Jaejoong mengambil nafas dan menghembuskannya perlahan. “Aku mengucapkan terima kasih atas bantuanmu di restoran tempo hari.”
“Ayolah Jae, tidak usah dibahas lagi.”
“Tidak bisa begitu Yun, karena hal itu kau dipecat dari pekerjaan direstoran.”
“Dengar Jae, aku tidak dipecat, tapi aku yang mengundurkan diri.” Yunho mencoba memberi alasan agar sosok menawan didepannya tidak merasa berdosa.
“Kau tidak usah bohong Yun kalau hanya untuk membuatku terhibur dari rasa bersalah, aku tidak menyukainya. Karena aku mengetahuinya dari rekan kerjamu.” Jaejoong menimpali ucapan Yunho.
“Oh begitu rupanya.” Yunho hanya bisa menarik badannya bersandar ke kursi.
“Aku merasa tidak nyaman akan hal itu. Yun aku bisa memberikan rekomendasi kalau kau ingin bekerja. Tinggal kau mau bekerja dibidang apa yang engkau inginkan.”
“Tidak perlu repot akan hal itu Jae.”
“Aku serius Yun. Aku punya beberapa teman relasi yang bisa memberimu pekerjaan.”
“Aku juga serius. Kau tidak usah khawatir soal pekerjaan. Aku sudah mendapatkan tawaran pekerjaan di Seoul.”
“Benarkah, kau tidak sedang menghiburku kan!”
“Sebuah perusahaan sekuritas bonafide.” Yunho menunjukkan keseriusan dalam jawabannya.
“Lalu kapan kau akan bekerja?”
“Mereka cukup berbaik hati memberiku tawaran sebulan ke depan untuk mengambil atau tidak tawaran tersebut. Kau tau, aku tidak bisa meninggalkan Eomma dalam kondisi seperti sekarang.” Yunho menghebuskan nafasnya dengan halus.
“Aku rasa itu yang terbaik, kau harus fokus dengan Eomma kamu Yun.” Sejenak berikutnya Jaejoong memainkan sendok pengaduk minuman dalam gelasnya. “Yun…."
”Ya Jae.” Yunho menyauti ucapan Jaejoong yang sengaja menggantung.
“Aku …aku juga mau minta maaf atas kelancanganku mendatangi rumahmu.”
“Kau datang kerumahku di Seoul. Dari mana kau tau alamatku Jae?” Yunho sedikit terkejut dengan apa yang baru saja di dengarnya.
“Temanmu di restoran yang memberikan alamatmu kepadaku. Please jangan salahkan temanmu.” Tatapan Jaejoog sendu mengharap kemaafan dari Yunho.
“Untuk apa marah Jae. Itu juga sudah biasa. Temen-temenku juga terbiasa datang dan masuk ke dalam rumahku.”
“Syukurlah. Ehm emmm di rumahmu aku menemukan sesuatu dan itu yang membawaku kesini mencarimu.”
Yunho terkesiap dengan yang dikatakan Jaejoong. “ Akulah yang harusnya meminta maaf padamu Jae. Lusa aku akan kembali ke Seoul untuk mencoba menyelesaikannya, maafkan aku Jae.”
“Kenapa harus minta maaf, aku bisa mengerti apa yang kau rasakan. Dan aku menghargai kejujuranmu.”
“Tapi aku tidak….
“Hush hush. Sudah cukup, tidak usah diteruskan Yun.” Jaejoong menutup bibir hati Yunho dengan jari telunjuk indahnya.
“Benarkah kau akan ke Seoul lusa, bagaimana dengan Eommamu?”
“Rencanaku begitu, aku ingin segera menyelesaikannya. Sepertinya Jihye bisa menjaga Eomma kalau aku tinggal beberapa hari.”
“Aku juga berencana kembali ke Seoul lusa, kita bisa berangkat bersama. Pekerjaanku juga sudah selesai di sini. Kau mau berangkat pesawat jam berapa Yun?” Jaejoong berbinar, berharap bisa semakin dekat dengan Yunho.
“Ehm. Itu…itu Aku akan naik bus Jae” Yunho menjawab tidak nyaman kepada Jaejoong.
“Oh itu akan menyenangkan, bisa menikmati suasana perjalanan ke Seoul.” Jaejoong mencoba menyamankan keadaan canggung Yunho. “Kita bisa pergi bersama ke Seoul.” Mata doe Jaejoong berkilat penuh harapan.
“Apakah kau ke Gwangju sendirian Jae, dan dimana kamu tinggal selama disini?”
“Tidak, aku berdua dengan teman kerja dan aku menginap di hotel yang difasilitasi kantor.”
“Begitu rupanya. Kalau kau kesusahan tempat tinggal dan tidak ada family disini, kau bisa tinggal di rumahku” Yunho menjelaskan maksud pertanyaanya. “Jadi kalau kita pergi bersama ke Seoul bagaimana dengan temanmu?” sambung Yunho penasaran.
“Sore ini temanku sudah kembali ke Seoul ada urusan yang harus dikerjakannya besok. Mungkin lain waktu kalau ke Gwangju lagi aku akan senang hati menerima tawaranmu Yun.” Hati Jaejoong berbunga saat Yunho menawari tempat tinggal, keyakinan hatinya bertambah dengan kebaikan dan ketulusan Yunho.
“Baiklah jika begitu, aku akan pesankan bus untuk kita ke Seoul lusa.”
“Jangan Yun, nanti sekretarisku…ehmm maksudku biar temanku yang memesankan” Jaejoong segera meralat ucapannya.
“Temanmu kan bukan orang Gwangju Jae apakah dia tau….”
“Dia terbiasa menghandle dan sudah menjadi tanggung jawab pekerjaannya, jadi kau tidak usah khawatir akan hal itu.”
“Baiklah. Jika begitu.” Akhirnya Yunho hanya bisa mengiyakan ucapan Jaejoong.
Sejenak Yunho menatap sosok menawan dihadapannya, mata musangnya seolah mencoba mencari titik cela keindahannya. Namun semakin memandangnya Yunho hanya larut dalam kekaguman dan keinginan untuk memilikinya.
“Yun, Yunho, apa yang kau pikirkan.” Jaejoong mengibaskan telapak tangannya di hadapan Yunho, mencoba menarik perhatian Yunho yang masih larut dalam pemikirannya, meskipun pandangan matanya tertuju ke arah Jaejoong.
“Kamu Jae.” ucapan yang begitu saja meluncur keluar dari bibir hati Yunho.
“Aku, ada yang salah denganku?”
“Maksudku, aku ingin mengatakan sesuatu ke kamu Jae.” Yunho tergagap tersadar dari lamunannya.
“Oh, ya aku sampai terlupa, aku sudah selesai. Kau mau mengatakan apa Yun?”
“Ini agak sedikit menyulitkanku, sampai aku tidak tau mulai mengatakannya kepadamu. Ada rasa takut yang besar setelah mengatakannya kepadamu.”
“Seberat itukah?”
“Aku rasa begitu, Jae.” Yunho tertunduk menyandarkan badannya ke punggung kursi.
“Apakah seberat mengatakan kalau kamu mau melamarku Yun?” Jaejoong mengerlingkan mata doenya ke Yunho menggoda.
“Hah…?” Yunho sejenak melonggo cengo menanggapi ucapan Jaejoong.
“Jika kau belum siap mengatakannya, jangan dipaksa Yun.” Jaejoong tiba-tiba membereskan Handphone diatas meja, memakai kembali maskernya dan menutup kepalanya dengan topi.
“Ada apa Jae?” Yunho menyadari gelagat terburu-buru Jaejoong.
“Maafkan aku Yun, aku harus pergi sekarang. Tidak apa-apa kan jika aku tinggalkan dan kita berpisah disini hari ini?.”
“Tapi Jae.” Yunho memandang Jaejoong, yang disambut dengan pandangan memohon Jaejoong sembari menangkupkan kedua tangannya sebagai permohonan maaf. “Ok, Baiklah tidak masalah. Kau mau kemana”
“Aku harus pergi sekarang Yun, kau bisa mengatakannya lain waktu saat kau sudah tau dari mana memulainya, aku dengan senang hati mendengarnya.” Jaejoong menggenggam tangan Yunho yang disambut genggaman erat enggan untuk melepaskannya.
Yunho memandang kepergian Jaejoong sampai menghilang di balik pintu keluar tempat makan. Suasana siang hari terasa sedikit panas mentari. Pengujung tempat makan semakin bertambah hampir memenuhi setiap meja yang ada. Rasa hangat penuh kebahagian juga menjalar menghangatkan tubuh Yunho. Tidak perlu matahari untuk menghangatkan Yunho, karen Yunho tau dirinya kini punya matahari yang menghangatkan hatinya. Matahari itu adalah Kim Jaejoong.
TBC
Apa yang membuat Jaejoong pergi begitu cepat.
Akankah mereka pergi bersama ke Seoul????
Apakah akan tercipta Yunjae Moment of Romance ?
KAMU SEDANG MEMBACA
Permata Terselubung
Fiksi PenggemarKeyakinan, keteguhan, kejujuran akan membawa pada jalan terang. "Anakku seorang yang buta, tuli, bisu dan lumpuh, apakah kamu menerimanya sebagai pendamping hidupmu? "