Terminal kedatangan penerbangan domestic bandara Incheon tidak terlalu ramai karena sesuai dengan master plan pengembangan bandara, bahwa bandara Incheon pada akhirnya digunakan untuk pelayanan penerbangan Internasional. Sehingga saat ini hanya beberapa maskapai saja yang masih melayani rute domestic di bandara Incheon. Penerbangan domestik sebagian besar berpindah ke bandara Gimpo.
Sebagai bandara yang pernah mendapatkan predikat sebagai bandara terbaik dari survey Global Traveller selama tiga kali berturut-turut, Incheon merupakan gerbang utama keluar masuknya orang atau barang dari dan keluar Korea Selatan, karena hampir semua rute Internasional dilayani oleh hampir 90 maskapai penerbangan terkemuka dunia.
Pemuda jangkung dengan pakaian casual tshirt putih jeans hitam melangkah keluar dari terminal kedatangan domestik Incheon. Tidak banyak barang yang dibawanya hanya ransel kanvas berwarna dusty brown menempel dipunggungnya.
Langkah kaki panjangnya sesekali berhenti ketika berpapasan dengan beberapa orang yang nampak hilir mudik ramai di bandara membawa troli barang penumpang.
“Aku pikir kau tidak akan mau menerima pemberianku Yun.”
“Aku baru saja berhenti memikirkanmu, kenapa kau menggangguku lagi. Bisa tidak sebentar saja kau tidak meracuni pikiranku.’ Yunho berjalan dengan bibir berguman lirih merasa seseorang dikepalanya mengajak berbicara.
“Bagaimana bisa aku menganggumu, aku hanya pingin ketemu dan mengajakmu berbicara.”
“Kau tau, seorang pramugari mengedipkan sebelah mata kepadaku, saat aku keluar pesawat dan yang lainnya berani memberiku nomer phonselnya di gelas minuman pesawat.”
“Kau menyimpan nomernya?.”
“Tidak, itu salahku juga sih. Mmmhn Bukan itu salahmu!”
“Aku yang salah?”
“Iya salahmu Jae, penumpang disampingku bertanya, apakah aku sedang bahagia dan sedang jatuh cinta, karena dia bilang hanya orang jatuh cinta yang suka tersenyum sendiri.”
“Apa kau sedang jatuh cinta….?”
“Sepertinya begitu”
“Siapa orangnya?”
“Aku, aku suka……” Langkah kaki Yunho seketika berhenti saat didepannya berdiri seseorang dengan tatapan sedikit melotot, membuat sepasang bola mata doe itu semakin melebar. “Jae. Jaejoong, bagaimana bisa, benarkah?”
“Kau meragukanku, aku menunggu kedatanganmu dengan kejutan kecil, kau malah bilang kau jatuh cinta dengan seseorang, menyebalkan?” Sosok menawan Kim Jaejoong berdiri menghadang langkah Yunho.
“Aku tak percaya ini, kupikir bayanganmu yang berbicara dalam imajinasi otakku” ucapan lembut Yunho menenangkan. Kedua tangan Yunho mengulur maju memegang kedua sisi pundak pemuda menawan didepannya mengelus sejenak dengan gosokan kecil, untuk memastikan sosok didepannya adalah nyata.
Sedetik kemudian tangan panjang Yunho menarik bahu sempit itu masuk kedalam pelukannya. Yunho menikmati aroma vanilla yang menguar dari tubuh kicil dalam dekapannya.
Waktu seolah terhenti sejenak, Jaejoong secara reflex membalas pelukan hangat Yunho dengan melingkarkan kedua tangannya ke badan Yunho dan kembali di hirupnya aroma citrus dan musk yang menghinoptis otaknya. Bahasa tubuh mereka seolah mengungkapkan kerinduan yang besar untuk beberapa saat tidak bertemu.
Setelah beberapa saat kemudian. “Jae, bukankah kau pergi ke Jerman?” Yunho melepaskan tautan pelukan mereka.
“Ya, sekarang kita keparkir mobil, antar aku ke terminal A keberangkatan Internasional” Jaejoong segera berbalik menarik tangan Yunho menuju area parkir kendaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Permata Terselubung
FanfictionKeyakinan, keteguhan, kejujuran akan membawa pada jalan terang. "Anakku seorang yang buta, tuli, bisu dan lumpuh, apakah kamu menerimanya sebagai pendamping hidupmu? "