Bab 20 : Bodoh!

281 17 0
                                    

"Tidak ada yang berbeda di antara kita semua. Aku, kamu, dirinya, dan semua kepelikan yang kurasa. Bisa menjalin cerita yang sebegitu rumitnya karena adanya kesamaan, yaitu, sama-sama dibodohi oleh cinta."

****

Aku tahu aku bodoh, aku sadar bahwa semua yang kujalani hanya sekedar pelengkap hidupmu.

Karena sekeras apa pun aku berusaha untuk menahan rasa cemburuku terhadapmu. Aku tetap bukan orang yang akan kamu utamakan, dan semakin jauh kamu dariku, yang dapat kulakukan hanyalah menatap kepergianmu tanpa ada niatan untuk mengejarmu. Sebab aku berpikir, aku tak layak untuk meraihmu.

Tapi, dari sekian juta bintang di atas langit sana, akan ada kalanya kamu kembali dan mengatakan. "Aku masih sayang."

Mungkin sekarang ini kau tak akan mendengarnya, tapi aku tetap ingin mengucapkan selamat malam dan selamat bermimpi indah tentang kebahagiaan yang tak kunjung datang, 'untukmu".

"Huft...." Lily menghela napasnya dengan berat, sebisa mungkin ia mencoba untuk menahan rasa sesak di dadanya agar tak membuatnya jadi ingin menangis.

Lagi-lagi, yang dapat Lily lakukan hanyalah menatap langit berhiaskan taburan bintang dengan nanar. Ia selalu merasa resah tiap kali membayangkan sosok Toby yang kian merenggangkan jarak di antara mereka. Namun, Ia tetap berharap bahwa semesta akan menyatukan merka lagi meski tidak dalam hubungan yang terbilang serius.

Kembali Lily mengunci rapat-rapat buku diary  tersebut dan kembali mengalungkan kunci yang didominasi oleh warna emas itu. Cahaya dari rembulan yang mulai meninggi membuatnya jadi bergegas untuk tidur dan melupakan segalanya, sesaat.

,*****

"Eh, baby. Kamu di sini juga?" ujar seorang laki-laki yang dengan lancangnya---mencoba merangkul Aster.

Gadis tersebut tampak risih dan menjauhkan tubuhnya lalu bersembunyi didekapan Toby. Akan tetapi, hal itu malah membuat seorang Angga jadi tertawa dengan remehnya.

"Brengsek! Apa-apaan lo berani-beraninya megang cewek gue?!" Toby menggertak dengan penuh amarah terhadap lelaki---yang juga ia kenal itu.

Angga menarik ujung bibirnya dengan sinis, berdecih terlebih dahulu sebelum menyahuti lawan bicaranya. "Tch!  Baru sebulan jadian udah sok berlagak kayak super hero, gue yang masih berstatus pacarnya aja nggak marah waktu lo ngerebut dia dari kehidupan gue," cibir Angga dengan tajamnya.

"Maksud lo apaan!" Toby seketika maju dan meremas kerah baju yang Angga kenakan. Ia menariknya ke atas sampai membuat lelaki bertubuh agak pendek dari Toby itu jadi sedikit berjingkit.

"Bajingan mulut, lo!!!" Bentak Toby dengan sangat sarkastis, membuat semua orang yang semula tengah menyaksikan pertandingan balapan liar jadi ricuh sebab melerai mereka.

"Wo-woy-woy-woy! Kayak bocah lo pada, emang lo pikir bertarung bisa nyelesain masalah?" ucap seorang lelaki berusia sedikit lebih tua yang mencoba untuk melerai.

"Emang bener kan lo ngerebut pacar gue? Nyatanya, dia masih resmi milik gue karena cuman mutusin secara sepihak." Angga berkata yang sejujurnya dengan lantang, membuat urat-urat kepalanya jadi terpampang dengan jelas.

Angga meremas balik kerah milik Toby sembari menariknya ke bawah, membuat terjadinya tatapan kedua kontak mata di antara mereka.

Dengan segera lelaki yang barusan melerai kembali melakukan tindakan yang sehsrusnya ia lakukan, ia menatap kesal dua laki-laki tersebut sambil menggeleng heran. Sementara Aster hanya bisa terdiam sambil menyaksikan pertikaian antara kekasihnya, dan orang yang ia anggap mantan kekasihnya bersamaan dengan beberapa orang yang ada.

"Kenapa? Nggak percaya?" Angga kembali membuka mulutnya.

Toby pun kini beralih pada Aster dan menatapnya secara intens. "Bener apa yang dia bilang?" Gertak Toby dengan nada suaranya yang kasar, membuatnya jadi mati kutu sebab gelagapan.

"N-nggak, by. Ini semua cuman salah paham di antara kita aja, kok," ujar Aster dengan ekspresinya yang mudah ditebak.

"Jawab yang jujur, As, gue nggak suka kalau harus ada kebohongan di antara sesama kita," kata Toby, cara bicaranya pun seketika berubah jadi tidak formal terhadap sang kekasih.

Lagi, yang bisa Aster lakukan hanyalah terdiam. Toby yang tampak muak akan tingkah dari kekasihnya itu pun langsung pergi meninggalkan Aster dan langsung melajukan motornya entah ke mana.

"Toby! Tobyyy!!!" Teriak Aster dengan sangat nyaring tapi tak dihiraukan, membuat ia malah menanggis sesenggukan.

Sementara itu, Toby melajukan kendaraanya bagai orang tanpa tujuan. Isi kepalanya yang berkecamuk tak karuan membuat otaknya seolah jadi buntu sesaat bagai orang yang tersesat. Ia pun kini malah melukan hal selayaknya orang bodoh yang malah berkeliling ibu kota sambil mengusir jauh-jauh segala emosinya.

,*****

Dear My Heart, Why Him? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang