BAGIAN 11

28 3 3
                                    

"Maksudnya?" Jawabku terheran, sembari mencoba menyembunyikan segala rasa gugup dan keterkejutanku.
"Kalau kakak cari anak bahasa yang lain, mohon maaf kak mereka udah pulang dan cuman ada saya disini.."
Lanjutku sembari menundukkan pandangan. Terlalu malu untuk menatapnya tepat di mata.

Hening sejenak, sama sekali tidak ada sahutan dari lawan bicara di depanku ini.

Perlahan aku mendongakkan kepalaku, berusaha mensejajarkan pandanganku dengan Arka.

Namun, sangat tidak kusangka, Arka justru terlihat sedang menatapku sembari tersenyum tipis.

Aku mengerutkan dahi, merasa janggal. "Jadi, kakak cari siapa?" tanyaku.

"Saya cari kamu" balasnya tenang.
"Untuk ?" jawabku
"Ngasih ini. Saya tidak bemaksud membuat janji, ada mimpi yang harus diraih dan ada persoalan yang harus diselesaikan" Arka memberi jeda sejenak. "Tapi jika kamu bersedia menunggu, tanpa segan saya akan mempersilahkan" Lanjutnya sembari tersenyum tipis.

Aku termenung, mungkin, aku paham apa yang ia maksud. Tapi, mana mungkin sih? Bukan maksudku meremehkan atau menganggapnya bercanda. Tapi.. Apa - apaan ini?!

Sementara aku masih sibuk berdebat dengan diri sendiri Arka menepuk kepalaku pelan.

"Jaga diri, kamu bebas memilih" ujarnya tegas. Arka lagi - lagi tersenyum lalu meninggalkanku di tengah - tengah situasi ini.

Samar - samar, aku mendengarnya mengucapkan salam lalu berkata "tunggu saya"

Aku bergeming,  masih berdiri di tempatku berpijak sembari memandang sebuah gantungan yang terbungkus rapi dalam plastik tembus pandang.
Berbentuk.. Bunga matahari.

Tentang MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang