Seorang lelaki dengan seragam kerjanya nampak sibuk membersihkan sebuah meja makan sebuah restoran terkenal di tengah kota Seoul. Pengunjung restoran nampak ramai di setiap akhir pekan, utamanya pada setiap akhir pekan.
Banyak keluarga yang datang menikmati menu makan malam berkumpul dengan anggota keluarga yang lain. Berkumpul bersama sahabat, teman kerja dan relasi sekedar bercengkrama melepaskan kepenatan setelah seminggu bekerja. Tidak sedikit pula pasangan muda menikmati kencan dengan candle light dinner di Restoran ini.Lelaki bermata musang, melihat tidak suka pemandangan diseberang meja yang dia bersihkan. Seorang pria dengan dandanan perlente dengan outfit yang terlihat berkelas nampaknya tengah memasang jerat untuk memikat seseorang yang duduk di depannya.
Dengan cekatan tangan kekar Yunho mempercepat pekerjaannya karena dirinya merasa tidak nyaman, muak, mual dan muntah kalau harus mendengarkan kata rayuan pria perlente. Dirinya tidak asing dengan pria perlente itu, karena dia merupakan pelangganan yang sering datang ke restoran ini, meskipun dengan pasangan yang selalu berbeda beda.
Yunho sekilas melihat sosok cantik dengan postur semampai, kulit yang nampak laksana porselen tanpa noda, dengan rambut hitam sekelam malam, bola mata doe yang membulat sanggup menenggelamkan apapun yang ditatapnya. Kesemuanya itu nampak sempurna dalam balutan pakaian yang menempel di badannya.
Segera setelah meletakkan piring kotor di pantry restoran, Yunho segera menuju meja pria perlente dan pasangannya berada. Sesuatu dalam dirinya berdetak kuat tidak rela jika sosok cantik itu harus jatuh dalam bujuk rayu pria perlente.
"Selamat malam, Tuan Choi, suatu kehormatan anda datang kembali ke restoran kami" di depan namja perlente. "Apakah anda sudah ingin memesan atau kami sajikan minuman pembuka seperti biasanya?" suara bass Yunho menginterupsi gerakan tangan Choi Siwon yang ingin membelai wajah menawan di depannya.
"Iya sajikan minuman seperti biasanya!, merapatkan punggungnya pada sandaran kursi dengan pandangan terganggu tidak suka kepada pelayan restoran.
"Oh rupanya kamu sering kesini? " kurasa aku pernah mendengar seseorang mengatakan kepadaku kalau belum pernah kesini" suara sosok menawan dengan kelembutan yang sarkastik ditujukan kepada namja yang duduk diseberangnya.
"Tuan Choi adalah salah satu pelanggan kami, dengannya kami berterima kasih karena telah membantu mempromosikan restoran kami" Yunho menimpali dengan pancingan kata kata.
"Maksudmu?... " sosok menawan itu masuk dalam perangkap kata-kata Yunho.
"Beberapa kali Tuan Choi membawa temannya kemari....
"Ehm ehm, pelayan segera sajikan minumanku." kata kata penuh penekanan Siwon mencoba mengusir Yunho dengan memotong kata kata lancang Yunho kepada sosok menawan target buruannya.
"Baik, akan kami antar segera." Yunho tak berdaya memberikan penolakan kemudian berlalu menyiapkan pesanan.
"Aku senang kita bisa menghabiskan akhir pekan ini berdua denganmu sayang?. "
"Katakan kapan terakhir kamu kesini dan dengan siapa, jangan coba mengalihkan perhatianku" sosok menawan bersedekap sebagai proteksi defences ketidaksukaan terhadap lawan bicara. Tatapan Doe indahnya lurus kedepan meminta jawaban kepada lawan bicaranya.
"Hhmmm itu....itu hanya beberapa relasi kerja" Siwon tergagap menjawab menetralkan debaran tidak nyaman.
"My Baby Jae.... Apakah kau menyukai kiriman bungaku?."
"Haiz.... Kau tahu aku bukan lagi anak muda yang mudah terbuai dengan hal hal semacam itu. Masa masa itu sudah berlalu. " Lalu siapa saja yang kau ajak kesini.....
"Permisi " Yunho datang meletakkan sebotol wine ditengah meja dan dua gelas kristal diantara keduanya. "Apakah saya bantu tuangkan winenya Tuan?. Choi Siwon mengibaskan tangannya tanda penolakan dan agar Yunho menjauh.
Segera setelah meletakkan lembaran Napkin dihadapan sosok menawan, pandangan mereka bertemu sesaat, seketika pandangan Yunho menggiring tatapan mata doe kearah napkin yang diletakkan di meja dengan dua ketukan jari telunjuknnya.
"Saya akan kembali setelah Tuan siap memesan menu utamanya" Yunho bebasa basi sebagai pramusaji yang baik.
Kim Jaejoong sosok namja menawan segera menarik Napkin dan membukanya meletakkan di atas pahanya. Sebuah Tulisan pada kertas Tissue nampak jelas terbaca olehnya. Sekilas di dibacanya kalimat pendek itu.
"Kamu lapar sayang?, siwon dengan kata kata lembut meneruskan bicaranya, kelihatannya kau tidak sabar memesan makanan." Jaejoong hanya memberikan gelengan kepala tanda penolakan.
"Baiklah kita nikmati dahulu suasana dan kebersamaan kita." Siwon dengan sigap menuangkan wine merah di gelas. "Bersulang." keduanya segera mengangkat gelas masing masing.
Saat deting dua gelas beradu Siwon berucap "Wine terbaik hanya.....
".....untuk orang terindah yang sudah mencuri hatiku" dengan seringai bibir merah Jaejoong tertarik diikuti dengan pandangan mata menelanjangi Siwon yang diam terpaku di tempat duduknya saat Jaejoong melanjutkan kata rayuan Siwon"Sayangnya aku tidak akan menjadi korbanmu, jangan pernah menampakkan mukamu lagi di hadapanku" sosok menawan itu segera bangkit dari duduknya dan meninggalkan mejanya setelah menyiramkan isi gelas yang dipegangnya ke arah Siwon.
"Tunggu Jae,....."
"Lepaskan tanganku, ....
"Tidak, kau tidak bisa pergi begitu saja, aku bisa menjelaskan"
"Aku tidak perlu penjelasan apapun." Jaejoong menghempaskan keras tangannya agar terlepas dari genggaman Siwon, meninggalkan Siwon yang masih menggerutu sambil membersihkan jas mahalnya dari percikan Wine.
Mata Siwon melotot tak percaya pada tulisan yang terselip di napkin yang digunakan membersihkan jasnya.
"Pelayan kurang ajar, aku pastikan dia membayar mahal perbuatannya ini. " Siwon mendengus menahan marah yang siap meledak dikepalanya, matanya nanar mencari pelayan yang sudah mengacaukan rencana kencannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Permata Terselubung
FanfictionKeyakinan, keteguhan, kejujuran akan membawa pada jalan terang. "Anakku seorang yang buta, tuli, bisu dan lumpuh, apakah kamu menerimanya sebagai pendamping hidupmu? "