#11

100 61 40
                                    

"Gue kesini kepengen liat lo."

Ravel memang aneh banget ya? Kenapa suka sekali berubah-ubah sikap ke Kayna? Apa dia tidak tau Kayna bisa deg-degan juga karena tingkah absurdnya?

"Kok diem?"

"Hah?"

"Hah hah mulu!"

"Enggak, ini suara kamu kecil banget!"

"Gue pengen liat lo, puas?"

Kayna menghela napas. "Vel, kamu sebenarnya lagi kenapa sih?"

"Kenapa apanya?"

"Nggak ingat? Tadi aja kamu marah-marah sama aku, sekarang kamu malah gini kan aneh."

Ravel menghela nafas, ada jeda sejenak. "Nggak seharusnya gue emosi tadi."

Kayna tersenyum kecil. "Hm?"

Dari bawah, Ravel masih tetap setia menatap Kayna. "Bukan salah lo. Maaf udah marah-marah nggak jelas."

Lihat? Ravel bukan cowok yang seburuk itu. Kayna semakin yakin jika berteman dengan Ravel adalah hal baik.

"Mungkin aku sempet bikin kamu tersinggung juga. Maafin aku juga ya?" Kayna terkekeh.

Ravel mendecak, mengacak-acak rambutnya disana bikin Kayna terkekeh lagi.

"Lo pikir gue bisa tenang?"

"Maksudnya?"

"Gue nggak bisa tenang."

Kayna mengerutkan keningnya. "Kenapa sih kamu?"

"Selalu aja gue ngerasa bersalah tiap abis marahin lo. Aneh, gue sendiri nggak ngerti kenapa."

Kayna mengulum senyum. Ternyata selarut ini Ravel ke rumahnya hanya untuk meminta maaf pada Kayna. Kayna sendiri juga tidak tahu kenapa, tiap Ravel marah sama dia atau ngisengin dia, cowok itu bakalan cepat datang dan minta maaf dengan sendirinya. Tapi hari berikutnya dia bakalan kumat dan berulah lagi. Kayna benci mengakuinya tapi dia suka Ravel bertingkah seperti itu.

"Aku kesitu ya?"

Ravel sedikit terkejut. "Nggak usah, gue dikit lagi cabut."

"Ih tunggu, jangan pergi dulu!"

"Mau ngapain sih?"

"Tunggu bentar." Kayna langsung kembali masuk kedalam kamarnya. Ravel menaikkan alis melihat Kayna udah menghilang di balkon. "Awas aja kalo kamu pergi."

"Kayna."

"Iya Vel?"

"Jangan keluar dengan pakaian kayak gitu." ucap Ravel meskipun datar. "Disini dingin."

Sialan. Kenapa wajah Kayna harus tiba-tiba memanas?

"Oke."

"Yaudah gue tungguin." Ravel langsung mematikan sambungan teleponnya.

*

Karena Ravel yang semalam hilang tidak tahu kemana, Axel jadi berfikir bahwa cowok itu diculik atau kesasar di suatu tempat. Tapi Kayna bilang pada Axel bahwa Ravel udah pulang duluan, jadi Axel merasa lega juga tak perlu merasa bahwa sahabat sejatinya itu telah menghilang dari muka bumi.

VELAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang