Lima Belas

21.7K 774 57
                                        

Selamat membaca. Jangan lupa komentar!

♡♡♡

Sela sadar, walaupun dirinya jelas tipe manusia kurang peka akan sekitar, tetap saja, aura yang menguar dari seseorang di belakangnya tidak bisa disangkal. Terlalu kuat, dan pekat. Entah apa yang terjadi pada Nata, sejak memasuki kelas dia hanya membisu dengan wajah muram yang menakutkan, yang tampak jelas walau tertutup masker. Mungkin itu karena gosip hangat soal dirinya dan Brian yang saling follback? Hmm, bisa jadi. Cewek ini jadi tambah populer akhir-akhir ini.

Tapi, pikir Sela, itu efektif juga untuk menangkal para gosipers itu. Mungkin mereka bahkan tidak bernafsu ghibah saat melihat tampang jelek Nata hari ini.

Akhir-akhir ini Nata memang sering mengalami perubahan emosi. Sela tidak tahu penyebab pastinya, tapi, hal itu jelas tidak jauh-jauh dari Brian. Sejujurnya, melihat gosip yang marak akhir-akhir ini, antara Nata dan Brian, dia sempat berpikir untuk berbicara empat mata dengan Nata. Ingin mengungkapkan pertanyaan yang sedari awal kedekatan mereka mengganggunya. Dia hanya ingin bertanya satu pertanyaan.

"Lo make pelet apa, Nat?"

Tapi, mengingat emosi Nata yang buruk, dia mengurungkan niatnya. Lebih baik dia fokus pada Nino. Cowok itu mulai bermain tikus-kucing, hanya karena ngeri melihat dirinya membunuh kecoak. Halo, memang itu salahnya kalau si kecoak menempatkan diri di bawah sepatunya? Dasar cowok cengeng!

Untung Sela sayang!

"Gila," bisik Nata pelan dari balik maskernya, ketika mendengar cewek gila di depannya cekikikan. Siapa lagi kalau bukan Sela?

Dia menggelengkan kepala sebelum kembali berkonsentrasi dengan membuat karya abstrak di halaman belakang bukunya. Meninggalkan kantin, mood-nya hancur sehancur-hancurnya. Mungkin karena kesal dengan pemikiran bahwa lagi-lagi dia jadi pusat perhatian karena gosip dengan Brian, atau mungkin karena drama Sindi yang tanpa sedikitpun rasa estetika.

Oke, hari ini benar-benar buruk.

Nata mendengus. Padahal, harusnya ini adalah hari yang membahagiakan. Bagaimana tidak? Papa pulang! Tapi, semua berantakan karena tingkah konyol Sindi. Apa dia sebegitu inginnya dapat perhatian? Benar-benar tidak habis pikir.

"Nata, kamu pakai masker, sakit?"

Suara itu menarik perhatian Nata. Dia mendongak dan entah kenapa pandangannya buram. Oh, tunggu. Apa ini air mata? Dia coba melihat siapa guru yang mengajukan pertanyaan padanya. Tiba-tiba dia lupa jadwal pelajaran hari ini. Dia lupa siapa guru yang memasuki kelas tadi. Hanya berharap itu bukan Bu Imelda. Bukan, kan? Yah, Nata menyipit, itu jelas kurus, tinggi, dan... gelap.

Nata pingsan.

♡♡♡

Tiba-tiba muncul pertanyaan ini. Kenapa harus pakai masker? Sakit? Kalau dibilang sakit, sih, memang sakit. Tapi, apa ada hubungannya, antara masker dengan sakit hati? Nata tiba-tiba menyesali keputusannya. Sekarang, dia sedang berbaring di ranjang UKS, dengan infus di tangan kanan, dan tangan kiri yang sibuk berusaha-- melepas masker.

Untungnya, Ana yang menungguinya sedang keluar mencarikannya sarapan, atau dia akan melihat adegan memalukan ini. Sejujurnya, walaupun mereka berempat berteman dekat, beberapa hal masih memalukan untuk diceritakan. Apalagi mereka bahkan belum genap setahun dekat.

Senior MesumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang