Bab 19 : Malam Minggu

282 19 0
                                    

"Aku selalu berpikir tentang indahnya kisah cintaku jika dilalui bersama dengannya. Tapi semua hanyalah angan belaka."

****

"Lilyyy! Lilyyy!" Teriak Vara dengan kencangnya sambil memanggil orang yang dimaksud dari luar pagar.

Sebelumnya cukup lama tidak ada respon dari si pemilik rumah, namun setelah panggilan selanjutnya orang yang dimaksud baru muncul.

"Apaan coba? Teriak-teriak," sahut Lily sembari membukakan pagar.

"Lagian sih, elonya dipanggil lama," ucap Vara.

"Emang ada apaan, sih? Tau gue lagi sibuk juga." Lily bertanya sambil melipat tangan di depan dada.

Dita yang mendengar perkataan tersebut pun langsung memutar bola mata dengan jengah. "Ngapain lo sok sibuk gitu, Ly? Lo tau kan ini malam minggu? Harusnya lo refresing bareng kita. Kita ke ke cafe  atau mall, biar nggak terkekang sama rutinitas pr  yang segunung," ucap Dita dengan lugas, seolah dia adalah seorang pekerja kantoran yang baru dapat cuti dan langsung menghibur diri.

Lily pun hanya bisa diam tanpa mau membahas panjang lebar omogan gadis tersebut.

"Udah, deh, Ly. Mendingan lo buruan masuk terus ganti baju, kita dinner ala remaja," ujar Vara sembari mendorong tubuh Lily agar segera masuk ke dalam rumah. Sementara ia kembali menunggu di dalam mobil bersama yang lain.

Hampir dua puluh menit lamanya untuk seorang gadis remaja seperti Lily mempersiapkan diri. Pakaian selayaknya gadis tujuh belasan, serta make up  yang tidak berlebihan sudah cukup untuk membuatnya terlihat cantik tanpa harus berdandan dengan tebal. Semuanya natural.

Segera mobil yang ditumpangi empat orang gadis tersebut melaju meninggalkan komplek perumahan Lily untuk menuju cafe  tempat mereka biasa menghabiskan waktu.

,*****

Sesampainya di tempat tujuan, mereka pun langsung menduduki salah satu meja pelanggan yang terletak pada sudut ruangan dekat dinding yang terbuat dari kaca. Segera mereka memilih pesanan yang tertera di daftar menu saat seorang pelayan datang menghampiri.

Free wifi  yang tersedia membuat keempat orang tersebut jadi sibuk dengan ponsel masing-masing, bahkan membuat semua jadi lupa bahwa mereka sebenarnya saat ini sedang bersama, handpone  memang lebih berpengaruh.

"Eh, eh... coba liat, deh. Si Aster foto berdua sama Toby," ucap Vara dengan hebohnya sembari membalik layar ponsel miliknya dan memperlihatkan postingan foto antara kedua orang yang paling Lily hindari.

"Di posting ke ig," lanjut Vara.

Ketiga gadis tersebut pun langsung memicingkan mata dan memusatkan penglihatan pada ponsel milik Vara. Yang lain sempat terkejut saat menyadari kalau caption  yang bertuliskan I Love You  itu ditunjukkan kepada Toby, namun berbeda hal nya dengan Lily. Ia malah terlihat biasa saja walau raut wajahnya memang jadi sedikit agak kusut.

"Itu maksudnya apaan, ya? Mereka pacaran gitu?" tanya Elly sembari menatap yang lain, tapi tidak pada Lily.

Dita sempat melirikkan matanya ke arah Lily, lalu menyahuti pertanyaan Elly barusan. "Ya nggak mungkin, lah. Masa iya sih mereka pacaran, hellow... demi apa?" jawab Dita sekenanya.

Elly pun turut mengangguk setuju. "Bener banget apa kata lo tadi, Dit. Mana mungkin mereka pacaran, nggak cocok banget, hahahaha, palingan si Aster nya yang keganjenan."

Mendengar semua yang diucapkan oleh sahabat-sahabatnya barusan membuat Lily malah merasa risih dan tidak nyaman, dengan lantang ia mengucapkan kalau orang yang tengah dibicarakan sebenarnya sudah pacaran. "Mereka udah pacaran, kok. Sekitar sebulanan ini mungkin," sahut Lily sambil meletakkan secara kasar handpone  miliknya ke atas meja.

Yang lain sempat melongo saat mendengar pernyataan barusan, jika benar yang diucapkan Lily maka usaha mereka selama ini sia-sia. Mati-matian mereka menyembunyikan kenyataan tentang kedekatan hubungan Aster dan Toby, tapi nyatanya gadis tersebut sudah mengetahuinya lebih dulu.

"L-lo serius, Ly?" tanya Dita dengan gugupnya.

Lily pun menjawab dengan anggukan penuh keyakinan, membuat ketiga sahabatnya itu jadi tidak nafsu makan seketika, terutama Dita dan Elly.

"Udah, lah, gue mau ke toilet bentar," ujar Lily dan langsung meninggalkan meja makan, padahal pesanan mereka sudah datang.

Hampir satu jam lamanya hidangan makan malam di cafe  langganan mereka berlangsung dengan kikuk dan canggung. Bahkan sampai selesai makan pun mereka masih terlihat tak enakan sama sekali terhadap Lily.

Waktu masih menunjukan pukul sembilan malam, namun acara malam minggu mereka malah terasa membosankan. Untuk membuka kembali suasana, Dita pun membunyikan musik yang ada pada sound system  mobilnya.

"Kita mau ke mana lagi guys?" tanya Dita setelah siap di kursi kemud.

Elly dan Vara tampak menimbang-nimbang, bingung hendak pergi ke mana. "Menurut lo enaknya kita ke mana, Ly?" ujar Elly, menyerahkan segala keputusan pada gadis tersebut.

"Pulang aja," usul Lily dengan enteng, membuat yang lain jadi memasang ekspresi kecewa. "Gue lagi males ke mana-mana. Sorry, ya."

Dita pun hanya menganggukan kepala seraya tersenyum saat menatap wajah sahabatnya itu melalui kaca spion, ia mencoba memahami keadaan Lily. "Yaudah kalau itu mau lo."

Jalanan ibu kota di malam minggu terlihat lebih ramai, banyaknya pemuda-pemudi yang tengah menongkrong dan ber foto-foto melengkapi suasana. Bahkan kerumunan orang yang tengah menonton aksi balapan liar pun membuat mobil yang mereka tumpangi jadi harus agak melambat sebab banyaknya lautan manusia.

Namun di antara banyaknya orang tersebut, manik mata Lily baru saja menangkap sesosok laki-laki yang amat ia kenal bersama dengan kekasihnya tengah duduk di atas sebuah motor sambil menyaksikan pertandingan liar itu. Nama Toby dan Aster hampir saja ia panggil namun ia tahan segera saat menyadari ia ditempat yang tidak tepat.

Isi kepala Lily berkecamuk seketika saat membayangkan apa yang akan terjadi jika Toby ikut balapan, sekalipun ia masih menduga kalau lecet parah yang terdapat pada motor kesayangan milik Toby itu benar karena ia ikut balapan atau tidak, tetap saja ia khawatir. Yang bisa dilakukan oleh Lily saat ini adalag berharap dan berdoa yang terbaik agar Tuhan selalu membuka akal sehat lelaki itu.

,*****

Dear My Heart, Why Him? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang