"Satu hal yang menakutkan ketika hujan, yaitu kedatangannya yang selalu bertepatan saat ada orang yang tengah terpuruk dan terluka."
****
Langit yang semula cerah kini berubah jadi mendung, gelapnya awan seolah menjadi gambaran hati dari seorang Lily saat ini. Ditambah lajunya para pengendara pada sebuah jalan raya membuat ia hanya bisa pasrah sebab tak bisa untuk ke sebrang jalan dan menunggu tumpangan dari angkutan umum berupa angkot.
Setelah menyadari bahwa hujan akan turun, dengan segera gadis tersebut mengeluarkan earphone berwarna biru dari dalam tasnya. Segera ia menyetel lagu ber-volume nyaring guna meredam suara-suara di sekitarnya juga suara hujan yang akan mengguyur kota nantinya.
Tak lama hujan pun turun sesuai perkiraan, rinai hujan yang cukup deras membuat Lily harus numpang berteduh di depan sebuah ruko yang sudah tutup. Seketika jalanan sekitar berubah jadi sedikit lebih longgar dari yang sebelumnya, membuat siapa saja dengan mudah bisa berlari ke sebrang jalan. Namun, Lily menolak, ia tak akan pernah mau membiarkan tubuhnya dibasahi oleh buliran air yang jatuh dari langit tersebut. Bahkan untuk mendengar suaranya saja ia tak berani.
Sekarang yang bisa dilakukan oleh Lily hanyalah menunggu hujan kembali reda dan ia bisa melanjutkan perjalanan pulangnya. Dari kejauhan, seorang laki-laki bermotor Zupiter Z yang didominasi oleh warna biru datang menghampirinya. Dari baju batik yang dikenakan orang tersebut sudah membuatnya tahu kalau ia adalah murid satu SMA dengannya. Akan tetapi wajahnya yang tertutup oleh kaca helm membuat ia jadi sulit mengenali siapa orang itu.
"Ly, bareng gue yuk. Kasian lo pulangnya lama kalau harus nunggu hujan reda," ucap laki-laki yang tak lain adalah Sony--- tepat setelah menunjukan wajahnya. Pakaiannya lumayan basah sebab di guyur hujan, begitu pula dengan jok belakangnya.
"Eh, elo Son. Nggak ah... masih hujan," kata Lily sambil memasang ekspresi selayaknya orang yang khawatir.
"Yaudah kalau gitu, kita tunggu hujannya agak redaan baru pulang," ucapnya sambil mematikan motor.
Lily terkejut akan penuturan Sony barusan, apa maksudnya. "A-anu, Son. Apa nggak ngerepotin? Lo kalau mau pulang deluan nggak apa-apa. Gak enak sama elo nya gue," kata Lily sembari menatap lelaki di hadapannya itu dengan ragu-ragu.
"Nggak masalah, lagian mana mungkin gue ngebiarin cewek kayak lo di sini sendirian, ntar kalau ada apa-apa gimana? Hujannya juga nggak pasti kapan bakal reda." Sony tetap kekeh untuk menunggu di sini bersama Lily.
Keduanya pun saling menunggu dalam diam. Perasaan canggung menyelimuti mereka berdua sebab tidak begitu akrab, untuk membuka topik pembicaraan pun mereka bingung harus memulai dari mana.
"Udah redaan, mau otw nggak?" sahut Sony saat melihat hujan yang mulai mereda perlahan-lahan.
Lily pun menatap ke sekitar, mengamati hujan yang kini gerimis. Ia menghela napasnya agak berat sebelum akhirnya mengangguk setuju. "Yaudah deh, ayok."
Setelahnya mereka berdua kini melaju di jalanan saat Lily sudah menaiki motor milik Sony, menembus gerimisnya hujan dengan kecepatan rata-rata. Lily yang tak terbiasa diterpa hujan pun sekarang harus diguyur dengan begitu saja hingga membuat seluruh pakaiannya basah.
Dingin sudah pasti, takut pun iya juga, namun dengan terpaksa ia harus melakukan hal ini demi bisa sampai ke rumah secepatnya sebab mulai tak nyaman. Melihat Sony yang terus menambah kecepatan motornya itu pun membuat Lily harus memeluk tubuh lelaki itu sebab tak berani.
Sony tertegun untuk sesaat, ia kaget sebab orang yang digoncengnya itu mengeraskan pegangannya di pinggang. Jujur ia rada tak enak, tapi ia juga tidak bisa membiarkan Lily yang nampak tak nyaman dengan cuaca mendung kali ini harus melepaskan pelukannya.
"Rumah lo di mana, Ly?" tanya Sony, masih dengan tatapan fokus ke jalan.
"Lo ikutin aja arahan gue. Dikit lagi sampai kok ke komplek rumah gue," jawab Lily sambil mengusap wajahnya yang basah.
"Oh yaudah."
Tak sampai lima belas menit mereka pun sampai ke tempat yang dituju, berhenti tepat di depan pagar rumah Lily yang berhadapan dengan kediaman milik Toby.
"Makasih ya, Son. Kalau nggak ada lo pasti gue bakalan terjebak hujan seharian," kata Lily.
"Sama-sama," Sony berucap sambil tersenyum canggung.
"Oh iya, lo mau mampir dulu? Baju sama tas lo basah semua."
"Oh... nggak usah, Ly. Makasih ... gue langsung aja," tolak Sony sebab tak mau merepotkan.
"Serius?"
"Iya ngga apa-apa. Lagian habis ini gue mau ngerjain tugas," ucap Sony guna meyakinkan gadis tersebut.
"Yaudah, kalau gitu, lain kali aja," kata Lily.
Sony pun hanya tersenyum seraya mengangguk pelan. "Yaudah Ly. Gue balik ya ...,"
"Ah, iya. Sekali lagi makasih ya, Son," ucap Lily sembari melambaikan tangannya dengan agak ragu. Sony mengangguk pelan seraya menutup kaca helmnya, setelahnya ia pun menancap gas motor berukuran sedang itu hingga melaju di jalanan yang basah dan penuh oleh genangan air hujan.
,*****
Dari balik selimutnya yang tebal Toby sedang mengamati ponsel miliknya sembari mengetikkan pesan untuk seseorang yang sempat ia khawatirkan.
Ly, kamu pulang tadi bareng siapa?
17:44Bareng Sony
17:44Sony?
17:44Sony anak XII-1?
17:45Iya,,, kenapa emang nanya nanya?
17:45Nggak papa... cuman mau tau kabar kamu ajaa,,,
17:45Read
Terakhir di lihat hari ini pukul 17:45
Setelahnya tak ada balasan dari Lily, dilihat dari aktivitas whatsapp-nya pun ia sudah tidak aktif lagi.
Toby menghela napasnya cukup panjang dan berat, entah kenapa ia mulai merasa tak nyaman terhadap Lily belakangan ini. Pikirannya yang kian berkecamuk itu pun selalu membisikkan kata-kata yang kurang mengenakan tentang apa yang ia jalani saat ini.
Sekarang yang dapat ia lakukan hanyalah membiarkan semuanya berjalan sesuai dengan yang sudah direncanakan. Yang mana tanpa ia sadari bahwa ia sudah membiarkan berbagai macam persoalan memasuki hidupnya dan pasti akan ia hadapi di lain waktu.
,*****
Minta kririk dan sarannya ya guys, segalan masukan yang mendidik dan membangun dari kalian sangat membantu mata untuk memperbaiki cerita ini kedepannya^^ see you :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Heart, Why Him? [END]
Подростковая литература[Chapter Completed] {Melodrama x Teenlit} Tidak ada yang pernah tahu cinta itu dapat berlabuh pada siapa. Nyatanya, itu yang dirasakan oleh Lily. Ia jatuh cinta pada seseorang yang menurutnya tidak tepat, yang tak pasti untuk dimiliki. Ia jatuh hati...