l.i.m.a.b.e.l.a.s

4.3K 196 1
                                    

Satu bulan kemudian

"Hoekk hoekk hoeekk." terdengar suara dari kamar mandi, buru-buru Andra berlari ke kamar mandi.

"Sayang kenapa?" Tanya Andra sambil memijat tengkuk Raya.

"Kayaknya aku masuk angin deh."

"Istirahat ya. Aku beliin makanan dulu." Ucap Andra memapah tubuh Raya untuk berbaring di ranjang kemudian Andra pergi untuk membeli makanan.

15 menit kemudian

"Sayang. Makan dulu ya." Andra datang dengan nampan berisi 1 mangkuk bubur, segelas teh hangat dan beberapa pil obat.

"Gak enak, kak." Lirih Raya.

"Sedikit aja deh, plese." Akhirnya Raya pun sedikit memakan makanannya walaupun dengan ekspresi yang, uuhhh.

"Diminum dulu obatnya."

"Kakak gak kerja?" Tanya Raya.

"Aku libur ajalah." Jawab Andra membenarkan posisi tidur Raya.

"Jangan atuh."

"Yaudah kalo gitu. Aku siap-siap dulu." Andra bergegas mengambil seragam dan sepatunya lalu memakainya di pinggir ranjang.

"Oke. Kalo gitu aku berangkat dulu ya. Kalo ada apa-apa hubungin aku, segera." Pamit Andra lalu mengecup kening Raya.

Raya Pov's

"Bosen huaaa." Gue pun memutuskan untuk pergi ke cafe yang berada di sebrang apart.

"Kabarin kak Andra dulu ga ya? Ah pasti nanti kalo ngabarin malah gak dibolehin. Gausah deh."

Kini gue telah siap dengan kaos maroon dan kemeja hitam lengan panjang sengaja gak gue kancing dan lengannya gue gulung, jeans hitam selutut serta sepatu kets maroon. Membawa sling bag favorit gue tak lupa handphone, dompet dan earphone.

Gue udah berada di rooftop cafe dengan ditemani crunchy chicken drum with cheese sauce, kentang goreng, lemon tea dan float. Tergolong banyak bagi seorang wanita yang makan sendirian.

Setelahnya gue bergegas untuk kembali ke rumah. Namun saat sedang menuruni tangga gue merasa ada yang mendorong gue dari belakang hinggga gue terjatuh. Lalu semua menjadi gelap.

Andra Pov's

Duh kok gaenak ya, pengen pulang. Raya baik-baik aja ga ya? Balik ga ya? Ett yaelah.

"Rastra."

"Naon?" Jawab Rastra yang tengah duduk di kursinya.

"Free gak sih hari ini?"

"Sejauh ini sih free. Kenapa si?"

"Tadi gue berangkat ninggalin Raya lagi sakit."

"Yeh, bukannya izin aja nungguin dia." Sahut Rastra.

"Dia yang nyuruh gue berangkat."

"Yaudah balik aja sana."

"Seriusan nih gapapa?" Tanya gue meyakinkan.

"Iya. Udah sana."

"Yaudah. Gua balik ya." Pamit gue dan langsung bergegas menuju ke parkiran.

Drrttt drrrtt drrrtt

"Halo, iya siang."

"....."

"Iya saya sendiri."

"....."

"Dimana?"

"....."

"Baik saya segera kesana."

At hospital

"Sus, pasien atas nama Rayana dimana?" Tanya gue tergesa-gesa di meja receptionist.

"Di ruang ICU, pak." Gue pun langsung berlari ruang ICU. Setibanya disana gue melihat seorang dokter yang baru saja keluar.

"Dok gimana keadaan istri saya?"

"Bapak suaminya ibu Raya?"

"Iya saya."

"Mari ikut saya pak." Titah si dokter lalu kami berjalan menuju ruangannya.

"Baik. Jadi setelah tadi kami periksa. Tidak ada luka serius pada ibu Raya. Dan untungnya janinnya juga baik-baik saja." Jelas sang dokter, tapi janin? Raya hamil?

"Janin?" Tanya gue memastikan.

"Bapak belum tahu?" Tanya si dokter dan gue menggeleng sebagai jawaban.

"Selamat ya pak. Istri anda sedang mengandung, usia kandungannya 5 minggu." Jelas si dokter.

"Terima kasih dok." Ucap gue lalu menjabat tangannya.

Setelah itu gua langsung bergegas menuju ruangan Raya. Sedikit meringis melihat keadaannya yang cukup banyak lupa, tapi secepatnya juga senyum terbit dari wajah gue.

"Terima kasih sayang. Jaga dia." Bisik gue lalu mengecup keningnya.

Holla

Tengkyu readers yang sudah mau meluangkan waktunya membaca cerita ini.

Waahhh alhamdulilla ya pak Andra. Semoga dedeknya kembar yaa biar unch

Kritik dan saran kalian yaaa kutunggu💙

AndrayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang