Sore hari ini cuaca kota Seoul nampak dipayungi mendung tipis, berbeda dengan siang harinya dengan kekuatannya matahari memancarkan panas sangat terik. Namja rupawan berjalan lesu keluar dari sebuah gang kecil perumahan masyarakat Seoul.
Ponsel dalam tas yang disandangnya sudah beberapa kali berbunyi dan bergetar menandakan ada panggilan serta text pesan yang masuk. Namun namja menawan itu masih enggan untuk menanggapinya.
Beberapa jam sebelumnya.....
Keluar dari restoran mewah di Gangnam, berbekal tulisan alamat yang diberikan seorang pelayan restoran kepadanya, Kim Jaejoong dengan kendaraan Lexus LX 570 berwarna biru navy meluncur ke alamat Jung Yunho.
Kurang lebih 20 menit perjalanan kendaraan ditambah 10 menit jalan kaki menyusuri masuk gang, serta 7 menit bertanya kesana-kemari, sampailah Jaejoong di depan sebuah rumah sederhana berwarna hijau tosca berpadu dengan kuning gading.
Yang terlihat berbeda dari rumah ini dengan rumah lainnya adalah adanya taman minimalis di depan rumah yang terlihat asri, berbeda dengan rumah disekelilingnya yang tidak berhalaman, rapat berhimpit dengan bagian rumah yang lainnya ciri khas perumahan masyarakat kota. Bukan hal yang sulit menemukan rumah Jung Yunho, dari beberapa orang yang Jaejoong temui rata-rata mereka mengenal sosok Yunho dalam presepsi yang baik.
Setelah memastikan tidak ada bel, Jaejoong mengetuk rumah tersebut beberapa kali. Namun kesunyian yang ada, tidak menunjukkan keberadaan seseorang di dalam rumah.
“Haiz kenapa aku bodoh sekali tidak menanyakan nomor ponsel Jung Yunho kepada pelayan itu. Tentu saja jam segini orang belum pulang dari kerjanya.”
Kim Jaejoong hanya menggerutu menyadari kebodohannya, sesekali mondar-mandir di depan pintu rumah berwarna hijau tersebut.
“Tapi bukannya dia dipecat dari kerjaannya, harusnya dia ada, yah…harusnya dia ada di rumah. Kenapa rumahnya sepi?”
Jaejoong masih bermonolog dengan pikirannya, dengan sesekali mengetuk pintu sekaligus mengucapkan salam, berharap penghuni rumah mendengarnya dan membukakan pintu. Tanpa Jaejoong sadari seseorang dari seberang rumah Yunho mendekatinya.
“Selamat sore Noona, apakah Noona mencari Yunho oppa?” Sapa seorang gadis belasan tahun saat Jaejoong akan mengetuk pintu rumah untuk kesekian kalinya.
“Eoh, Selamat sore, Ne…saya memang mencari Jung Yunho. Apakah kau tahu Yunho dimana cantik?. Oh ya kenalkan aku Kim Jaejoong, dan aku bukan Yoeja.” Sapa Jaejoong ramah sekaligus mengulurkan tangannya kepada gadis belia di depannya.
“Jinja... Benarkah…?”
“Maksudmu?” Kim Jaejoong tertegun saat gadis belia itu tidak segera menyambut uluran tangannya.
“Eoh, Ehm mmm, Mianhe ketidak sopananku. Maksudku benarkah kakak ini bukan Yoeja. Jadi aku memanggilmu hyung?. Soalnya Hyung ini cantik sekali. Kwon Yuri immida.” Segera gadis belia bernama Kwon Yuri menyambut tangan Kim Jaejoong.
“Kya…” tiba tiba gadis belia itu heboh setelah berjabat tangan dengan Kim Jaejoong.
“Kenapa?” Kim Jaejoong bertanya dengan sedikit terkejut dengan tingkah gadis belia di depannya.
“Kulit tangan Oppa halus dan lembut sekali, aku jadi pingin punya kulit secantik oppa. Oppa kasih tau bagaimana caranya mendapat kulit sebagus Oppa. Pokoknya Yuri ingin jadi secantik Oppa.” Jaejoong hanya menarik nafas sejenak jenggah dengan tingkah absurd gadis belia di depannya. “Kan kalau Yuri bisa secantik Oppa, Yuri bisa membuat Yunho Oppa jatuh cinta kepada Yuri, dan menjadikan Yuri Yoeja Chingunya” Gadis itu mengepalkan kedua tangannya di depan dada dengan raut muka ceria, sementara tubuhnya bergoyang kekiri ke kanan serta dengan mata terpejam larut dalam impiannya…
KAMU SEDANG MEMBACA
Permata Terselubung
FanfictionKeyakinan, keteguhan, kejujuran akan membawa pada jalan terang. "Anakku seorang yang buta, tuli, bisu dan lumpuh, apakah kamu menerimanya sebagai pendamping hidupmu? "