34

13.8K 696 9
                                    

"Ups? Kayanya gue ganggu, ya?"

Rival berdiri tepat diambang pintu masuk mengenakan kaos lengan pendek berwarna biru dongker dan celana pendek serupa seraya menyenderkan tubuh nya ke dinding pintu.

"Mau apa lo kesini?"

Marvel langsung berdiri dan meletakan bubur yang ia pegang, tingakat kesiagaan nya mulai meningkat sekarang.

"Ketemu Kayla lah, masa ketemu lo."

Rival melangkahkan kaki panjang nya kedalam, membuat Marvel berdiri siaga.

"Gue gak pernah bilang mau ketemu sama lo," ujar Kay susah payah caramel nya menyorotkan kebencian yang dalam pada Rival, dan Rival mengetahui hal itu.

Setelah mendapat tatapan itu, Rival menghentikan langkah nya tepat didepan Kay lalu meletakan sesuatu diatas nakas kayu itu.

"Gue mau kasih itu." Nada bicara nya melembut pada Kay, "cepet sembuh."

Setelah mengatakan hal itu, Rival berbalik dan pergi dari ruangan yang didominasi warna putih dan bau obat-obatan dan lenyap dari balik pintu.

Tak sadar, Kay menghembuskan napas berat. Ternyata ia masih sama, belum bisa melihat Rival. Setiap kali garis wajah Rival terbayang saja sudah membuatnya sesak, apalagi melihatnya.

"Lo gapapa?" Tanya Marvel cemas.

Kay hanya diam, ia tidak bisa menjawab tidak karena memang faktanya ia tidak baik-baik saja.

Setelah diam beberapa saat, Kay meraih kotak kecil berwarna hitam putih itu lalu membuka tutup nya perlahan. Titik hitam diatas caramel itu sedikit melebar ketika menemukan benda yang tidak asing baginya.

Sebuah gelang yang sudah sedikit usang ada didalamnya, gelang yang Kay pikir sudah hilang atau terkubur ditaman itu kini ada didepan matanya.

"Gelang? Punya lo?"

Kay menoleh kearah Marvel, lalu menggelengkan kepalanya pelan.

Baginya, gelang itu tidak pernah menjadi milik Kay.

[•][•][•]

Rival menuruni tangga menuju lantai bawah. Ia menghindari menggunakan lift karena sangat penuh, lagipula menggunakan tangga lebih cepat. Tidak perlu mengantri.

Cowok tinggi itu bernapas dengan berat seraya terus menuruni anak tangga, pikirannya bercabang. Ia tidak tahu bahwa Kay akan sangat membencinya, tatapan yang Kay tampakan untuknya sangat jelas bahwa dia sangat membencinya.

"Oh Hyung!"

Rival berhenti saat berpapasan dengan Rei. Ia langsung mengulurkan tangan nya untuk bersalaman.

"Kita gak pernah kenal sama lo," Aresh yang datang dari arah belakang Rei menurunkan tangan Rival yang ter-ulur lalu berjalan melewati mereka berdua tanpa ekspresi.

Kenyataan kedua, bukan hanya Kay yang membenci Rival, tapi Aresh yang merupakan sahabat nya sendiri. Sejak kejadian itu, Aresh sangat kecewa padanya dan inilah akhirnya. Rival rasa, ia pantas menerima semua ini.

"Dia masih kecewa sama lo," Rei berujar.

"Gue ngerti, salah gue."

Cowok berbibir sexy itu menghembuskan napas berat, lalu menepuk pelan pundak Rival sebelum pergi darisana.

"Hyung, ada yang mau gue omongin, sebentar."

[•][•][•]

Hawa yang sangat tidak mengenakan timbul diantara kedua cowok tampan yang kini sedang saling menatap seolah sedang beradu kontes menatap.

BROTHERS [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang