Bab 15

20.7K 1.3K 228
                                    

Jawaban dari pertanyaan kalian, akan terjawab di sini. Author tak sanggup membalasnya satu-persatu hehehe

🏵️🏵️🏵️

Malam ini Raya nampak tak bisa tidur, perutnya benar-benar terasa sakit. Raya Bangun dan melihat Refan yang sedang tertidur pulas. Raya memegangi perutnya yang semakin terasa sakit, seperti di remas-remas dari dalam.

Keringat Raya mengucur deras, pakaian nya sampai basah ia bingung mau bangunkan Refan tapi nggak tega. Nggak di bangunkan Raya kesakitan.

"Fan...re...Refan...." Susah payah Raya membangun kan Refan. Hingga Raya menarik-narik baju Refan. Refan pun terbangun dan kaget melihat Raya yang nampak kesakitan. Refan langsung duduk dengan kesadaran penuh.

"Kamu kenapa?" Tanya Refan panik. Raya diam, sembari memegangi perutnya. Refan melihat bagian perut Raya.
"Tambah sakit perutnya?" Tanya Refan. Raya langsung mengangguk. Karena untuk bicara saja Raya sulit, rasanya sakit di perutnya tak tertahankan.

"Kita ke rumah sakit, jangan ada penolakan !" Ucap Refan terhadap. Raya mengangguk dan memperhatikan Refan yang dengan cepat turun dari ranjang. Memakai pakaian dan celana panjang. Meraih dompet dan kunci mobil.

Lalu memakaikan jaket Hoodie miliknya kepada Raya, yang tergantung di pintu kamar. Raya hanya diam dan mengikuti semuanya.

Refan membantu Raya untuk berjalan. Saat Refan menyalakan mobil, Hani dan Hamid keluar dari kamar. Karena takut ada apa-apa.
"Kalian mau kemana?" Tanya Hani
Refan menoleh sebelum masuk kedalam mobil, sementara Raya sudah ada di dalam.

"Raya tambah sakit Bu, perutnya sakit sekali katanya," jawab Refan. Hani langsung lari ke dalam kamar dan mengambil jaket. Lalu keluar dan masuk ke dalam mobil. Di mana Raya sudah duduk di sana dengan lemas. Hamid hanya menyaksikan saja. Bingung mau berbuat apa. Tapi ia lega karena Raya memiliki suami yang cekatan.

"Ibu ikut ya, nggak mungkin Raya duduk di belakang sendirian, kasihan dia," ujar Hani. Refan hanya mengangguk dan mereka pun pergi kerumah sakit.

💮💮💮

Di rumah sakit, Raya langsung di tangani karena Refan membayar kelas VIP. Lebay deh Refan, padahal cuma pemeriksaan aja belum di rawat.

Tak lama dokter keluar dan mencari keluarga Raya. Refan dan Hani langsung menghampiri.
"Ibu dan bapak ini keluarga dari ibu Haraya?"
"Iya betul dok," jawab Hani.
"Anak ibu tidak apa-apa, tapi saya anjurkan untuk di rawat selama 2 hari, karena Haraya ini kekurangan cairan. Perutnya kosong sekali," jelas sang dokter bernama Anwar. Terlihat dari nametag nya.

"Memang istri saya sakit apa ya?" Tanya Refan.
"Istri bapak sepertinya terlalu banyak mengkonsumsi makanan manis, sehingga Asam lambungnya naik. Untung tubuhnya kuat, tidak sampai pingsan," jelas sang dokter. Hani dan Refan mengangguk paham.

"Ya sudah kalau begitu Haraya akan segera di bawa ke ruang rawat, bapak bisa membayar administrasi nya agar istrinya bisa langsung di bawa keruang rawat kelas berapa," ujarnya. Refan langsung mengangguk paham.

"Ibu tunggu Raya di sini ya, Refan bayar dulu." Hani mengangguk dan masuk ke dalam dimana Raya terbaring lemas. Raya nampak tertidur setelah di beri obat pereda sakit.

Tanpa sadar Hani menangis, dia tak pernah melihat anak-anaknya sakit sampai seperti ini. Apa lagi sampai di impus dan di rawat. Rasanya sebagai seorang ibu, Hani merasakan kesakitan yang dirasakan Raya.

"Bu, ayok. Raya sudah dapat ruang rawat." Refan masuk bersama beberapa suster yang akan membawa Raya ke ruang rawat VVIP.

