"Regu Operatif...." Arhan bengong sejenak, lalu menyadarinya. "Owh, ROTI?!"
"Iya, kami sedang berada dalam tugas."
Arhan mulai sadar jika dia sedang berhadapan dengan sesuatu yang benar-benar jauh dari jangkauannya. Dia mendengar banyak cerita, tetapi tidak ada yang melampaui dari orang-orang seperti pria di depannya. Bayangkan kombinasi kekuatan dan kehebatan pasukan khusus dengan kemampuan gelap berbaur dengan masyarakat dan pengumpulan informasi yang mematikan.
Operasi lepas tangan pemerintah, sergap dan bunuh di tempat, sampai menembak seseorang di tempat ramai tanpa dicurigai siapapun. Kabarnya regu ini dibentuk sewaktu di zaman orde baru dan hanya memiliki sepuluh orang yang terpilih dari setiap pasukan khusus yang ada. Tidak seperti Arhan yang hanya penyidik dari kalangan sipil dengan keahlian senjata api dan bela diri dasar. Arhan juga pernah mendengar rumor yang umum di kalangan agen pemerintahan. Semua anggota regu ini dicuci otak untuk loyal hanya pada pemerintah dan negara.
"Han?" Almura yang sedari tadi berdiri diam kini bergerak menuju mereka. "Siapa mereka?"
Arhan menolak menjawab. Dia malah menyuruh Almura untuk mengajak Edgi dan Vivi untuk kembali ke mobil mereka. Mereka berdua telah berdiri terlalu lama di bawah hujan gerimis.
"Ck... oke."
"Dari Wakil Presiden?" gumam Letnan Anton. "Jadi kalian sedang membawa dokumen penting?"
"Iya, benar. Kami sedang menuju ke Yogyakarta untuk menuntaskan tugas kami," jelas Arhan. "Sementara kalian? Ada tugas apa ke Jakarta?"
"Pertanyaan ditolak. Saya tidak bisa memberitahu Anda." Letnan Anton menutup surat tugas Arhan dan mengembalikannya.
Bersamaan dengan itu, Hendri kembali dengan kedua orang di belakangnya. Perban melingkari di bagian bahu sampai ke sikunya. Almura datang untuk melihat keadaannya. Terdapat noda merah yang samar di salah satu titik. Arhan menyuruh Almura untuk membawa kembali Hendri ke mobil mereka.
"Omong-omong, sedang apa kalian semua di tempat ini?" tanya Letnan Anton.
"Seperti yang Anda lihat, di sini bekas kecelakaan. Saya dan rekan-rekan saya sedang menyingkirkan bangkai-bangkai mobil supaya bisa melanjutkan perjalanan."
"Dan truk itu menghalangi kalian?"
"Ya," jawab Arhan, "jadi kami akan mendorongnya. Kalian bisa membantu?"
"Tentu saja," ucap Letnan Anton, "Biar kami saja yang lakukan. Mobil kami juga ingin melewati ini. Selain itu, sebagai permintaan maaf kami."
"Oke, terima kasih."
Letnan Anton berjalan menuju truk. Dia mengajak kedua orangnya untuk ikut mendorong truk itu. Sementara itu, Arhan berjalan kembali ke mobil dan menyuruh Almura untuk menyalakan mobil. Begitu masuk, dia baru sadar kalau truk penghalang jalan sudah disingkirkan dengan cepat sekali. Mungkin karena ada orang yang memiliki otot kekar pada mereka di depan sana. Kalau dia yang mendorong bersama Almura dan Hendri sekalipun, mustahil untuk menyingkirkan truk itu secepat kilat.
Letnan Anton melambaikan tangan, mempersilakan mereka untuk lewat. Mobilpun melaju perlahan. Mereka semua saling memandangi dengan ketiga pria itu, sebelum berlalu meninggalkan tempat tersebut.
Setelah beberapa ratus meter dari tempat tersebut, Almura mulai bertanya, "Mereka itu siapa, Han?"
"Mereka cuman tentara yang bertugas."
"Hah? Apa yang mau mereka lakukan ke sana?"
"Sebaiknya tidak usah menanyakannya lagi," jawabnya menghentikan rasa penasaran Almura.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biorisiko: Kekacauan di Jawa
AçãoEnam tahun setelah kejadian yang mengerikan di kota Minneapolis, semua orang kembali ke tempat mereka dengan aman dan selamat. Memperjuangkan kesejahteraan mereka masing-masing pasca musibah. Menikmati kebebasan dari rasa takut, panik, dan ancaman y...