Prolog

415 35 0
                                    

2004

Sekitar enam tahun sebelum itu. Sebuah wabah misterius telah mengubah manusia di suatu kota besar menjadi makhluk yang mengerikan. Zombi.

Akibatnya, ribuan nyawa manusia melayang. Sebagian dari mereka tewas oleh kecelakaan. Sebagian dimakan hidup-hidup. Namun anehnya, banyak di antaranya terlahir kembali dalam bentuk yang mengerikan.

Seorang pemuda tak beruntungnya berada di sana. Bersama sahabatnya dan sedikit orang yang ia bisa percayai, mereka berhasil selamat.

Akan tetapi, tak berhenti di situ. Dia tak pernah menyangka bahwa kejadian itu terulang kembali.

Di negerinya.

***

Sebuah barisan murid-murid rapi berada di lapangan sekolah di kota Bogor. Seorang kepala sekolah menengah pertama sedang memberikan pengumuman. Dia mengumumkan bahwa murid-murid kelas tujuh dan delapan dinyatakan naik kelas dan akan menikmati sekitar satu bulan keliburan dari sekolah.

Di antara dari murid-murid yang berteriak bising dan kegirangan, terdapat seorang murid yang bernama Riki Firmansyah. Dia juga ikut gembira. Setelah terbebani oleh ujian dan tugas dari gurunya demi nilai yang memuaskan, akhirnya dia menerima hadiah yang dirasanya sepadan dengan kerja kerasnya.

Perjalanan pulang, dia bersama sahabatnya, Aji. Saling berbincang tentang nilai dan keluhan belajar, kemudian mereka beralih topik.

"Oh ya, Ji, ngomong-ngomong nanti liburan kamu mau ke mana?" tanya Riki.

"Ya ke Semarang. Aku mau mengunjungi rumah kerabat di sana. Kamu mau ikut enggak? Nanti ketemu sama Mita loh."

"Mita? Siapa ya?"

"Mita. Sepupuku yang berkunjung ke rumahku pas tahun baru lalu. Pura-pura lupa ya? Cie-cie.... Waktu itu kamu kan tanya namanya padaku. 'Ingin kenalan' katamu."

"Apaan sih!" Riki mendorong pundaknya. Aji tertawa puas setelah menggodanya.

Setelah beberapa detik tak berbicara, Aji bertanya kembali, "Lalu kamu, ingin ke mana pas liburan?"

"Ke Jakarta," jawabnya pendek.

"Wuih, mau ke Ancol ya?"

"Maunya sih begitu, tapi bapakku lagi mau nyiapin modal buat buka warung ibuku. Kami sebenarnya mau mengunjungi paman-pamanku," jelas Riki.

"Oh, gitu. Hati-hati loh, Jakarta lagi macet-macetnya sekarang."

"Ya, tahu. Di berita juga ada. Katanya itu akibat jalan-jalan kota Tanggerang ditutup."

"Iya, tapi kenapa yah ditutup?" tanya Aji.

Namun, Riki tak menjawabnya karena dia sendiri tidak terlalu tahu. Mereka tak bercakap lagi sejenak. Lalu ketika sampai di sebuah pertigaan gang, mereka harus berpisah.

"Sampai jumpa, Ji. Nanti aku minta oleh-oleh dari Semarangnya, ya?"

"Enak aja," balas Aji sambil tertawa, "tapi oke. Nanti kubagi kok."

Riki berjalan melalui jalan gang yang sempit dan dipadati perumahan. Berjalan santai di jalan yang memiliki batu-batu kecil yang bertebaran dan tertanam di tanah. Di akhir perjalanannya, dia mencapai di sebuah rumah yang memiliki pagar dan terhubung langsung ke teras. Di sana terdapat seorang wanita yang sedang menyapu di sekitar pintu.

Riki membuka pintu pagar seraya berkata, "Aku pulang."

Biorisiko: Kekacauan di JawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang