"Ragu, kaku, juga cemburu. Adalah suatu hal yang menusuk jantungku selama ini."
****
Keadaan kantin tampak sepi di istirahat kedua, jumlah pembeli yang ada tak sebanyak jam istirahat pertama, dan pada suasana seperti inilah jadi saat yang tepat untuk seorang Sony belanja.
Ia tengah menikmati sepiring nasi kuning yang sengaja disisakan oleh si pemilik kantin sesuai permintaannya. Tipikal penyendiri, lebih memilih menghindari keramaian, sosialisasi agak tertutup, pun dengan teman dekat. Namun di antara catatan miring tentang dirinya---setidaknya ia masih mempunya beberapa teman yang bisa diandalkan saat dibutuhkan. Buktinya sekarang, kedua temannya rela menemani ia makan walau mereka agak sibuk dengan permainan di ponsel masing-masing.
Hujan di luar masih sangat deras, aroma khas hujan yang menyeruak dari tanah pun menyebar ke mana-mana. Menyengat hidung banyak orang termasuk Sony. Aroma tersebut membuat aktivitasnya terhenti, bukan karena ia tak suka dengan bebauan khas hujan, hanya saja ia malah teringat akan sosok Lily yang menanti hujan berhenti tepat di depan ruko yang sudah tutup.
Bibirnya yang sedikit bergetar membuatnya tahu bahwa gadis tersebut tengah kedinginan. Ditambah ekspresi nanarnya ketika menatap hujan seolah menandakan bahwa ia ketakutan.
Intinya, hujan itu mempertemukan, juga melarutkan kenangan. Mau itu indah atau pun tidak.
"Sob, ke kelas nggak? Gue udah selesai , nih," ucap Sony sambil berdiri dari tempat duduknya.
"Bentar-bentar, Son. Gue lagi push rank, bentar dulu yak," kata salah satu temannya, masih dengan tatapan mata menatap ke layar ponsel.
"Yaudah, deh. Kebetulan juga hujannya masih deras." Sony pun kembali duduk di tempatnya semula, gantian menunggu temannya selesai bermain.
,*****
Aster berjalan dengan langkah kecil melewati selasar kelas yang cukup basah sebab terkena percikan air hujan. Ia menaiki anak tangga untuk sampai ke lantai dua sebab ingin menemui seseorang. Terlihat ada sedikit guratan perasaan garu di wajahnya, berulang kali ia menarik dan menghembuskan napas bersamaan dengan aroma semerbak hujan yang menyengat indra penciumannya. Membuat ia agak merasa mual sebab tak tahan dengan bau yang menurutnya aneh itu.
Tak lama ia pun sampai ke kelas yang dituju, langkahnya terhenti seketika tepat di ambang pintu. Dari tempatnya saat ini berdiri sudah terlihat jelas sosok yang ingin ia temui. Sekali lagi Aster menghirup napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan, sebisa mungkin ia mencoba untuk menyembunyikan ekspresi yang sedari tadi ia tahan.
Segera ia melangkah masuk untuk menghampiri seorang gadis yang sedang mendengarkan lagu melalui earphone-nya sambil membaca buku. Ragu-ragu pijakannya kali ini, namun ia paksakan demi menyelesaikan segalanya. Setelahnya ia pun berdiri tepat di samping meja belajar milik Liliy, tanpa perlu dipanggil ia sudah bisa mebyadari kehadiran seseorang saat ada sebuah bayangan yang menutupi buku bacaanya.
Liliy menatap orang di sampingnya itu dengan heran sebab merasa jarang bahwa ada anak dari kelas lain yang tiba-tiba datang ke kelasnya.
"Ada apa ya?" tanya Liliy dengan kening agak berkerut.
Aster memaksakan senyuman, membuat kedua alis Lily berhasil menyatu sempurna. "Ummm... Ly," katanya dengan agak ragu.
"Iya, kenapa?"
"Gue mau ngomong sesuatu sama lo," ucap Aster sambil menarik kursi kosong yang berada tepat di sebelah tempat duduk Lily. Ia pun duduk tepat di samping Lily sambil ingin mengatakan sesuatu.
"Ngomong aja, silahkan." Lily kini menghentikan aktivitas bacanya, ia pun mematikan musik pada ponsel-nya namun tetap tak melepas earphone ditelinganya dan mulai mendengarkan.
Entah kenapa Aster merasa gemetar, ia jadi bingung ingin memulai dari mana. "A-anu ...."
Lily yang mulai heran tetap setia mendengarkan sambil menanti hal yang ingin disampaikan oleh orang di hadapannya itu. "Anu, apa?"
Aster malah tersenyum canggung sebab sulit untuk berbicara dalam keadaan saat ini, ditambah banyaknya orang di kelas ini membuat ia jadi tambah pusing.
"Gini aja deh, Ly. Kalau kamu ada waktu kita ketemuan aja di cafe, nanti aku yang tentuin tempatnya dan share location lewat dm ig kamu. Sulit mau ngomong kalau lagi nggak pas kayak gini," ujarnya sambil memegang tangan Liliy.
Lily sempat menatap dalam sosok Aster sebelum akhirnya mengangguk dan mengiyakan. "Yaudah."
,*****
Updatean selanjutnya akan melengkapi konflik di antara Lily, Aster, dan Toby ya gengs... pokoknya tunggu aja^^ dijamin baper per perr wkwkwk :v
Jan lupa klik vote dan komen biar mata semangat, yg mau kasih krisar juga silahkan, pokoknya mata tunggu deh,^^
By, assalammualaikum
![](https://img.wattpad.com/cover/143510576-288-k642200.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Heart, Why Him? [END]
Teen Fiction[Chapter Completed] {Melodrama x Teenlit} Tidak ada yang pernah tahu cinta itu dapat berlabuh pada siapa. Nyatanya, itu yang dirasakan oleh Lily. Ia jatuh cinta pada seseorang yang menurutnya tidak tepat, yang tak pasti untuk dimiliki. Ia jatuh hati...