Eyyyy! Eyyyy! Eyyyy! Eyyyy!
Nawink kembali, mana suaranya?!!!
Okey, maafkan Nawink yang telat up yak because you know lah..😅😅😅
Dan untuk menebus itu pada Chapter kali ini Nawink buat sampek 3000K !!!
Nah lho mabok²lah sana baca sampek bosen panjang nya udah kayak kereta, wkwkwk...
So-..💃💃💃
HAPPY READING ^^
.
.
.
Ini sudah hampir tengah malam tapi dokter yang kerab disapa sebagai profesor Kim itu masih memilih untuk berada dirumah sakit.
Disana, sedang terlibat pembicaraan dengan seorang wanita paruh baya.
“Aku pikir kita tidak akan bertemu lagi Dokter Kim atau ah-..aku harus menyebutmu sebagai profesor sekarang” Suara wanita itu terdengar meremehkan hingga profesor Kim terkekeh hambar.
“Seperti nya da hal yang penting sehingga membawamu kerumah sakit ini lagi” Profesor Kim menatap lurus wanita dihadapanya.
“Tentu saja, aku hanya ingin memastikan keponakan kesayanganku tidak salah pilih rumah sakit saat menjalani masa resident nya” Seruan meremehkan wanita itu berubah sedikit tajam.
“Keponakan mu yang mana? Jihoon atau Woojin?” Profesor Kim tidak bodoh untuk menanyakan pertanyaan yang sebenarnya sudah ia ketahui kebenaranya.
Benar.
Wanita itu adalah Bibi Yeon.
“Pertanyaan menggelikan, tidak mungkin anak semacam Jihoon bisa menjadi seorang Dokter” Bibi Yeon kembali terkekeh sarkastik.
“Aku pikir tidak seharusnya kalian memperlakukan Jihoon seperti itu dia tidak bersalah dan tidak tau apapun” Profesor Kim mencoba memberikan pembelaan untuk Jihoon.
“Tidak atau belum, sebenarnya aku sangat ingin menampar wajah anak tidak tau malu itu jika bisa”
“Kau sudah sering menamparnya, bahkan setiap hari” Profesor Kim terlihat menahan kesal.
“Apa? Aku bahkan tidak sudi meletakan tanganku diwajahnya” Bibi Yeon dan kalimat tajamnya.
“Kau selalu menampar Jihoon dengan-...kalimat-kalimat tajam mu. Apakah kau tidak sadar itu?”
Great!
Kalimat terkakhir Profesor Kim cukup sukses membuat Bibi Yeon membisu walau hanya beberapa detik.
“Bahkan jika memang kau ingin menamparnya bukan hanya wajah, hati Jihoon jauh lebih terluka” Kembali Profesor Kim melanjutkan kalimatnya.
“Dirumah sakit ini mungkin hanya kau yang mengetahui kebenaranya Profesor Kim, jadi jangan bersikap seolah-olah kau adalah pelindung bagi anak pembawa sial itu”
“Aku mohon jaga mulut anda! Anak yang kau sebut sebagai pembawa sial itu seharusnya kau jaga sama sayang nya dengan bagaimana kau menyayangi Woojin. Dia bahkan tidak pernah membalas setiap perlakukan tidak adil yang kalian berikan”
Suasana seketika hening saat kalimat panjang Profesor Kim berhasil menampar Bibi Yeon.
“Aku-...tidak ingin berdebat tentang masalah ini. Aku hanya datang untuk melihat Woojin bukan membicarakan anak itu” Terlihat Bibi Yeon bangkit dari tempat duduknya dengan wajah ketus.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIMILIAR [END]
Fiksi Penggemar{LENGKAP} Kemiripan itu membawa Park Jihoon bertemu dengan dua hal yang ia benci. Cinta dan anak kecil. Tapi pertemuannya dengan Kang Daniel mengharuskan Jihoon memahami tentang keduanya. Haruskah? atau- Bisakah?