Sepanjang jalan menuju ruang rawat yang berada di lantai 8, suster-suster itu tak berhentinya menatap Refan. Sampai Hani jengah lihatnya.
"Lihat anak saya aja, jangan lihat mantu saya Mulu," tegur Hani membuat suster-suster itu gelagapan. Refan diam saja. Dia tak mood untuk bercanda.

Raya pun kini sudah berada di ruang rawat. Raya masih tertidur.
"Ibu mau pulang?" Tanya Refan.
"Enggak, ibu mau jaga Raya di sini, enggak tega ibu ninggalinnya."
"Tapi ibu butuh istirahat, nanti siang aja ke sini nya ya. Sekarang biar saya yang jaga Raya," ujar Refan.

Tapi Hani tetap kekeh dengan pendiriannya. Refan pun menyerah
Hani duduk di sofa, menyalakan tv. Sementara Refan duduk di samping Raya sembari menggenggam jemarinya.

"Jagoan, sehat dong, nggak seru ah kalau Raya sakit gini." Refan berbicara pada Raya yang jelas masih tertidur pulas. Hani tersenyum melihat tingkah menantunya yang ternyata sangat menyayangi anaknya.

Hani baru teringat ia belum mengabari orang rumah. Pasti bertanya-tanya.
"Nak Refan, ibu boleh pinjem ponselnya Ndak?" Refan menoleh dan mengangguk. Refan mengeluarkan ponselnya dan memberikannya pada hani.

"Punya nomor bapak nggak ya?" Tanya Hani lagi. Refan diam dan menggeleng perlahan.
"Kalau Hendra?" Refan menggeleng lagi. "Hendi?" Sama juga enggak punya. Karena Refan kembali menggeleng.

Dih, kupret nomor keluarga nggak ada yang di simpan. Gimana aku ngabarin orang rumah. Grutu Hani.

Hani mengembalikan ponsel Refan namun saat mengulurkan tangannya tak sengaja terpencar tombol on. Layar pun hidup dan sempat terkejut Hani karena melihat foto Raya sedang ngupil ada di sana. Di layar kunci Refan. Hani menahan tawanya.

"Ini, nak Refan ibu nggak jadi pinjem. Ibu keluar dulu sebentar ya." Hani langsung buru-buru keluar kamar rawat dan tertawa terbahak-bahak di sana. Sampai perutnya ikutan sakit.

Ya Tuhan, ternyata menantu ku aneh juga hahahaha
Masa majang foto Raya lagi ngupil hahaha

🙈🙈🙈

Refan bingung melihat mertuanya yang tiba-tiba keluar kamar. Tapi Refan tak peduli, ia kembali menatap istrinya yang tak kunjung bangun.

"Kamu kalau lagi tidur manis banget sih, orang nggak akan menyangka kamu punya kepribadian yang absurd banget. Manisnya istriku." Refan mendekatkan wajahnya pada wajah Raya dan mengecup keningnya.

Ketagihan, Refan pun kembali mengecup bibir Raya. Kecupan itu berubah menjadi sebuah lumatan. Sudah berapa hari ia tidak bercinta dengan Raya. Dan itu membuatnya rindu.

Refan terus mengecap bibir Raya dan bahkan meremas dada Raya di sana. Kalau sampai ada yang lihat, pastilah Refan di anggap pria mesum sejagat. Istri sakit masih aja di grepe.

Refan terus meremas dada Raya pelan. Karena takut Raya terbangun. Refan membuka kancing baju Raya dan menghisap putingnya di sana.

"Refan." Jantung Refan seperti mau copot saat mendengar ada yang memanggil namanya.
"Lo ngapain?" Haraya, pekik Refan dalam hati. Dan buru-buru melihat Raya. Yang ternyata sudah bangun.

Refan senang bukan main melihat Raya baik-baik saja.
"Kamu nggak apa-apa Ray?" Tanya Refan. Raya menggeleng.
"Syukurlah kamu baik-baik saja, aku khawatir tahu Ray."
"Oh ya?"
"Ya."
"Tapi kayanya Lo seneng gue sakit," ujar raya. Membuat Refan bingung
"Enggak kok Ray, masa aku seneng liat istri aku sakit," Jawab Refan.
"Buktinya tadi asik nenen kan, pas gue tidur?"

Skak mat !

🙊🙊🙊🙊🙊🙊🙊🙊🙊🙊🙊🙊🙊🙊🙊🙊

Yah raya cuma sakit .... Bukan hamil...
Siapa yang ketipu di sini?

Hahahahaha

Refan Dan Istri Tomboy-nya (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang