Bab 30 : Pergi

729 19 0
                                    

"Maaf jika aku harus pergi, pergi dan entah kapan akan kembali, kuharap ... kau tidak akan merindukan sesuatu dariku. Kasih, maaf jika aku tak mampu bertahan."

****

Ke mana pun Toby mencari, nyatanya ia tetap tidak bisa menemukan orang yang sejak kemarin ia khawatirkan. Ia tampak frustasi, wajahnya memerah tatkala ia menahan kesal sekaligus khawatir.

Dengan menggunakan motornya Toby kini menuju ke rumah Lily, tempat terakhir yang sebelumnya sudah ia datangi. Perasaan resah dan sebuah firasat buruk yang berkecamuk membuat lelaki itu berkali-kali mendesah.

Sesampainya di kediaman gadis tersebut Toby langsung memasuki pekarangan rumah dan kembali berhadapan dengan Tante Neri.

"Tante, Lily di mana? Aku udah nyari ke mana pun. Handpone-nya juga nggak aktiv untuk dihubungi, dia sebenarnya ada di mana Tente? Tolong jawab!" pekik Toby sambil memegangi pundak Mamah Lily.

Bukannya menjawab Neri malah menundukan kepala sambil menanggis pelan. Ia menggeleng-gelengkan kepala seraya menyembunyikan air matanya dari lelaki tersebut.

Toby yang melihat tangisan dari Tante Neri malah merasa semakin resah sambil mencoba untuk menenangkan wanita paruh baya tersebut.

"Tante kenapa, tan? Ada apa sebenarnya? Kenapa semua jadi rumit gini," ucap Toby sebab membutuhkan jawaban segera. Sementara Neri harus terpaksa mengatakan yang sejujur-jujurnya terhadap Toby walau ini akan terasa menyakitkan baginya.

"Lily ... Lily pergi, nak. Dia pindah ke Bandung untuk melupakan kamu beserta semua kenangan yang pernah kalian lalui bersama," jawab Neri sambil bercucuran air mata, ia sesenggukan tatkala menatap wajah Toby yang tertegun.

"NGGAK, NGGAK! NGGAK MUNGKIN...." teriak Toby senyaring-nyaringnya saat mendengar pernyataan tersebut. Ia merasa tak percaya akan segalanya yang terjadi dengan tiba-tiba ini.

Toby pun turut ikut menanggis akan kebodohan-kebodohan yang selama ini ia perbuat terhadap Lily hingga membuat gadis itu jadi merasakan sakit hati yang teramat dalam. Ia benar-benar menyesali kesalahannya selama ini.

Neri mencoba untuk memberi pengertian terhadap Toby yang tampak terkejut itu. Ia menenangkannya. "Yang sabar, By. Tante nggak pernah tau ada masalah apa yang terjadi di antara kalian, tapi Tante percaya segalanya masih bisa diperbaiki."

"Dia barusan berangkat ke bandara sama Dita dan yang lainnya naik mobil. Masih ada waktu buat kamu mengejar dia ... minta maaf, setidaknya untuk menghapus rasa sesal di dada kamu," ujar Neri sambil meremas kedua tangan Toby, mencoba memberinya sedikit harapan.

Dengan segera lelaki itu menunju bandara dengan kecepatan tinggi. Ia tak peduli dengan keramaian yang jalan raya saat ini demi bisa bertemu dengan Lily segera.

Hampir dua puluh menit, Toby akhirnya sampai ke tempat yang ia tuju. Ia pun berlari dengan langkah tergesa-gesa, mencari keberadaan Lily saat ini di antara ramainya bandara tersebut.

Cukup lama ia mencari, namun hasilnya tetap tidak ada. Ia kecewa, ia marah, ia kesal. Dan semua ini terjadi karena kebodohannya sendiri.

Dari kejauhan Dita dan yang lainnya menghampiri Toby yang tampak menanggis tersebut. Dengan perasaan sama geramnya gadis tersebut menampar pipi Toby demi meluapkan emosinya.

"Puas lo sekarang? Nggak ada gunanya menyesal, ego lo sendiri yang menuntun lo ke dalam perbuatan yang salah sampai membuat Lily harus pergi," ucap Dita dengan bercucuran air mata.

Manik mata Toby yang memerah menatap nanar ke arah tiga orang di hadapannya itu. Ia tak berkata apa-apa sebab ia sadar kalimat penyesalan tak akan mengembalikan keadaan.

Vara langsung memberi pelukan kepada Dita agar ia tak menanggis lagi.

"Pesawat yang Lily tumpangi sudah berangkat sekitar tujuh menit yang lalu. Lo telat, By. Dia terlanjur pergi dengan membawa kepingan hatinya yang remuk seperti di saat Aster datang ke dalam hidup lo." Elly menyahuti, sementara Toby tak bergeming.

Setelahnya Elly memberikan sebuah buku harian bersampul kulit yang didominasi warna merah kepada Toby. Buku yang amat dikenali oleh lelaki itu kini kembali lagi ke tangannya.

"Lily nitip ini untuk dikasih ke elo. Dia meminta lo untuk membaca halaman terakhir  diary  itu sebagai tanda perpisahan yang panjang," lanjut Elly, setelahnya ia dan yang lainnya langsung pergi meninggalkan Toby yang menatap kosong buku harian tersebut.

Atas semua kesalahan yang terjadi begitu cepat ini  membuat Toby merasa pilu di hatinya jika harus mengingat kepergian orang yang teramat ia sayangi itu.

,*****

Ini merupakan last part ya gengs, selanjutnya epilog sebagai penutup dari kisah ini,^^ happy reading.

Dear My Heart, Why Him? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang