Hari ini aku masih belum bertemu dengan Arka setelah "kejadian Ring Basket" itu aku benar – benar belum bertemu lagi, atau bahkan sekedar melihat Arka sampai saat ini. Padahal kami satu sekolah, seolah – olah Arka sedang menjauhi aku sekarang saat ini.
Ups, apa yang aku pikirkan. Sepertinya imajinasiku sudah terlalu berlebihan, oke mari kembali ke kenyataan.
Dan ya, kenyataan terkadang pahit seperti sekarang ini.
Hari ini aku bertugas piket, dan seperti regu piket pada umumnya mereka bolos piket, oke ada sih yang menemani aku piket dari regu piketku dan itupun hanya satu orang dan parahnya dia hanya mengangkat kursi tanpa membersihkan apapun dari kelas yang kacau balau oleh sampah ini.
Terpaksa aku yang harus membereskan semua kekacauan ini.
Dari mulai menyapu, membuang sampah di kolong meja, mengepel, membersihkan bor, menulis tanggal untuk besok, membersihkan kaca, mengisi spidol, dan lainnyaaa sampai akhirnya kelas benar – benar bersih.
Aku beristirahat sebentar di lantai kelas sembari meng-scroll story whatsapp teman – temanku. Beberapa dari mereka mem-post puisiku yang dengan beruntungnya terpilih untuk masuk di majalah sekolah, mereka bilang aku telah membanggakan nama kelas, dan menurutku itu terlalu berlebihan. Dan ya.. pasti kalian sudah bisa menebaknya, puisi itu tentang matahari, puisi yang aku tulis di awal sebelum perkenalan tentang Arka.
Ku lihat jam di telepon genggamku menunjukkan pukul 15.35. Aku harus segera pulang, sebelum hari semakin sore. Ketika aku keluar dan hendak menutup pintu kelas, aku dikejutkan dengan sesosok manusia yang tidak aku temui beberapa waktu ini. Dia Arka. Dan lagi – lagi dia terlihat sedang menunggu seseorang.
Tak lama kemudian dia menyadari keberadaanku. Dia menatap ke arahku dengan pandangan yang lurus sedangkan aku hanya tersenyum canggung padanya. Dan sedihnya, ia tak membalas senyumku T_T.
Hening sejenak hingga aku memutuskan untuk bertanya kepadanya. "Um, kak nungguin siapa ya kalo boleh tau? Barangkali saya bisa bantu? Tapi kalo kakak nyari anak kelas X bahasa yang lainnya kebetulan mereka udah pada pulang, dan kebetulan lagi saya yang piket dan cuman sisa saya aja di kelas, ups maaf kak tiba – tiba bawel gini" lalu aku kemudian menangkupkan kedua tanganku sembari tersenyum canggung kembali.
Sial, bisa – bisanya pada saat seperti ini aku lepas kendali dan malah memberondonginya dengan berbagai pertanyaan. Memalukan!
Kulihat Arka tersenyum tipis, ia membuka mulutnya hendak mengatakan sesuatu, namun dengan cepat ia kembali menutup mulutnya. Ia terdiam, menggaruk – garuk tengkuknya seolah sedang mempertimbangkan sesuatu.
Aku terus memperhatikannya sampai akhirnya ia menjawab..
"Kakak lagi nyari pengagum matahari"
Seluruh tubuhku membeku seketika.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Matahari
Teen Fiction"Karena tak hanya aku yang menganggapmu matahari" ***