Waktu pada saat itu sudah menunjukan pukul 3 sore dan Jihoon masih terlelap dalam tidurnya.
Tangan pria manis itu bergerak untuk kembali mengusap punggung Chan yang memang sejak tadi siang tidur bersamanya tapi-..
Punggung yang Jihoon sentuh terlalu lebar untuk ukuran anak kecil seusia Chan.
Hah?
Jihoon masih dalam keadaan setengah sadar atau memang kedua matanya masih terpejam.
Tangan kanan Jihoon kini mulai menepuk-nepuk pelan lengan yang-...
Kenapa lebih panjang?
Tangan dengan jemari bulat itu beralih naik dan mengusap surai lembut yang diyakini sama lembutnya dengan milik Chan.
Jihoon tersenyum.
Masih dengan kedua mata terpejam.
Pria manis itu bahkan terkekeh pelan dalam tidurnya.
Jihoon hanya merasa nyaman dengan aroma mint dan-...
Wait!
Aroma ini sangat femiliar untuk Jihoon. Tapi sungguh aroma ini bukan milik Chan.
Aroma ini milik-...
“Kang-....Daniel?” Jihoon menyebut nama pria yang ternyata tengah berbaring tepat disampingnya itu dengan nada serak.
Yang disebut namanya hanya tersenyum dan berkedip pelan. Mirip seperti kucing yang memberikan salam nyaman pada majikan nya.
“Ini-...mimpi. Benar?” Jihoon bertanya dengan polos. Ia bahkan tidak sadar bahwa tangan kananya masih setia mengusap sayang kepala Daniel.
Daniel terkekeh dan berseru pelan, “Jika ini mimpi, jangan pernah terbangun”.
Jihoon sempat menahan napas saat tangan besar pria itu meraihnya dalam pelukan hangat.
Ah-
Tidak.Atau pelukan panas.
Cuaca sore itu bagi Jihoon cukup panas dan gerah hingga pelipis pria manis itu berkeringat. Masih dalam dekapan Daniel.
“Aku tau bagaimana membuktikan ini mimpi atau bukan”
Jihoon berseru dan dengan tidak rela Daniel melonggarkan pelukanya agar dapat menatap wajah Jihoon yang kini juga mendongak untuk menatapnya.
“Beri aku jarak” Jihoon dengan cepat sedikit menjauh dari beruang besar yang terlihat menjukan raut wajah tidak suka.
Daniel tidak suka jika Jihoon menjauh darinya.
“Kau yakin ini mimpi?” Jihoon kembali bertanya dan Daniel mengangguk cepat dengan senyum mematikan.
Hufft.
Jihoon beranjak duduk dan meniup poninya dengan wajah datar.
“Ada ap-....”
BUUGGHH!!!
AAAGHH!
“Park Jihoon!!” Suara Daniel sore itu membuat suasana cafe menjadi riuh.
🍃🍃🍃🍃🍃
“Hyung!” Donghan berlari menuju Minhyun yang terlihat berjalan menuju ruang istirahat.
“Ada apa? Kenapa kau berlari?” Minhyun mencoba bertanya dengan kedua mata hampir membulat.
Apakah ada pasien darurat?
“Kau mengenalnya?”
Hmm?
Kedua alis Minhyun menyerngit tidak mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIMILIAR [END]
Fanfiction{LENGKAP} Kemiripan itu membawa Park Jihoon bertemu dengan dua hal yang ia benci. Cinta dan anak kecil. Tapi pertemuannya dengan Kang Daniel mengharuskan Jihoon memahami tentang keduanya. Haruskah? atau- Bisakah?