39

14.2K 661 34
                                    

Rival memberhentikan mobil nya didepan sebuah rumah, lalu turun setelah beberapa kali menarik nafas untuk mengendalikan dirinya hari ini. Untuk melangkah keluar mobil, rasanya berat baginya. Tapi apa boleh buat, Rival harus.

Cowok itu memencet bel, lalu langsung masuk tanpa disuruh. Saat didalam, ia disambut dengan sapaan hangat seperti biasa, suasana hangat yang sangat Rival suka yang tidak bisa ia dapatkan di rumah. Apalagi saat Rival main kesana dan selalu tercium bau wangi dari dapur, rasanya seperti benar-benar rumah.

Seperti biasa, Rival menyapa satu persatu semua orang yang ada disana, terutama James. Lalu akhirnya ia pergi dengan Kay, hatinya bergumam, ia akan sangat merindukan suara bising yang selalu dihasilkan dari rumah ini.

Hari ini, Rival sangat senang memperhatikan Kay yang terus berceloteh di sampingnya, drngan manik caramel nya yang selalu berbinar dan membuat Rival terpikat, kepolosan Kay dan segalanya tentang gadis itu. Tapi sayang, kali ini Rival tidak bisa menanggapi banyak hal.

"Makasih buat hari ini, Val."

Rival menoleh kearah Kay, mata gadis itu berbinar dengan senyum manis yang mengembang. Entah kenapa itu menggores hatinya sangat dalam. Ia semakin tertekan pada situasi dimana ia harus bertindak diluar karakter dirinya dan harus menyakiti wanita yang ia sayang.

"Hm? Oh iya." Hanya kata itu yang keluar dari mulut Rival, sampai batin nya merutuk dalam-dalam karena sudah bersikap dingin pada Kay yang jelas tidak tahu apa-apa, tapi sekali lagi, Rival terpaksa.

Rival melihat Kay yang tampak heran dengan sikapnya, tapi Kay hanya tersenyum sambil menatap nya dan meminta maaf karena mungkin saja ia shock sehabis nonton film horror tadi. Tapi, bukan itu masalahnya.

Rival diam sebentar, lalu memberanikan diri dengan menanyakan jika ia pergi dari sini, dan lagi-lagi, Rival harus menahan semua rasanya saat Kay bilang dengan polosnya mengizinkan dirinya dan meminta nya pulang kembali. Tapi, tidak semudah itu.

Rival melihat punggung Kay yang semakin menjauhi dirinya setelah gadis itu menjawab pertanyaan nya, Rival mengerutkan kening heran lalu ia terkekeh saat melihat Kay yang menghampiri penjual aksesoris ditepi taman.

Rival jadi membayangkan, bagaimana kondisi Kay setelah malam ini. Apalah ia akan masih seceria ini? Atau sebaliknya, jika yang terjadi adalah sebaliknya, maka Rival tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri.

"Lo harus, Val."

Cowok jangkung itu duduk di kursi taman, lalu memasang earphone nirkabel nya dan mulai menelpon seseorang lagi.

"Sebentar lagi, ya, nanti gue kasih kode."

Setelah itu, Rival mematikan panggilan dan menatap lurus kedepan, fikirannya kosong tapi tidak sepenuhnya kosong sebagian sel-sel otaknya sedang memikirkan alasan apa yang cocok agar Kay bisa melupakan dirinya dengan mudah, meski Rival tahu itu akan sedikit menyakiti Kay tapi tidak ada yang bisa ia lakukan lagi.

Rival mulai diam, menatap lurus kedepan dan memberi kode pada seseorang saat merasakan Kay mulai mendekat, Rival tahu dari bau parfum yang selalu Kay kenakan, dan Rival yakin Kay sedang tepat berada dibelakang nya saat ini, tanpa Rival menoleh pun Rival sudah tahu.

Cowok dengan manik pekat itu mulai berdiri saat melihat seorang gadis menghampirinya dan langsung menerima pelukan yang gadis itu berikan. Dalam hatinya, ia mengutuk dorinya untuk ke seratus kalinya.

"Lo harus pergi buat saat ini, nanti gue minta lo balik lagi." Pinta Rival setelah melepas pelukannya.

"Kakak beneran gapapa?" Tanya gadis itu cemas.

"Gak ada yang bisa Kakak lakuin lagi, Kakak minta tolong, ya?"

Gadis itu dengan ragu mengangguk, lalu pergi darisana. Dan saat itulah, Rival berbalik dan melihat Kay tersenyum tipis dari kejauhan seraya menghampirinya.

BROTHERS [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang