s.e.m.b.i.l.a.n

4.1K 200 0
                                    

At Soekarno-Hatta International Airport

Sekarang gue udah tiba di Jakarta, bersama Raya tentunya. Gue langsung memesan taksi online dengan tujuan ke rumah papah dan mamah. Rindu banget sama mereka. Ini kepulangan pertama gue semenjak mendapat penugasan.

"Malam, mas Danu ya?" Tanya gue pada si pengemudi.

"Malam. Iya, mas Andra?"

"Iya mas."

"Silahkan mas."

"Tujuannya ke Hanglekir 5 nomor 33 kan, mas?" Tanya si pengemudi.

"Iya mas."

15 menit perjalanan, Raya sudah terlelap di pundak gue. Melihatnya tenang seperti ini, membuat gue ingin tidur juga.

"Mas, mas kita sudah sampai."

"Eh iya. Maaf mas saya ketiduran."

"Iya gapapa mas. Maklum perjalanan jauh.”

"Ray, kita sudah sampe."

"Enghh, oke."

"Ini mas, diambil aja kembaliannya. Terima kasih ya."

Kini, gue dan Raya sudah berada didepan gerbang rumah. Raya menggenggam erat tangan gue.

"Pak Abdi. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, eh mas Andra? Apa kabar, mas?" Tanya pak Abdi, satpam dirumah sembari membukakan gerbang.

"Alhamdulillah baik, pak." Jawab gue mencium punggung tangannya lalu diikuti oleh Raya. Kebiasaan di keluarga gue adalah, mau siapapun dia, kalo dia lebih tua harus salaman.

"Ini mbak cantik, siapanya mas?" Tanya pak Abdi.

"Istri saya, pak." Mendengar jawaban gue raut wajah pak Abdi berubah menjadi bingung.

"Nanti saya ceritain pak. Tenang aja. Oiya, mamah sama papah ada pak?"

"Ada mas didalem. Silahkan mas, mba."

"Terima kasih, pak." Ujar Raya lalu kami pun masuk ke dalam.

"Aku takut." Cicit Raya.

"Ada aku, oke."

Tokk tokk tokk

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, Andra!" Pekik papah langsung memeluk gue.

"Ya ampun, Andra. Kenapa gak ngabarin? Papah kangen loh sama kamu."

"Iya pah. Andra juga."

"Ndra, ini?" Tanya papah yang bingung melihat kehadiran Raya.

"Malam, om." Sapa Raya lalu mencium punggung tangan papah.

"Mari masuk, nak. Ayo, Ndra." Titah papah kemudian kami masuk ke dalam.

"Mah." Panggil papah kemudian turunlah seorang wanita paruh baya yang masih mengenakan seragam dinas kepolisian.

"Mamah." Gue langsung menghambur ke pelukan mamah.

"Ya ampun, Ndra. Kamu kemana aja?"

"Andra ada kok mah."

"Si cantik itu siapa, Ndra?" Tanya mamah berjalan menghampiri Raya.

"Malam, tante." Sapa Raya sambil mencium punggung tangan mamah.

"Nama kamu siapa cantik?" Tanya mamah menggiring Raya untuk duduk di sofa.

"Rayana, tante."

"Kamu perempuan pertama loh yang dibawa Andra ke rumah."

"Mah." Emang iya sih, Raya yang pertama dan gue harap jadi yang terakhir juga.

"Kok mendadak, Ndra." Tanya papah yang kini sudah bergabung.

"Hm, sebenernya ada yang mau Andra sampein sih, mah pah."

"Bentar. Bi Lis, punten, tolongnya buatkeun teh 4. Nuhun."

"Sakedapnya bu." Btw, mamah asli Bandung, Soreang. Dan bi Lis adalah ART dari jaman kak Vandra masih embrio, dan bi Lis juga asli Sunda. Jadi mamah pasti akan ngomong sunda kalo sama bi Lis. Sama keluarga juga sih, kadang-kadang.

"Punten bu. Ieu teh nya."

"Nuhun bi."

"Ini diminum dulu, kalian kan baru sampai."

"Terima kasih tante."

"Mah, pah. Maaf kalo Andra bohong sama mamah papah. Andra udah buat kesalahan. Tapi Andra udah mempertanggungjawabkannya."

"Maksud kamu apa?" Potong papah.

"Andra udah nikah sama Raya."

"Astagfirullah, Ndra. Kamu?"

"Bukan mah. Ini gak seperti yang mamah papah kira. Ini kesalahpahaman." Lalu mengalirlah cerita dari mulut gue.

"Ya ampun, Ndra." Lirih mamah, demi Tuhan gue gak tega liat mamah kayak gini.

"Gimana sama Raya? Gimana respon orang tua kamu?" Kini papah bertanya pada Raya.

"Ayah dan ibu saya tidak menentang ini, om. Mereka menerima kami."

"Jangan panggil om lagi sayang. Sekarang kami juga orang tua kamu. Panggil kami seperti Andra memanggil kami." Ucap mamah tersenyum ke arah Raya.

"Iya mah, pah."

"Sekarang keluarga kita lengkap, pah. Kita punya 2 pasang. Dan kita juga akan tambah cucu." Ucap mamah sambil memeluk Raya.

"Kalian sudah makan?"

"Sudah pah. Tadi di bandara."

"Yasudah. Sekarang kalian bersih-bersih terus istirahat."

"Iya mah."

"Mamah sama papah duluan ya."

Holla

Alhamdulillah ya, kedua orang tua sudah merestui. Dan para kakak juga sudah oke. Eh, tapi kakaknya Andra belum deng. Secepatnya akan dikabarin ya..

Tengkyu readers yang sudah mau meluangkan waktunya membaca cerita ini.

Kritik dan saran kalian yaaa kutunggu💙

AndrayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang