eaaa gue kombek anjir :v oke selamat membaca.
*
Tentu yang namanya pasar malam, pastinya akan ramai dikunjungi banyak orang. Kayna sangat suka pasar malam, banyak aneka jajanan juga wahana permainan yang menyenangkan ataupun menegangkan seperti rumah hantu.
Kayna suka sekali pergi kesana, salah satunya adalah rumah hantu, selain karena menguji adrenalin, juga karena hal itu terasa menyenangkan dilakukan seperti melihat hantu-hantu palsu namun terasa sungguhan membuat Kayna kaget namun setelahnya, gadis itu tertawa kesenangan.
Sejak kecil, jika ditanya siapa yang paling pemberani terkait alam gaib, makhluk astral, setan-setanan, dan juga film-film horor lainnya antara Kayna dan ketiga kakaknya, tentu orang itu adalah Kayna yang sebenarnya paling bungsu diantara mereka.
Kalau Reza diajak nonton film horor, dia sebenarnya akan mau-mau saja dan menontonnya sampai habis. Namun kelemahannya adalah pada saat hantunya muncul secara dramatis, atau saat-saat detik kehadiran hantu seram itu tiba, Reza juga dengan dramatis akan menutup matanya secara refleks tapi masih coba mengintip. Gayanya memang terkesan cool dan dewasa. Tapi Reza itu takut sama hantu.
Sedangkan Dhika akan melempar alasan bahwa dia tidak menyukai film horor dan lebih memilih film action atau kata lainnya, daripada genre horor, dia lebih memilih genre lainnya.
Dan ketiga, Arka Milano si pengabdi sepak bola yang dia cintai setengah mati itu mengatakan jika tidak baik menonton film horor. Nanti bisa mimpi buruk dan paranoid. Tamat.
"Kamu mau nggak ke rumah hantu?" Kayna bertanya setelah menarik tangan Justin yang pengen beli permen kapas.
"Gak, serem."
Kayna tertawa. "Kamu kan cowok."
"Bukannya gimana, ntar kalo di dalem lo pasti teriak-teriak karena takut. Mending nggak usah."
"Justin, aku gak pernah takut. Justru rasanya seru banget."
"Nggak." Justin menggeleng.
Kayna mengurucutkan bibirnya kesal. "Penakut!" ejeknya.
Justin mencubit pipi gadis itu lalu menyodorkan permen kapas yang telah di terima dari si penjual. "Nih, makan."
Mata Kayna berbinar, tampak bersemangat sekali menerima permen itu layaknya anak kecil. Membuat Justin gemas padanya lalu mengacak puncak kepala gadis itu.
Ada lima orang tak jauh dari mereka memperhatikan. Mereka Tampak mencolok diantara orang yang berlalu lalang.
Ravel memasukkan kedua tangannya pada saku hoodie. Matanya menajam, melihat dengan jelas disana tampak seorang cowok yang mengacak rambut sang gadis. Ravel jelas mengenal keduanya.