Kayna melihat jam di pergelangan tangannya lalu mengalihkan tatapannya pada sebuah notebook kecil yang sudah penuh tulisan. Hari ini Kayna mau ulangan Biologi jadi dia harus benar-benar mengahapal isi materi.
Apalagi nama-nama ilmiah di Biologi itu banyak.
Reza yang menyetir didepan tersenyum simpul melihat adiknya yang sangat serius, tidak dengan Dhika di sebelahnya. Sejak semalam cowok itu dibuat bertanya-tanya siapa yang mengantarkan Kayna pulang kerumah.
Kayna bilang kan dia ke rumah Risha. Biasanya jika Kayna main ke rumah Risha, pulangnya pasti diantar sama supirnya Risha sendiri jadi para kakaknya tidak perlu repot.
Tapi semalam itu jelas seorang cowok yang mengantar Kayna pulang. Itu bukan Justin, Dhika tau itu bukan motor Justin. Cowok itu jelas-jelas asing buat Dhika sampai-sampai dia dibuat cemas apakah Kayna sudah punya pacar? Tidak, bagi mereka Kayna masih terlalu kecil dan Reza, Dhika, maupun Arka jelas tidak akan membiarkan hal itu.
Dhika mengalihkan pandanganya ke Kayna lalu bertanya. "Kayna, kemarin siapa yang anterin kamu pulang?"
Kayna terkejut, langsung gugup. Semalam Kayna yakin tidak ada yang sadar dia sudah masuk diam-diam ke dalam rumah karena memang rumah mereka selalu sesepi itu. Jadi tidak mungkin bukan ada yang melihat Ravel di depan rumah? Kayna panik mendadak.
Reza yang bingung ikut bertanya. "Emangnya siapa? Biasanya juga supirnya Risha kan? Kemarin kamu kan main ke rumahnya."
Reza tidak tau sebab kemarin dia tidak ada dirumahnya. Tapi Kayna khawatirnya sama Dhika.
"Iya kok, Kak Reza. Aku main ke rumahnya Risha." Kayna berbohong lagi.
"Tapi yang anterin pulang kamu itu cowok. Siapa? Kenapa juga kamu kemarin pulangnya malem?" tanya Dhika lebih seperti mendesak.
Kayna diam, dia menggigit bibirnya. Kayna tidak tahu mau menjawab apa.
"Aku nggak masalahin kamu ke mana, Na. Tapi Kakak gak suka kamu pulang malem kayak kemarin. Kamu nggak sadar kan Kakak liat kamu dari balkon kamar."
"Iya maaf. Gak akan pulang malam lagi."
"Siapa yang anterin kamu?" tanya Reza.
"Itu temen aku Kak." Kayna bersyukur karena bisa menjawab dengan tidak gugup.
"Beneran?" Dhika sepertinya tidak percaya.
"Iya beneran. Kita kerja kelompok di rumahnya Risha terus dia yang anterin aku." untuk kesekian kali Kayna berbohong lagi. Jelas terpaksa. Kayna tidak biasa sesuka ini untuk berbohong sama orang terdekatnya.