Seorang pemuda dengan jeans skinynya, tshirt putih menggunakan topi dan masker menutup mukanya berjalan menyusuri lorong rumah sakit Gwangju. Tas hitam melingkar di pundaknya sementara tangannya menenteng tas berisi makanan.
Sejenak langkah pastinya terhenti, seakan ragu untuk melanjutkan langkahnya. Mata bulat doenya memandang kedepan, dilihatnya seorang dengna tinggi menjulang berjas dokter melangkah menuju ke arahnya. Ketika menyadari dirinya tidak mungkin dikenali dengan tampilannya sekarang, kim Jaejoong melanjutkan langkahnya menuju ruang tunggu pasien ICCU.
30, 20, 10, 5 meter lagi akhirnya keduanya berpapasan. Dari ekor matanya Kim Jaejoong mencoba melirik orang yang baru saja berlalu dari sampingnya. Jaejoong menghempaskan nafas lega, bersyukur ketika, Shim Changmin tidak mengenalinya. Jaejoong tidak ingin orang orang di rumah sakit Gwangju yang mengetahui siapa dirinya akan bertanya tanya dan tentunya akan berbuntut panjang apabila harus menjelaskan alasan mengapa seorang Direktur KJ Tech berada di rumah sakit Gwangju. Oleh karena itu Kim Jaejoong memilih untuk menyembunyikan dan menyamarkan dirinya seperti sekarang.
Setelah beberpa menit berjalan, 10 meter didepannya Jaejoong melihat Yunho keluar dari ruangan dan berjalan membelakanginya menuju ruang ICCU.
"Yun, Yunho tunggu. " Jaejoong berseru memanggil Yunho.
Yunho menghentikan langkah kakinya dan berbalik. "Ya, saya? " Yunho menunjuk dirinya saat belum mengenali orang didepannya.
Jaejoong membuka maskernya, nampaklah wajah indahnya dengan bibir cherry yang merona. "Iya Kamu Yunho. "
"Tu.. Tuan Kim Jaejoong." Yunho terkejut, seolah jantungnya berhenti berdetak.
"Ya, iya ini aku. Selamat pagi. Nuguseo, kenapa kau terkejut sekali melihatku?. Apakah aku menakutkanmu?”
“Iya, aku… aku sedikit takut.”
“Apakah aku sejelek itu hingga membuatmu takut?” Jaejoong mencebikkan bibir merahnya tak percaya dengan ucapan Yunho.
“Eh… bukan bukan itu, maksud saya. Saya takut ini bukan kenyataan yang sebenarnya.” Yunho segera menutupi kegelisahan hatinya. Karena sebenarnya Yunho memang takut untuk bertemu lagi dengan mahluk cantik di depannya. Rasa bersalahnya membuat Yunho belum siap menata hatinya untuk bisa berbicara dan berdekatan dengan Jaejoong, meskipun dasar hatinya mengatakan bahwa ada kesenangan bisa melihat orang yang diam diam disukainya.
“Oh…. Kau mau kemana?.” Jaejoong mengalihkan topic pembicaraan.
“Aku mau masuk ke dalam ruang observasi, melihat kondisi Eomma."
“Bolehkah aku ikut melihat. Itu jika kamu tidak keberatan.”
“Tentu, tentu saja boleh.” Yunho seolah tidak mempunyai pilihan untuk menolak permintaan Jaejoong.
“Benarkah?”
“Iya.”
Keduanya kemudian masuk kedalam ruang observasi setelah Yunho dan Jaejoong berganti dan melapisi pakaian mereka dengan pakaian khusus untuk masuk ke dalam ruangan observasi. Yunho melangkah di depan Jaejoong sekaligus memandu ke salah satu bagian ruangan dimana Jung Taehee terbaring lemah.
“Selamat pagi Eomma, bagaimana keadaan eomma hari ini?” Yunho segera duduk disisi pembaringan Jung Taehee. “Eomma, hari ini bukan Jihye yang menemani Yunho, kenalkan Tuan…
“Jaejoong, Kim Jaejoong cukup Jaejoong saja. Selamat pagi Ajumma.” Jaejoong memotong ucapan Yunho dan memperkenalkan diri membungkukkan badannya. “Yunho jangan memanggilku Tuan lagi, panggil namaku langsung. OK.”
“Baiklah. Jae..Jaejoong ini jauh jauh dari Seoul seperti yang Yunho…
Belum selesai Yunho menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba bunyi indikator nafas berbunyi cepat di monitor, sedetik berikutnya bola mata Jung Taehe bergerak-gerak perlahan kemudian sedikit terbuka.
Dengan sigap Jaejoong segera menghampiri peralatan medis yang ada disekeliling Jung Taehee dan membaca beberapa petunjuk tulisan yang ada disana.“Yun, Ajumma menunjukkan respon,” Cekatan Jaejoong segera mengambil tissue di nakas, kemudian mengelap wajah, hidung dan mulut Jung Taehee memperbaiki aliran masker oksigen ke hidung Jung Taehee. Sementara Jung Taehee hanya terdiam hanya bola matanya yang bergerak seolah mengamati dan mencoba mengenali orang yang ada di depannya. Merasa diperhatikan Jaejoong tersenyum. “Ajumma semangat yah, cepat sembuh dan dapat beraktifitas kembali.”
“Benarkah.” Tak percaya dengan yang dilihatnya Yunho duduk terdiam ditempatnya, bahwa Jaejoong yang baru bertemu dengan eommanya, tanpa rasa canggung memberikan perhatian kepada eommanya.
Sepasang mata musang masih terpaku mengikuti setiap gerakan yang dilakukan Jaejoong kepada sang eomma. Tidak dapat dipungkiri kekaguman Yunho semakin bertambah kepada sosok menawan yang ada didepannya karena menunjukkan empati yang besar terhadap keadaan sang Eomma.
Dari dasar hatinya Yunho hanya bisa berteriak. “Kenapa engkau tega membohongi dan melakukan hal tidak terpuji kepada orang sebaik itu Yunho. Dimana nuranimu, lupakah engkau dengan pesan-pesan dari eommamu untuk selalu berbuat baik kepada orang lain.” Yunho mendesah dalam dan menundukkan pandangannya.
Skip Time
Yunho dan Jaejoong berada di salah satu rumah makan di luar area rumah sakit. Dengan alasan tidak tahan dengan aroma obat di rumah sakit dan tidak membawa minuman Jaejoong akhirnya dapat mengajak Yunho untuk mencari minum di luar area rumah sakit. Sebenarnya alasan Jaejoong adalah untuk menghindari kemungkinan bertemu dengan orang-orang rumah sakit yang mengenalnya.
“Yun, makanlah yang baik. Ingatlah kau dan Jihye harus tetap sehat agar dapat menjaga eomma.” Jaejoong mengambil beberapa potongan daging dan sayur dari kantung makanan yang dibawanya. “Ayo makanlah“ Jaejoong menyerahkan makanan kepada Yunho.
“Terima kasih, maaf sudah merepotkanmu, aku merasa tidak enak denganmu Jae. Selain itu aku juga berterima kasih engkau mau menjenguk eommaku.” Yunho menerima makanan yang diulurkan Jaejoong. Dada Yunho berdesir ketika tangannya bersentuhan dengan tangan lembut Jaejoong.
“Jangan merasa sungkan. Oh Ya jam berapa biasanya Jihye pulang sekolah.”
“Jam pulang sekolahnya sekitar jam dua siang.” Yunho menjawab disela suapan makan siangnya. “Kenapa Jae?”
“Bisakah kau membagi nomor telponnya Yun?”
“Ada di handphoneku.” Yunho menyerahkan handphonenya kepada Jaejoong.
Jaejoong segera menerima handphone Yunho, tangan indahnya segera memencet angka angka di layar handphone. Sesaat kemudian terdengar bunyi dering handphone Jaejoong. “Aku kan tidak tau nama kontaknya” Jaejoong mencebikkan bibir cherrynya seraya menyerahkan kembali handphone ke Yunho.
“Lalu ini nomornya siapa?”
“Nomorku, Kau bisa mengirimkannya ke nomorku langsung”
“Oh begitu, baiklah.”
“Selesaikan makanmu dulu. Apakah makanannya enak. Aku akan membawakannya kembali untukmu besok.” Jaejoong tersenyum melihat Yunho yang dengan lahap menyantap makanan yang dibawanya dan mendekatkan gelas minum jus strawberry ke Yunho.
“Iya, makanannya enak, seperti makanan-makanan di restoran.”
“Oh, maafkan aku akan hal itu, karena aku kamu kehilangan pekerjaan di restoran.” Jaejoong tertunduk sedih dan merasa bersalah mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu.
Yunho yang tanpa sadar mengucapkannya, tertegun dan menghentikan suapannya. “Bukan, bukan masalah, kau jangan merasa tidak nyaman karena itu, aku senang bisa membantumu.” Yunho menggenggam tangan lembut Jaejoong di atas meja. Sejenak keduanya terdiam merasakan debaran aneh yang mengalir dalam aliran darah menuju jantung hati mereka.
“Yun, Jae… “ (keduanya memanggil bersamaan).
Menarik nafas sejenak untuk saling memberi kesempatan berbicara. “Aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu." (Kembali keduanya mengucapkan kata yang sama bersamaan.)“Oh… “ keduanya kembali mendesah perlahan
“Kau duluan Yun, Jae…” ke empat kalinya mereka mengucapkan hal yang sama bersamaan.
“Baiklah sepertinya kau duluan Jae.” Akhirnya Yunho mengalah.
TBC
Hal apakah yang akan mereka bicarakan.
Thanks reader yg memberikan coment dan vote.
Sebagai suplement untukku dalam menulis romansa Yunjae
KAMU SEDANG MEMBACA
Permata Terselubung
FanfictionKeyakinan, keteguhan, kejujuran akan membawa pada jalan terang. "Anakku seorang yang buta, tuli, bisu dan lumpuh, apakah kamu menerimanya sebagai pendamping hidupmu? "