Ku lihat benda dalam genggamanku ini, sebuah gantungan kunci, berbentuk bunga matahari.
Ya, itu benda yang Arka berikan tempo hari.
Dan tahu apa yang terjadi setelah itu? Tidak ada.
Akhir - akhir Arka jarang sekila terlihat, wajar saja, kelas 12 sedang sibuk - sibuknya persiapan ujian.
Sesekali kami berpapasan dan bertegur sapa. Bedanya, tak ada lagi senyuman tulus yang bertengger di bibirnya, senyumannya terasa kaku seolah menutupi sesuatu.
Namun, fokusku bukan hanya Arka saja. Karena jujur saja, perasaan bukan prioritas utamaku. Ingat ketika aku mati - matian menyangkal perasaanku pada arka itu karena aku khawatir perasaan itu akan menganggu pelajaranku. Hanya untuk membuang waktu dengan menggantungkan harapan pada Arka.
Bagi sebagian orang, aku dikenal cuek dan aku rasa itu terbukti ketika aku belajar di kelas, dan Arka melentasi kelasku, aku tak memerhatikannya seperti sebelumnya.
Sejenak aku berpikir. Mungkin, Arka selalu dan ada disekitarku, tidak jarang, seperti anggapanku. Namun, yang berbeda adalah fokusku. Aku tak lagi menjadikan Arka sebagai fokus utamaku.
Aku masih sadar diri mengenai tugas dan kewajibanku. Entah itu sebagai seorang pelajar ataupun seorang anak.
Selama semester 2 ini aku fokus memperbaiki nilaiku. Mencoba aktif di kelas, mengerjakan dan mengumpulkan tugas awal waktu, bahkan aku mengesampingkan eskulku karena kurasa cukup mengangguku dalam bejar.
Dan ya, bukan sesuatu yang buruk ketika fokusku terhadap Arka teralihkan.
Aku harus lebih tegas pada diriku sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Matahari
Dla nastolatków"Karena tak hanya aku yang menganggapmu matahari" ***