Cerita ini sudah ditulis ulang. Harap maklum apabila banyak komentar yang tidak sinkron.
♡♡♡
Harus Nata akui, jumlah cogan di sekolahnya, SMA Tunas Bangsa, tidak bisa dibilang sedikit. Setidaknya, kalau tidak bisa disebut sangat tampan, masih diatas rata-rata. Tapi, baginya hanya ada satu yang spesial. Brian, tentu saja. Padahal, banyak yang lebih tampan darinya. Hanya saja sejak pertama kali bertemu cowok itu, Nata sudah terlanjur jatuh hati padanya.
Hari itu adalah hari terberat yang pernah Nata lalui. Setelah dijemur serentak di tengah lapangan oleh para senior, kesabarannya kembali diuji ketika bus ke arah rumahnya tak kunjung datang. Rambut kepang dua miliknya--dengan kuncir warna-warni--sudah lepek karena keringat. Wajahnya berminyak tak karuan. Nata duduk dengan beberapa anak di halte bis. Dia hanya diam. Tidak ingin mengganggu dua cewek yang duduk berjajar di sebelahnya, mengenakan atribut sama juga sekusam dirinya, yang sedari tadi sibuk dengan ponsel di tangan mereka. Atau pun cowok di sisi lain Nata, yang dari pakaiannya jelas bukan angkatannya.
Nata mendesah. Kembali mengulum bibir keringnya. Dia haus, tapi, air minumnya habis.
Beberapa saat berlalu. Kini tinggal dia dan cowok di sebelahnya yang tersisa. Dua anak perempuan tadi sudah didatangi jemputan. Nata kembali mendesah. Setidaknya dia ingin minum, agar bisa berjalan pulang, kalau memang busnya tidak datang. Tapi, uangnya tinggal selembar, mepet sekali untuk membayar bus. Bagaimana jadinya kalau dia menggunakan uang ini untuk membeli minuman lalu tiba-tiba busnya datang? Urgh. Dia akan sangat menyesalinya. Jarak sekolah ke rumahnya bukannya bisa disebut dekat.
Nata melonjak terkejut ketika cowok di sebelahnya berdiri dengan gerakan tiba-tiba dan kentara. Dia mengumpat dalam hati saat cowok itu mulai berjalan menjauhi halte. Tapi, tidak lama, perhatian Nata teralihkan pada air minum kemasan botol, yang sepertinya masih utuh.
"Mas!" Nata mendengus ketika cowok itu tak menoleh atau melambat sedikitpun. "Mas! Minumnya ketinggalan!" teriaknya lebih keras. Berhasil. Cowok itu berhenti dan menoleh.
Nata terpana. Entah karena matahari beranjak sore yang tengah menyinari wajah cowok itu dengan lembutnya atau karena mata Nata yang sudah terlalu lelah, cewek itu merasa tengah melihat perwujudan pangeran negeri dongeng.
"Buat lo aja." Cowok itu berbalik lagi dan kembali berjalan.
Botol itu sudah kosong--dalam sekali teguk--ketika bus ke arah rumah Nata datang. Nata tersenyum. Kebetulan yang indah.
Tak butuh waktu lama untuk Nata tahu siapa cowok itu. Apalagi dia berteman dengan tiga cewek hobi gosip. Sehari saja dia bisa tahu setengah gosip sekolah.
Brian. Ketua kedisiplinan. Pintar. Goodboy.
Semua hal positif menempel pada diri Brian. Nata hanya satu diantara banyaknya cewek yang mengagumi cowok itu. Brian hanya satu diantara banyaknya cogan impian Nata. Tapi, Brian spesial.
Nata selalu menganggapnya pangeran. Pangeran yang menolongnya dari dehidrasi. Walau kemudian dia ingat, salah satu senior yang menjemurnya adalah Brian. Tapi, tidak masalah. Pandangannya pada Brian tidak berubah sama sekali.
Setidaknya, sampai saat ini.
Entah Nata harus lebih terkejut karena ketua kedisiplinan sekolahnya melakukan tindakan tidak terpuji atau karena cowok yang dia anggap pangeran negeri dongeng ternyata mesum(!).
KAMU SEDANG MEMBACA
Senior Mesum
Teen FictionNata, si pecinta cogan, tak pernah tahu kehidupannya akan berubah sejak hari itu, hari dimana dia memergoki ketua kedisiplinan sekolahnya sekaligus idolanya, Brian, berbuat sesuatu yang memalukan. Cowok yang terkenal akan ketampanan dan sikap dingin...