Hari ini eskul yang aku ikuti mengadakan rapat, dan Arka selaku ketua eskul tahun sebelumnya hadir untuk memantau rapat.
Dan yang jadi masalahnya adalah.. Dia duduk tepat di belakangku!!
Seperti yang diduga, temanku langsung bereaksi dengan menunjuk – nunjuk kebelakang atau sekedar menyenggol tanganku.
Sungguh, aku ingin benar – benar menghentikannya sekarang tapi yang aku lakukan hanyalah menuruhnya diam dan tidak berbuat kegaduhan sehingga memancing fokus orang lain ke arah kami.
Sekilas aku menengok ke belakang, Arka hanya tertawa sambil menggeleng – gelengkan kepalanya, Seketika rasa malu menyeruak pada diriku, temanku yang satu itu benar – benar!!
Singkat cerita, rapat telah selesai dan semua orang sudah bubar. Aku memilih agar semua orang keluar terlebih dahulu dari ruangan rapat agar aku tidak perlu terhimpit di antara keramaian orang – orang yang ingin pulang, begitu pula dengan Arka, dia masih setia duduk di belakangku.
Sampai akhirnya ruangan cukup lengang, aku bersama temanku keluar dari ruangan rapat diikuti dengan Arka yang ternyata hendak keluar juga.
Hal tersebut memancing temanku untuk kembali heboh dan menggerak – gerakan tanganku "Tuh tuh, kayaknya kak Arka nungguin kamu deh" ucapnya dengan penuh semangat.
Aku hanya menatapnya geram sambil menyuruhnya diam, masalahnya.. Kak Arka masih berada di belakangku dan jarak kami cukup dekat. Bisa saja dia mendengarnya, dan tentu saja itu akan membuatku malu setengah mati.
Sedangkan aku, terus berusaha mengontrol diri agar tidak merasa terlalu percaya diri dan mengabaikan omongan temanku itu.
Kami terus berjalan sampai akhirnya kami berpisah di persimpangan jalan, oh jangan lupakan Arka yang ternyata masih terus berada di belakangku. Dalam hati aku terus meyakinkan diri "ini cuman kebetulan, ini cuman kebetulan, jangan geer, jangan baper" sepanjang aku berjalan.
Hingga akhirnya aku berhenti di sebuah halte untuk menunggu angkutan kota. Dan tentu saja, Arka masih berada di belakangku, ops, sekarang di sampingku. Mungkin ia hendak menaiki angkutan kota juga..
Angkot yang kutunggu telah tiba, aku segera menaikinya dan tak lupa mengucap salam kepada Arka, bagaimanapun juga aku adalah adik kelasnya, kemudian aku pergi.
Ketika aku menengok ke belakang melalui jendela angkot, Arka pergi berjalan kaki, ke arah yang berlawanan dengan halte.
Tunggu dulu, jadi untuk apa dia pergi ke halte tadi?
Dan aku secepat mungkin mengenyahkan pertanyaan itu dan mengabaikannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Matahari
Teen Fiction"Karena tak hanya aku yang menganggapmu matahari" ***