Vanilla, Tiramisu, and Latte

54 6 7
                                    

Written by Pitachynt
jinnervosa 

Warning: sudah lama tidak menulis sebuah ff, mohon maaf jika banyak ketidakjelasan.

***

Tangan dua insan itu saling bertauan, berjalan pelan di sebuah taman luas dengan hamparan bunga penuh warna. Wajah sumringah gadis mungil itu nampak jelas, membuat laki-laki yang masih setia menggenggam jemarinya tersenyum. Younghyun, laki-laki itu membidik jelas senyum yang terlukis di bibir gadis mungil di sampingnya dengan cermat. Berusaha untuk tidak melupakan setiap detail yang dimiliki gadis di sampingnya.

Hyejin, gadis mungil itu tak henti-hentinya tersenyum di depan Younghyun. Semilir angin menerpa wajah Hyejin, bersamaan dengan semua daun yang jatuh tepat di depan ujung sepatunya. Ketika Hyejin sadar daun apa yang jatuh di dekat ujung sepatunya, senyum yang terlukis di wajah Hyejin sirna dalam sekejap mata.

Hyejin mendongak agar dapat menatap wajah Younghyun. "Apa sudah berakhir?"

Yang ditanya tak menjawab, laki-laki itu malah menyunggingkan senyumnya. Younghyun hendak mengelak, tetapi fakta yang ada sudah sangat amat jelas. Tanpa ia jelaskan pun, Hyejin akan tahu dengan sendirinya.

"Jawab aku, Younghyun," desak Hyejin.

Desakan Hyejin sama sekali tidak membuat Younghyun menjawab pertanyaan yang menghantui Hyejin sejak daun berwarna kuning itu jatuh di dekat sepatunya.

"Hyejin, menurutmu, akan lebih baik kalau salju turun dari langit, malam ini atau besok pagi?"

"Tidak, tidak ada yang lebih baik. Bila aku boleh bersikap egois, aku tidak ingin salju turun. Entah itu malam ini, besok pagi, atau pun hari lainnya."

Younghyun melepas tautan tangan mereka, beralih pada surai hitam Hyejin yang berantakan karena terbawa angin sore. Satu hal yang Younghyun sadari, memainkan surai Hyejin adalah hobi barunya. Sebuah hobi baru yang tidak akan bertahan lama sama sekali. Di mana hari ini mungkin adalah hari terakhir bagi Younghyun untuk memainkan surai hitam Hyejin.

"Entah itu malam ini atau pun besok pagi, salju akan tetap turun, Hyejin." Younghyun menghela napas dengan posisi masih memainkan surai Hyejin.

"Meninggalkan semuanya?" tanya Hyejin cepat.

"Ya ... semuanya. Jika aku bisa, aku tidak mau meninggalkanmu."

Hyejin benci situasi ini. Hyejin benci arah pembicaraan Younghyun. Hyejin benci tentang fakta salju yang akan turun sebentar lagi. Hal yang ingin Hyejin undur sejak hari bertemu Younghyun adalah hari ini. Hari di mana salju akan turun sebentar lagi. Daun yang jatuh di dekat sepatu miliknya adalah sebuah bukti. Sebuah daun yang sama persis ketika bertemu dengan Younghyun untuk pertama kalinya.

"Aku ingin pulang." Hyejin berjalan menjauh dari Younghyun, bahkan ia berusaha mempercepat langkah kakinya.

Langkah kaki Younghyun yang jauh lebih lebar membuat Hyejin harus tersusul oleh Younghyun. Langkah kaki Hyejin terhenti ketika Younghyun menggapai tangan kanannya.

"Aku antar," ajak Younghyun.

"Tidak perlu."

"Ini akan menjadi yang terakhir kalinya, Hyejin."

"Justru karena ini akan menjadi yang terakhir kalinya, aku tidak ingin bersamamu, ."

Karena Hyejin tahu, semakin lama ia bersama Younghyun, maka semakin sulit Hyejin merelakan semuanya.

"Kau akan menemukan yang lebih baik, Hyejin."

"Kau tahu, Younghyun? Jika aku bisa meminta suatu hal, aku ingin menghapus seluruh ingatanku bersamamu."

SaljuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang