Satu

113K 2K 70
                                    

Cerita ini sudah ditulis ulang. Harap maklum apabila banyak komentar yang tidak sinkron.

♡♡♡

Jam olahraga adalah salah satu dari jam-jam sekolah yang selalu dinantikan para siswa, selain jam kosong dan jam pulang tentunya. Setelah penat bergulat dengan rumus-rumus fisika di jam pertama, menempatkan olahraga di jam kedua sungguh keputusan guru yang dinilai paling mulia, khususnya oleh anak-anak kelas sepuluh IPA-3.

Setidaknya, sembari menunggu Pak Ozi, guru olahraga, selesai mendisiplinkan anak-anak lelaki yang tidak berseragam, gerombolan anak-anak perempuan bisa memulai rumpi harian mereka, yang tadi pagi sempat tertunda karena acara berbagi jawaban PR fisika.

"Di kelas, peringkatnya selalu masuk tiga besar!" Cewek dengan kuncir kuda berseru semangat.

"Dinobatkan jadi cowok terdingin se-SMA Tunas Bangsa!" sahut cewek berponi.

"Ketua kedisiplinan, tangan kanan Pak Herman, si guru BK!" timpal cewek dengan kuncir kuda lagi tak mau kalah.

"Isunya lagi pacaran sama wakil ketua Kedisiplinan, Kak Cessie, salah satu cecan SMA Tunas Bangsa!"

"Ih, Ria! Kok ngomongin yang itu! Nggak terima! Nggak boleh!" Cewek dengan kuncir kuda mendengus, tidak terima.

"Siapa yang nggak ngebolehin, Nata? Nggak ada peraturan kaya gitu! Oke, sip, gue menang!" Cewek berponi alias Rea itu bersorak.

"Mana boleh begitu?!" protes Nata, si cewek dengan kuncir kuda tersebut.

"Boleh." Cewek lain menyela. "Inti permainan ini adalah kalian cuma perlu menyebutkan apapun tentang objek. Apapun! Jadi, fix, istirahat nanti kita-kita ditraktir Nata!" Ketiga cewek tanpa Nata itu berseru bahagia, hingga meninju udara. Membayangkan uang jajan mereka aman untuk sehari ini tanpa perlu merasa kelaparan.

Berbeda dengan Nata, yang masih saja cemberut karena pembicaraan tadi juga karena pemikiran bahwa seminggu ini dia tak akan bisa jajan. Bangkrut sudah. Mentraktir tiga cewek yang porsi makanannya sanggup mengalahkan para kuli bangunan.

"Lo sengaja banget nyerang pakai kelemahan gue. Tega, ya, lo, Ri!" Nata menaruh tangan di dada sembari berekspresi terluka. "Sebagai calon pacar Kak Brian, jelas gue kesel kalau lo ngatain dia sama cewek lain!"

Ria dan dua cewek lain tergelak keras. Beberapa pasang mata milik teman sekelas yang lain menyorot keempat cewek yang tengah duduk bersila melingkar itu, tapi, kemudian kembali mengabaikan. Tak ada yang spesial dari grup gosip yang selalu heboh.

"Pacar? Dia ngelirik lo aja nggak pernah!" Perkataan Ana bagai pedang tajam yang menghunus Nata tanpa ampun.

"Boro-boro ngelirik, dia tahu lo hidup aja nggak!" Tembakan telak dari Sela tepat menembus jantung Nata.

Game over.

Ria masih tak berhenti tertawa. Wajahnya bahkan kini sudah memerah.

"Dasar kalian semua jahat! Jangan sentuh aku! Aku jijik! Aku jijik sama kalian!" teriak Nata yang otaknya mulai konslet karena kebanyakan sinetron.

Ketiga temannya kembali tertawa.

Suara peluit terdengar, menginterupsi anak-anak untuk segera berbaris. Semua mulai beranjak menuju tengah lapangan, begitu juga keempat cewek hobi gosip tadi.

Nata tertawa ketika melihat Galih--si alien sekaligus musuh bebuyutannya--yang berbaris di sebelahnya, meringis sembari memegangi pinggangnya. "Encok lo kumat, ya?"

"Sialan lo! Dasar sari kelapa! Lo nggak tahu gimana menderitanya push up sambil didudukin sama karung beras!" sungut Galih.

Nata cemberut. Panggilan 'sari kelapa' itu benar-benar mengganggunya. Galih selalu saja menyebutnya begitu karena, katanya, namanya kalau dipanjangkan jadi Nata de coco. Menyebalkan.

Senior MesumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang