laki-laki misterius itu.

Aku menegakkan tubuhku kembali.

Jaebum, aku harus menghubunginya..

Aku segera merogoh ponsel di saku celanaku lalu langsung menekan panggilan ke kontak milik Jaebum.

Aku berdecak.

Kenapa ponselnya tidak aktif disaat keadaan genting seperti ini? Aku hampir saja menangkap sosok yang ku yakini orang yang mendorong Taehyung.

Aku menyimpan ponselku kembali lalu berbalik untuk melangkah menuju ruangan Taehyung. Aku belok ke kanan untuk menuju lorong selanjutnya setelah beberapa belas meter aku berjalan akhirnya aku sampai didepan pintu dimana ruangan Taehyung dirawat.

Aku mendesah kasar saat aku mengejar orang tadi aku malah lupa untuk menutup pintu kembali.

"Kenapa aku ceroboh seperti ini?,"sesalku.

Aku hendak melangkah masuk, namun...

"TAEHYUNG!"

Aku malah dibuat terkejut dengan Taehyung yang kini sedang terkapar di lantai dengan alat-alat medis yang terlepas dari tubuhnya.

Dengan panik aku langsung memeluk tubuhnya.

"Siapa yang melakukan ini padamu?!"

Perasaanku semakin kacau saat ku lihat darah mengalir deras dari hidung dan mulut Taehyung.

"Tae...!,"aku refleks mengguncang tubuh Taehyung dipelukanku sambil menangis histeris.

Tanganku langsung mengelap darah diwajahnya setelah itu mencium dahinya lama.

Aku sangat mengkhawatirkan keselamatan Taehyung.

Tanganku segera meraih lengan Taehyung lalu dengan cepat aku memeriksa denyut nadi yang ada dipergelangan tangannya.

Lemah... sangat lemah...

Seketika itu tubuhku melemas. Tangisku semakin kencang. Dengan sisa tenaga yang ada aku berusaha mati-matian untuk menekan tombol darurat disisi kasur.

Setelah itu aku menyatukan dahiku dengan dahi Taehyung sambil memeluknya erat. Air mataku terus keluar deras lalu menetes ke permukaan wajah Taehyung dan membuatnya mengalir diwajahnya yang kini menirus itu.

Aku memekik kesal saat petugas kesehatan tak kunjung datang. Perasaanku semakin kacau, rasanya aku hampir mati karena rasa khawatir yang menguasai diriku.

Aku semakin panik saat ku dengar hembusan napas Taehyung terdengar memberat, dadanya memompa sangat lemah dengan darah yang terus mengalir dari hidung dan mulutnya. Aku semakin histeris, tangisku semakin pecah.

"Tae... beratahanlah sayang.. kumohon bertahanlah... bertahanlah untukku Tae... hiks... bertahanlah..."

-To Be Continued-

My Husband and His Girlfriend 1 [BXB] COMPLETED ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang