Epilog

55 2 18
                                    

Interior klasik, udara yang segar, dan bunyi ayam berkokok menemani hari - hariku selama berada di kota aku dibesarkan ini. Iya, setiap libur semester kuliah aku selalu menyempatkan waktuku untuk pulang ke kampung halamanku, membantu ayah mengurusi perkebenunannya atau sekedar menghabiskan waktu bersama kakakku beserta keponakanku.

Ah, sekedar informasi, sekarang aku menduduki semester 7. Yap, masa - masa sibuk dengan skripsi yang melelahkan.

Dulu, sewaktu SMA aku mempunyai impian untuk menikah ketika aku menduduki semester 7, dimana aku sedang melakukan skripsi dan berusia 23 tahun.

Tapi, impian tetaplah impian. Nyatanya tidak semudah itu untuk menemukan pasangan hidup yang sesuai dengan kondisi, keinginan, dan kemampuanku. Sungguh sulit.

Tapi jangan salah, aku sempat dijodohkan bahkan dilamar meskipun tidak secara resmi dengan membawa keluarga oleh teman SMA - ku, dan seperti yang kalian ketahui dengan kondisiku sekarang, aku menolaknya.

Alasannya ? setelah aku mencoba berbicara, prinsip hidup kami berbeda. Dia ingin aku selalu bergantung padanya sedangkan aku ingin kami bekerja sama jika sekiranya kami akan membangun rumah tangga, bukan hanya itu, saat itu adalah masa masa kekanak - kanakan ku dan aku masih teramat mementingkan dan sibuk akan duniaku sendiri. Aku yang berumur 20 tahun.

Aku menghela nafas, waktu mengingat masa lalu sudah selesai, sekarang yang perlu aku pikirkan adalah masa depan. Ya. Masa depan.

Aku kembali melanjutkan aktivitas menyapuku yang terhambat karena aksi melamunku tadi.

Selang beberapa menit kemudian, terdengar dentingan ponselku yang sudah sangat kukenali bahwa itu adalah pertanda pesan masuk, lalu dilanjutkan dengan nada dering ponsel.

Aku tak menghiraukan ponselku. Maksudku, aku akan menyelesaikan pekerjaanku satu ini lalu membalas dan menjawab pesan dan telepon itu, agar fokus.

Setelah selesai, aku membereskan peralatan tadi, lalu mandi dan mengganti baju tidurku dengan baju santai yang lebih layak daripada baju yang kukenakan tadi lalu mulai membuka ponselku.

Pertama, notifikasi dari grup SMA.

Kedua, notifikasi dari kakak laki - lakiku "Kamu di rumah ga dek?" Hah? tumben nanyain? "Iya a, aku di rumah"

Ketiga, notifikasi dari kak Arka. "Oh yang nelepon tuh Arka toh"

"EH"

"ARKA?!"

Aku membulatkan mata. Jelas jelas tertera di sana nama Arka dengan emotikon bunga matahari yang aku buat sebagai nama kontaknya 5 tahun lalu. Aku benar - benar terkejut. Pasalnya, yang aku tahu, hanya aku yang menyimpan kontak Arka. Kami tidak bertukar kontak. Otomatis, percakapan melalu pesan sangat jarang bahkan tidak pernah seingatku antara kami. Dan kini, Arka mengirimkan pesan, disertai panggilan, masing - masing lima. Apa apaan?! siapa yang tidak terkejut?

Aku menarik nafas dan menghembuskannya beberapa kali, berusaha menenangkan diri.

Menyentuh layar ponselku, kemudian mengetikkan "Halo kak, ada keperluan apa ya? atau sekedar salah sambung hehe, sekedar memastikan" yap, bagus, terdengar sopan dan tidak gugup. Kirim.

Beberapa saat kemudian, ada pesan masuk dan itu dari Arka.

"Bukan salah sambung, hanya ingin memastikan sesuatu, kamu ada di rumah kan?" aku mengernyitkan dahi, maksudnya apa?

"Iya saya ada di rumah kak? Ada apa?"

"baik, tunggu saya ya?" Lagi - lagi aku mengernyit, apa sih maksud Arka?

Tentang MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang