t.u.j.u.h

4.2K 208 1
                                    

"Assalamualaikum, bu."

"Ya Allah. Waalaikumsalam, Aya." Ibu langsung memeluk gue dan menangis.

"Ada siapa bu, loh. Aya? Kapan pulang, nak." Dan kini ayah juga memeluk gue. Ya tuhan, aku sangat merindukan mereka.

"Aya, ini siapa?" Tanya ibu melihat ke arah Andra.

"Kita masuk dulu bu. Mari nak, silahkan masuk."

"Siap. Terima kasih pak." Gue hanya tersenyum tipis mendengar jawaban Andra yang terkesan sedang bicara dengan atasannya.

"Nah, Aya. Sekarang bisa kamu jelaskan kepada kami?" Tanya ayah membuka pembicaraan.

"Maafin, Aya. Yah, bu. Ayah udah berdosa banget sama ayah ibu. Aya udah nikah yah, bu sama Andra."

"Ya Allah, kok bisa, Ya?" Tanya ibu sangat kaget.

"Dengarkan penjelasan Aya dulu, bu." Ucap ayah. Ia memang tenang dan sangat tenang.

"Maaf yah, bu. Tapi Aya gak ngelakuin hal aneh-aneh kok yah, bu. Aya."

"Boleh saya yang menyampaikan pak, bu?" Potong Andra bertanya pada ayah dan ibu.

"Silahkan, nak." Jawab ayah.

"Kejadiannya seperti ini pak, bu." Dan mengalirlah cerita dari mulut Andra mewakili semua yang ingin gue sampaikan.

"Bagaimana kuliah, Aya, nak Andra?" Tanya ibu.

"Kuliah Raya berjalan seperti seharusnya bu. Saya tidak melarang segala kegiatan perkuliahan Raya." Jawab Andra dan memang benar apa yang dia katakan.

"Bagaimana dengan keluarga, nak Andra?" Tanya Ayah pada Andra.

"Saya akan mengenalkan Raya pada keluarga saya setelah saya bertemu dengan ayah dan ibu."

"Nak Andra polisi?" Tanya ibu mengingat Andra yang masih mengenakan seragam kebeserannya.

"Iya, bu."

"Dimana?" Kini ayah yang bertanya.

"Di polda daerah kampus Raya, yah."

"Untung ada kamu, nak. Kalo engga, ibu gatau nasibnya Aya akan gimana." Ujar ibu lirih

"Mungkin sudah jalannya seperti ini bu. Saya juga senang, bisa bertemu Raya." Bisa aja nih Andra.

"Yasudah, kalau begitu. Ibu percaya, nak Andra bisa menjaga Aya dengan baik, bisa melindungi Aya, bisa mengerti Aya." Sahut ibu.

"Ayah dan ibu, merestui hubungan kalian. Semoga kalian bisa menjalankan kehidupan kalian dengan baik, segala masalah pasti ada penyelesiannya. Jangan gegabah dalam mengambil keputusan. Saling terbuka, kalian sudah dewasa, sudah bisa mengatur sikap dalam menghadapi apapun." Wejangan dari ayah menutup perbincangan kali ini.

Selanjutnya, ibu mempersilahkan kami untuk malam. Seperti biasa, gue akan membantu ibu menyiapkan makan malam. Kini, kami sudah di posisi masing-masing. Ayah berada di tengah ujung meja makan, kemudian ibu disebelah kanan. Gue di sebrang ibu dan di sebelah gue Andra.

Author Pov's

Saat akan memulai makan malam, terdengar suara seorang pria dari ruang tamu.

"Assalamualaikum, yah, bu."

"Kak Ayi!" Pekik Raya dan langsung berlari memeluk Rayi, kakak satu-satunya.

"Hai, baby Aya. Kapan kamu pulang?"

"Kangen." Cicit Raya didalam pelukan Rayi.

"I know. Aku kan selalu ngangenin." Ucap Rayi

"Itu siapa?" Tanya Rayi melihat Andra yang masih lengkap dengan seragamnya.

"Adeknya kak Ayi yang baru."

"Maksud kamu?" Rayi kaget mendengar jawaban Raya.

"Malam, bang." Sapa Andra.

"Eiya, malam. Lo?" Tanya Rayi bingung.

"Suaminya Raya, bang." Jawab Andra sambil berjabat tangan dengan Rayi.

"Kok bisa?"

"Udah Yi, sekarang kita makan dulu deh." Potong ibu lalu kami pun segera memulai makan malam.

Holla

Tengkyu readers yang sudah mau meluangkan waktunya membaca cerita ini.

Kritik dan saran kalian yaaa kutunggu💙

AndrayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang