Berdesir rasa hati
Pikiranku tak terkendali
Asaku berfantasi ingin memiliki,
Tak rela aku membagi.
Ingin menikmati, untukku sendiri.Keindahannya menggangguku
Mata doenya menyihirku
Membuatku gagu, kaku dan terpaku.
Hasrat menggebu menjadikannya milikkuJaejoongie…
Sang mentari iri
Kesempurnaan surgawi
Aku mungkin jatuh hati
Janji kupatri, akan kumiliki
Jaejoongie…. Untukku sendiri.Sepanjang perjalan dari rumah sakit menuju hotel, di dalam mobil Jaejoong seolah tidak berhenti tersenyum. Bibir cherrynya yang merona menyimpulkan senyum khasnya yang memikat. Kupu-kupu seperti berterbangan dari tubuhnya, rasa euphoria yang tidak bisa disembunyikan dari raut muka indahnya. Tangan lentiknya tidak berhenti berkutat dengan smartphonenya, mata doenya tak bosan memandang dan membaca foto tulisan tangan hasil jepretan kamerannya beberapa hari yang lalu.
Barisan kata indah yang sudah tentu ditujukan untuknya, Jaejoong menemukan tulisan puisi di balik sketsa wajahnya saat masuk ke rumah Yunho. Hanya dengan membaca Jaejoong mengetahui kalau Yunho, mengaguminya, memujanya, menyukainya, dan menginginkannya. Perasaan bahagia mengalir begitu saja tanpa bisa dicegah saat seseorang mendapatkan hal semacam itu, meskipun Yunho baru saja dikenalnya. Kebahagiaan itulah yang membuatnya mempunyai tekad untuk bisa menemukan dan bertemu dengan Yunho.Hari ini, keiinginan itu menjadi kenyataan, meskipun dengan keadaan yang kurang baik, karena Yunho dalam keadaan terpuruk. Kehilangan pekerjaan, ibu Yunho masuk rumah sakit yang tentu saja menjadi beban bagi Yunho sebagai anak tertua. Mengingat itu semua Jaejoong menjadi semakin merasa bersalah kepada Yunho karena membuatnya kehilangan pekerjaan akibat insiden dengan Choi Siwon.
“Bagaimana, sudah ketemu dengannya? Apakah dia mengenalimu?” Di lobby hotel Kim Junsu sudah menunggunya, dan langsung mencecarnya dengan pertanyaan ketika Jaejoong baru saja memasuki lobby hotel.
“Mundurkan atau batalkan kepulanganku besok! Reschedule jadwal kerjaku dua hari kedepan. Kamu tetap pulang besok. Aku masih ingin di Gwangju dua hari lagi.” Tidak mengindahkan pertannyaan Junsu, Jaejoong berjalan menuju lift hotel dan memberi Junsu perintah.
“Aku bertanya kepadamu, tidak memberiku jawaban kau malah memberiku pekerjaan tambahan.” Junsu protes kepada bos cantiknya.
“Yang mana.” Jaejoong masuk dalam lift dan Junsu mengekor dibelakangnya.
“Yang Mana???... memangnya ada berapa Yunho di rumah sakit Gwangju.?"
“Aku ketemu juga dengan adiknya.” Jajejoong menjawab singkat.
“Lalu Apa yang terjadi…maksudku setelah kamu ketemu Yunho.” Kejar Junsu penasaran.
“Aku memeluknya.” Jawab Jaejoong enteng.
“Ups….Apa Kau, kau memeluk Yunho?” Junsu terkesiap tak percaya dan menutup mulutnya mendengar jawaban Jaejoong.
“Iya, aku memeluknya” rona merah menghiasi pipi putih Jaejoong mengingat kejadian di toilet rumah sakit.
“Murahan……” Junsu mencibirkan bibirnya mengejek Jaejoongie.
“Apa maksudmu?. Kucekik, mati kau disini mengataiku murahan.” Jaejoong segera berpaling menatap tajam kepada Junsu.
“Harusnya kau jaga image lah, baru ketemu main peluk peluk saja. Lagian biasanya yang inisiatif memeluk dan mengungkapkan perasaan itu laki-laki duluan bukan….
“Aku juga laki-laki…. Jadi tidak masalah aku yang ambil inisiatif lebih dahulu mengungkapkan perasaan. Dan aku juga tidak asal mengapa aku berani memeluknya.”
“Aku meragukannya…..”
“Apanya?”
“Kamu beneran laki-laki.” Junsu mengucapkannya tanpa dosa bersamaan dengan pintu lift terbuka.
“Suie…..brengsek.” Jaejoong hendak menarik leher kemeja Junsu, ingin rasanya melempar Junsu ke Antartika, namun Junsu dengan gesit menghindar dan berlari menuju kamarnya.
Saat hendak mengejar Junsu Smartphone Jaejoong berbunyi membuatnya berhenti mengejar Junsu. ID number sang Eomma tertulis di layar. Sambil berjalan perlahan menyusuri lorong hotel Jaejoong menjawab telephon ibunya.
Sementara itu di dalam Rumah Sakit Gwangju, Jung Tahae masih terbaring lemah di tempat tidur, belum tersadar akibat pengaruh anastesi yang belum hilang saat dilaksanan tindakan medis. Masih berada di lingkup ICCU Jung Tahae berada diruang obeservasi sambil menunggu pengaruh obat anastesi menghilang. Beberapa peralatan medis masih terpasang pada tubuh Jung Tahae. Nampak disamping pembaringan Jung Yunho duduk dan membelai belai lembut tangan sang Eomma.
Meskipun terlihat kurus karena pipi yang tirus dan lingkar hitam di cekung matanya, sorot mata musangnya berkilat seolah memancarkan semangat yang terus menyala. Tidak bisa disangkal dengan keadaan Jung Tahae di rumah sakit membutuhkan perhatian dan tenaga extra dari Yunho, sehingga pola makan Yunho berubah dari biasanya.
“Eomma, cepatlah bangun dan pulih. Banyak hal yang ingin kesampaikan kepadamu.” Suara Yunho pelan berbisik berharap sang Eomma mendengar ucapannya.”
“Eomma dan Jihye sudah Yunho belikan tiket pesawat ke Seoul. Eomma dan Jihye juga akan senang, Yunho sudah bookingkan salon, agar saat wisuda Yunho, Eomma dan Jihye terlihat menawan, tentu saja cantik saat foto wisuda.” Yunho menarik nafas berat disela monolognya.
“Eomma , ngomong-ngomong soal cantik. Jihye bilang Eomma harus bangun dan melihat calon menantu eomma, dia sangat cantik dan menarik. Yeah meskipun…meskipun dia sepertiku. Aku berharap eomma bisa bertemu dengannya dan tidak keberatan akan hal itu."
Menarik nafas sebagai jeda Yunho melanjutkan monolog di depan ibunya. "Konyol sekali Jihye, siapa juga yang mau menikah, aku masih ingin kerja dulu, jadi orang sukses biar bisa membuat Eomma senang dan bahagia. Barulah setelah itu Yunho akan menikah dengan Jaejoongie.” Yunho tersenyum membayangkan hal itu
“Oh Ya eomma, namanya Jaejoongie, sampai lupa mengenalkan namanya.”
“Heehh” Yunho menarik nafas dalam dan menghempaskannya. “Yunho takut sekali Eomma, dia sekarang ada disini, dan dia mencariku. Jantung Yunho rasanya berdetak lebih cepat, tadi dia memeluk Yunho. Aromanya enak seperti vanilla dan manis seperti strawberry kesukaan Yunho.”
“Yunho tahu apa yang Yunho lakukan kepadanya adalah salah, Yunho sudah menjadi orang yang tidak jujur. Yunho tidak punya pilihan lain melakukannya. Yunho berjanji setelah semuanya ini selesai dan Eomma sembuh kembali, Yunho akan segera mengembalikannya. Tolong Eomma jangan marah dan mengerti Yunho, karena aku sangat menyayangi kalian berdua tidak sanggup jika harus memilih diantara eomma dan dia. Namun sekarang ini Yunho pikir Eomma yang lebih memerlukan Yunho.
“Eomma, haruskah Yunho mengatakan sejujurnya kepada Jaejoongie?...... Yunho takut kalau dia akan menjauhi dan membenci Yunho. Perasaan Yunho campur aduk eomma, senang, bahagia dan takut dan bingung. Seandainya Eomma bangun sekarang, Yunho akan dengar dan lakukan yang Eomma katakan. Hoahhh, Aku mencintai kalian berdua.” Yunho menguap dan menutup multnya dengan tangan kemudian merebahkan kepalanya di sisi pembaringan Jung Tahae.
Suasana ruangan observasi ICCU terasa semakin sepi, hanya terisi tiga orang pasien yang selesai mendapatkan tindakan medis dari ruang OK. Hanya bunyi beberapa alat kesehatan yang seolah berdetak menyuarakan kesunyian menyampaikan ritme pengharapan antara kehidupan dan kematian yang terpisah tipis. Aroma obat-obatan bagaikan dupa yang dibakar menghantarkan doa agar Sang Pemberi Kehidupan menangguhkan kematian.
TBC
Akankah Yunho berani?????Terima kasih untuk Vote dan kommennya
Reader harap sedikit bersabar…..
KAMU SEDANG MEMBACA
Permata Terselubung
FanfictionKeyakinan, keteguhan, kejujuran akan membawa pada jalan terang. "Anakku seorang yang buta, tuli, bisu dan lumpuh, apakah kamu menerimanya sebagai pendamping hidupmu? "