17. Keluarga Adam

414 26 0
                                    

Alangkah baiknya sebelum baca Vote dulu ya....

"Assalamualaikum" seru Adam ketika memasuki sebuah rumah yang sudah lama tidak ia datangi.

"Waalaikum salam, ya ampun Adam mama kira kamu sudah lupa jalan pulang nak" seru seorang wanita paruh baya. Adam hanya tersenyum membalas ucapan sang mama.

"papa ada ma?" tanya Adam

"papa ada, lagi di ruang kerjanya" jawab mama

"Adam mau ngomong sama mama dan papa" setelah sampa di ruang kerja sang papa. Adam langsung membicarakan apa yang ingin ia sampaikan.

"maaf sebelumnya kalau Adam mengganggu waktu mama dan papa malam-malam begini. Tapi Adam tidak punya waktu lagi kalau Adam harus menundanya" ada jeda di ucapan adam.

"pasti ini sangat penting sampai kamu harus menemui mama dan papa malam-malam begini. Sampaikan apa yng ingin kamu sampaikan nak" seru papa dengan wajah lembutnya.

"Adam minta maaf kalau apa yang akan adam sampaikan ini menyakiti hati mama dan papa. Tapi Adam mohon tolong terima keputusan Adam" Adam menjeda ucapannya lagi

"sebenarnya Adam ingin membatalkan pertunagan Antara Adam dan Putri. Adam gak bisa bohongi perasaan Adam kalu rasa cinta Adam untuk putri udah sirna sejak kejadian itu."

" Sekarang yang ada di fikiran Adam cuman ada Meisya dan anak yang ada di kandungannya. Adam gak tega, adam gak mau kalau sampai anak adam gak punya ayah. Adam, adam gak mau ma pa" setitik air mata Adam jatuh entah karen apa yang pasti hatinya sakit jika memikirkan Meisya yang sedang mengandung anaknya dan mengurusnya seorang diri.

"papa dan mama tidak bisa melarang kamu nak. Kalau itu yang terbaik maka lakukanlah nak. Semua ada di tangan kamu. Tapi kamu harus janji, jangan pernah sakiti hati perempuan. Karena mereka sangat rapuh, walau sekalipun mereka menunjukkan yang sebaliknya" Adam memandang kedua orang tuanya yang juga sedang memandangnya dan sebuah anggukan menyakin kan Adam jika keputusan yang ambil sudah benar.

"terimakasih ma pa" ucap adam dan langsung memeluk kedua orang tuanya.

Malam ini adama memutuskan untuk menginap di kediaman orang tuanya. Karena mengingat kalau hari sudah sangat malam. Dan juga sang mama mimintana untuk menginap di rumah.

Adam melihat jam yang ada di tangannya. Ia berfikit kalau ia menghubungi Meisya jam segini berarti itu bertepatan dengan jam makan siang. Maka dengan segera ia menekan tombol Calling dan langsung mendapatkan jawaban dari sebrang sana.

"kamu sehat?" tanya Adam setelah mengucapkan salam

"Alhamdulillah dia sehat" jawab Meisya

"aku nanya kamu Mei, bukan Cuma dia" ucap adam sedikit kesal. Karena setia ia menanyakan kabar maka Meisya akan menjawab kalau janin yang ada dikandungannya baik-baik saja. Padahal Adam menanyakan kabar keduanya.

"aku sehat" barulah Meisya menjawab pertanyaan Adam dengan benar.

"kamu gak kuliah?" tanya Adam lagi

"hari ini libur" jawab Meisya

"Arkhhhh" Meisya meringis sakit karena si kecil menendang dengan kuat. Tidak seperti biasanya yang hanya menendang ringan

"Mei kamu kenapa? Kamu baik-baik aja kan?" tanya Adam dengan nada panik. Meisya yang masih ingat jika Adam sedang panik langsung membayangkan bagai mana raut wajah lelaki itu. Tanpa ia sadari sebuah senyuman terbit dari bibirnya

"aku baik-baik aja kok. Tadi si kecil nendang, dan lumayan keras" jawab Meisya dengan nada menenangkan

"dia udah bisa nendang? Kok aku gak tau?" bukannya berhebti khawatir, namun Adam malah semakin panik

"ya ampun bang, usia kandungan aku sudah masuk 8 bulan, ya pasti dia udah besar dan pasti sudah bisa gerak. Bahkan saat usia 6 bulan dia udah bisa gerak" entah dorongan dari mana Meisya mulai menjelaskan tentang perkembangan si keci.

"dan kamu gak pernah ngasih tau aku tentang perkembangannya?" ucap Adam tidak terima

"karena kamu gak pernah nanya" jawab Meisya dengan santainya

"sepertinya aku harus cepat mengurus semuanya. Aku tidak ingin kalau sampai harus kehilangan momen berharga dalam hidup ku" batin Adam

"kok kamu diem? Udah tidur ya?" tanya Meisya binggung karena Adam tidak berbicara lagi.

"ia aku udah ngantuk. Aku mau tidur Assalamulaikum"

"Waalaiku salam" jawab Meisya masih dengan kebingungannya

"Apa dia marah ya? Karena aku gak pernah bilang soal perkembangan si kecil?" pikirku

***

Aku IkhlasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang